webnovel

Jatuh

Budayakan Vote & Comment

Sorry For Typo

15juni20

Jungkook membasuh mukanya dengan senyuman mekar, ia terus meyakinkan diri jika yg di lakukannya hari ini adalah yg terbaik dan sudah benar. Ia kembali mengingat ketika rapat setelah ia mengeluarkan petisinya. Rapat dengan para petinggi di Agency-nya, dalam waktu 20 menit saham agency tersebut langsung anjlok dan berbagai macam acara yg akan di bintangi jungkook di batalkan begitu saja oleh pihak-pihak yg bersangkutan.

Ternyata dampak yg ia berikan sangat berpengaruh bagi orang lain dan masyarakat di sekitarnya, Jungkook sudah memperkirakan resiko yg ia tanggung namun aktor tampan tersebut tidak menyangka ia harus di berhentikan begitu saja dari dunia hiburan, bahkan ia juga harus membayar denda kerugian agency sebesar 1 miliar Won.

Denda tersebut tidaklah ringan, kemana ia akan melunasi hutang sebanyak itu, kegelisahan mulai menggerayangi pikirannya tapi ia tetap harus bersikap normal dan tenang.

"YA!! KAU....KAU... dia orang yg ada di berita"

Semua mata tertuju pada Jimin yg saat ini sudah gemetar, taehyung menarik lengan jimin agar segera pergi dari tempat tersebut. Belum sempurna langkah kaki jimin tapi ia sudah di sandung oleh wanita yg tidak sengaja di tabraknya tadi ketika berpa-pasan.

"Aduh... aww,"

"Jimin... gwenchana??" Taehyung menghampiri jimin yg saat ini sudah tersungkur di lantai

"Siapa namamu?? Jimin?? JEON JIMIN?? dasar jalang. Kau menghancurkan Jungkook oppa!!! Apa kau senang?"

Semua orang yg berada di cafe tersebut menonton dengan antusias keadaan panas tersebut. Jimin mengusap lututnya yg sudah berdarah.

"Apa kalian gila?? Jangan menghakimi orang lain sementara kalian tidak tahu bagaimana kehidupan mereka!" Taehyung meninggikan ucapannya setelah beberapa orang mulai melakukan tindakan kasar.

"Kau siapa??"

"Kalian akan menyesali perbuatan kalian jika kita bertemu untuk kedua kalinya. Ayo jimin"

Taehung memapah tubuh jimin menuju kedalam mobil, meskipun diiringi dengan hujatan dan kebencian dari orang-orang yg tidak bertanggung jawab.

"Apa kau kenal lelaki tadi?" Bisik-bisik dari cafe tersebut masih terdengar jelas

"Dia tuan Hakim, bodoh. Jaga mulut kalian" ujar pemilik cafe yg turut menonton kejadian tak terduga barusan.

Taehyung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia melihat jimin yg saat ini sudah menangis dan mengusap lututnya. Di sepanjang perjalanan semua Video Tron menampilkan wajahnya dan jungkook bergantian, itu benar-benar mengerikan.

"Apa yg kau tangisi jiminah?"

"Tae..."

"Apa kaki mu sakit??"

"Tidak"

"Apa kau hatimu terluka?"

"Tidak"

"Lalu kenapa jim?"

"Aku mengkhawatirkan Jungkook. Apa dia baik-baik saja?"

Jimin menundukan kepalanya sambil terus menatap layar ponselnya yg menampilkan wallpaper dengan poto yg menayangkan wajah jungkook dan jungmin saat tertidur.

"Jungkook baik-baik saja jim, kau yakinlah"

Taehyung menghentikan mobilnya sejenak dan berlari menuju mini market untuk membeli obat merah dan plaster, luka jimin harus di obati sebelum infeksi. Taehyung membalut luka di lutut jimin menggunakan plater setelah ia membersihkan luka tersebut.

"Terima kasih taehyung"

"Ayo kuantarkan pulang"

Taehyung kembali melajukan mobilnya membelah jalanan korea menuju kediaman keluarga Jeon. 20 menit perjalanan akhirnya mereka sudah berada di dekat rumah mewah tersebut. Namun di depan pagar rumah keluarga Jeon sudah banyak sekali warga yg berkumpul.

Jimin semakin takut, bukan hanya karena orang-orang tersebut sangat ramai tetapi juga karena barang-barang yg mereka bawa terlihat mengerikan. Sepertinya warga yg berkumpul di depan rumahnya adalah para penggemar yg merasa kecewa atas apa yg di lakukan jungkook.

"Apa kau takut jim??" Apa ku gilas saja mereka?"

"Kau bodoh tae, terima kasih sudah mengantarku. Mulai sekarang aku akan melindungi diriku sendiri."

Jimin memandangi wajah tampan hakim muda tersebut, ia tersenyum manis lalu turun dari mobil mewah taehyung. Jimin memantapkan jiwanya agar tidak takut menghadapi kenyataan yg ada di hadapnnya. Jimin memakaikan topi di kepalanya serta masker yg sebelumnya sudah di belikan oleh taehyung.

Kaki kecilnya mulai melangkah menuju kerumunan lautan manusia tersebut. Taehyung masih setia memperhatikan jimin dari dalam mobilnya, ia tidak akan pergi sebelum jimin bisa lolos dan masuk kedalam perkarangan rumahnya.

★★★★★★

Yoongi sangat gelisah menunggu di dalam rumah, ia sudah melihat keributan di luar pagar rumah mereka, banyak sekali junlahnya bahkan mereka berteriak meminta pertanggung jawaban atau penjelasan.

Yoongi sudah menghubungi Jungkook hampir sepuluh kali namun tidak ada jawaban, ia kembali melirik kearah luar rumah melalui kaca jendela di kamarnya. Yoongi membelalakan matanya saat mrlihat jimin berjalan pelan menuju pintu rumah tersebut.

Badannya sudah basah kuyup karena di siram oleh orang-orang tersebut tapi syukur saja ia berhasil lolos setelah para penjaga yg sudah bersiaga membantu jimin agar bisa masuk kedalam pekarangan rumah mewah tersebut.

Yoongi sudah menunggu di depan pintu saat jimin memasuki rumah, tatapan Yoongi penuh dengan kemarahan. Jimin berjalan acuh meninggalkan Yoongi.

"Apa kau bahagia jim,?? Kau merasa hebat setelah menghancurkan jungkook?"

Jimin menghentikan langkahnya saat Yoongi mulai membuka suara, menghancurkan Jungkook? Kata-kata itu cukup membuat jimin tertegun

"Kau mungkin bangga karena jungkook mengakuimu, tapi apa senang jim melihat jungkook menderita? Aku jamin 100% saat ini jungkook sudah di pecat dari karirny"

"Ma.. maksud mu apa yoongi?"

"Kau tidak tahu dunia hiburan jimin, sedikit saja kau melakukan kesalahan maka kau akan hancur seketika. Orang-orang y dulunya menyorakin mu seakan mereka mencintaimu melebihi hidup mereka namun jika idolnya melakukan kesalahan maka orang-orang tersebut akan balik badan untuk menghujatmu"

Jimin tidak berani membalikan badannya sekedar untuk menatap Yoongi, apa sebesar itukan resiko yg di tanggung oleh jungkook, ia kembali terfikir bagaimana keadaan suaminya saat ini. Jungkook belum juga pulang setelah tiga jam petisi tersebut di luncurkan.

"Lihat keadaanmu saat ini jim, itu baru awalnya saja. Kau akan lebih hancur di hari-hari berikutnya"

Yoongi melajukan kursi rodonya menuju kamar meninggalkan jimin yg saat ini terpaku, dadanya seakan di tancapkan paku besar oleh Yoongi. Seharusnya jungkook tidak perlu mengakuinya di depan semua orang jika itu akan merusak mada depan Jungkook dan rumah tangga mereka.

Jimin meraih ponsel di dalam tasnya dan segera menghubungi jungkook tapi sang suami tidak mengangkat telponya dan juga tidak membalas pesannya. Jimin menunggu dengan gelisah di ruang tengah.

Jarum jam sudah menunjukan pukul 12.30am namun tanda-tanda keberadaan jungkook belum juga di ketahui, jimin tidak bisa tidur karena gelisah begitupun dengan yoongi yg terus menatap jendela kamarnya hanya untuk menantikan kepulangan suami mereka.

Ceklek

Pintu rumah mewah itu terbuka menampilkan sosok lelaki menggunakan hodie hitam menutupi wajahnya serta menggunakan masker agar sebisa mungkin tidak di kenali siapa pun.

"Jimin?? Jim?? Sayang??"

Jimin berlari kearah pintu setelah mendengar suara yg tak asing baginya, yah akhirnya yg di nanti datang juga. Jimin memeluk jungkook yg sudah berada di hadapannya

"Sayang kau tidak apa?? Apa kau terluka?" Jungkook melepaskan pelukan jimin lalu memutari seluruh bagian badan istrinya jika saja ada yg terluka.

"Yaa,!!!! Babbo, seharusnya aku yg bilang begitu, apa kau terluka jungkook?"

"Aku... aku baik-baik saja sayang"

Jungkook memeluk tubuh jimin dengan lembut, san istri sudah menangis karena begitu mengkhawatirkan jungkook.

"Kapan drama ini akan berakhir?"

Yoongi sudah berada di hadapan jimin dan jungkook, mereka melepaskan pelukan setelah mendengar ucapan Yoongi. Jungkook membungkuk lalu menggenggam tangan Yoongi seakan meminta maaf atas apa yg ia lakukan.

"Kau sangat hebat jungkook-ah, selamat kau sudah mendapatkan cinta yg kau kejar-kejar di dalam hidupmu. Kau makan saja cintamu itu kook berikan semua kepada jimin. Kalian orang bodoh"

Yoong mengibaskan tangan Jungkook lalu kembali menuju kamarnya, tidak lupa ia juga membanting pintu kamar. Jungkook menatap kearah jimin yg saat ini seakan bersalah pada dirinya.

Jungkook menggenggam tangan jimin untuk memberikan kekuatan agar mereka tidak mudah menyerah. Jungkook menceritakan semua yg ia alami hari ini tanpa menutupi satu pun kecuali hutang sebesar 1 Miliar won. Hal tersebut akan ia sembunyikan karena ia akan memikirkan segala cara untuk melunasi denda yg sangat besar tersebut.

Jimin menangis di dalam pelukan suaminya, ternyata begitu berat kehidupan yg mereka alami. Kesabaran mereka sedang di uji, dan mereka harus bisa melalui itu semua.

"Sayang apa kau akan tetap berada di sisiku setelah semua ini?"

"Tentu kook-ah, aku mencintaimu bagaimana pun keadaan kita"

"Mungkin aku tidak akan terkenal seperti kemarin"

"Tidak masalah kook"

"Mungkin aku akan jatuh miskin"

"Aku tak butuh banyak harta kook"

"Mungkin hidupmu akan sengsara sayang"

"Aku dulu lebih menderita ketika hidup seorang diri di Busan kook"

"Apa kau tetap berdiri di sampingku seperti sekarang sayang?"

"Kita akan saling melengkapi kook"

Jungkook mengecup dahi jimin seakan menyalurkan segala kegelisahan yg ada di dirinya, berulang kali jungkook mengatakan bahwa ia merasa senang serat legah setelah mengenalkan istri tercintanya kesuluruh dunia.

Jungkook berjanji akan menjaga jimin dengan baik setelah semua kekacauan yg ia ciptakan. Semoga saja ia tidak melukai jimin lagi seperti sebelumnya, dan Yoongi, Jungkook akan terus merawatnya dengan baik begitupun dengan buah hati mereka.

Jimin dan jungkook memejamkan mata mereka, entah apa yg terjadi esok, lusa dan seterusnya mereka akan berjuang bersama untuk melewati masa krisis tersebut.

Bersambung

Anyeong Guys

Selamat malam

Terima Kasih

QaraTanjung