webnovel

Chapter 18 : Sebuah Kejutan

Jam dinding yang terpatri di atas kamar Maya menunjukkan pukul setengah delapan malam. Namun Haris belum juga pulang dari kantor. Beberapa kali Maya menelepon suaminya itu menanyakan apa gerangan yang membuat Haris tidak memberitahu dirinya jika akan pulang larut malam. Apalagi sampai tidak memberi kabar membuat Maya cemas.

Setelah tiga jam menunggu di ruang tamu, akhirnya Haris datang. Melihat istrinya terbaring di sofa membuat dia merasa bersalah. Dia menyesal karena tidak sempat memberi kabar kepada Maya bahwa dirinya akan pulang larut malam.

"Sayang ..., bangun. Ayo kita ke kamar," ucap Haris membangunkan istrinya yang masih tertidur pulas di atas sofa tamu.

Maya mulai membuka matanya yang masih berat, ia menyadari bahwa suaminya yang sedari tadi ditunggunya sudah pulang.

"Mas, ini jam berapa?" tanya Maya masih berusaha menyadarkan dirinya dari rasa kantuk.

"Jam sebelas malam, sayang." Terang Haris sambil memegang tangan istrinya untuk diajaknya ke kamar.

Setibanya di kamar, Maya melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Dirinya membantu melepaskan pakaian dan juga sepatu Haris. Lalu memijat kedua pundaknya dengan penuh kasih sayang.

"Kamu tidur saja, aku mau mandi dulu terus menyusul kamu," ucap Haris menghentikan aktivitas Maya yang memijat dirinya.

"Aku siapkan air hangatnya buat kamu mandi ya, Mas?" tanya Maya pada suaminya.

"Boleh, tapi setelah itu kamu tidur saja."

Maya mulai menyiapkan air hangat untuk suaminya dan setelah itu mengambilkan baju ganti yang ditaruhnya di atas tempat tidur.

Bagi Maya, mau bagaimanapun Haris adalah suaminya. Suka tidak suka dengan keputusan yang diambil Haris, dirinya harus menghargai.

Maya selalu berdoa agar rumah tangga mereka tetap harmonis meski sering sekali beradu argumentasi mengenai keputusan ibu mertuanya.

"Mas, tadi sudah makan malam belum? Kalau belum, biar aku turun siapkan makanan buat kamu." Maya bertanya kepada Haris setelah melihat suaminya keluar dari kamar mandi.

"Tidak perlu, tadi aku sudah dinner sekalian sama rekan kantor yang lain. Maaf ya, May. Aku tadi tidak sempat memberi kabar kamu karena aku benar-benar sibuk di kantor." Terang Haris kepada Maya.

"Nggak apa-apa kok, Mas. Yang penting kamu sudah makan. Sekarang kita istirahat saja, kamu pasti lelah seharian dikantor." Ajak Maya pada Haris. Setelah itu keduanya larut dalam keheningan malam.

Namun tidak untuk Renata. Dikamar hotel, dia sangat kesal dengan seseorang. Dan orang itu adalah Haris. Sejak tadi siang telepon dan message yang ia kirimkan tidak direspon. Renata bahkan sampai mendatangi kantor Haris namun justru dirinya harus dibuat menunggu cukup lama karena sekretaris Haris mengatakan jika Haris ada meeting dengan client diluar dan tidak dapat dipastikan kapan datangnya. Padahal sebelumnya Haris berjanji akan menemaninya lunch hari itu.

Renata sampai menelepon ibu Haris untuk memastikan bahwa Haris siang itu tidak lagi bersama Maya. Sayangnya ibu Haris tidak mengetahui apapun karena ia sedang berlibur bersama teman arisannya ke Bandung, dan terpaksa menginap di villa selama tiga hari. Hal itu membuat Renata sangat kesal sehingga dia meminum alkohol cukup banyak dikamar hotel, tempat ia menginap demi meluapkan rasa kecewa dan amarahnya.

Dirinya merasa tertipu dengan ucapan Haris. Dia juga berpikir bahwa Haris ingin bermain main dengan seorang Renata. Dan itu adalah sebuah kesalahan! Karena sesungguhnya Renata bukanlah perempuan yang semudah itu untuk dapat menerima penolakan dan diremehkan.

***

Keesokan harinya Maya terbangun dari tidurnya dan mendapati suaminya sudah tidak ada. Dia segera bangun dan mencari keberadaan Haris di kamar mandi dan balkon kamar tidur. Tapi Maya tidak menemukan suaminya padahal jarum jam masih menunjukkan pukul setengah lima pagi. Tidak mungkin Haris berangkat ke kantor sepagi itu apalagi sampai tidak berpamitan dengannya.

Maya terus mencari keberadaan Haris di bawah, di setiap ruangan yang ada dirumah itu. Tetap saja dirinya tidak menemukan sosok Haris. Maya menjadi bingung dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk menelepon Haris, memastikan kebenaran suaminya itu yang tiba-tiba menghilang seperti ditelan bumi.

Namun saat Maya akan mulai menaiki tangga, terdengar suara suaminya yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Maya berbalik badan melihat kearah Haris yang sudah berdiri tepat didepannya sambil tersenyum dan membawa kue bertuliskan, 'Happy Birthday Beautiful Wife'. Tak lupa lilin yang menyala di atas kue yang berbentuk hati.

Maya speechless, mulutnya menganga karena terkejut! Manik matanya mulai berkaca-kaca dan tidak lama kemudian ... menetes membasahi pipinya. Dia tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaan dia saat itu.

"Happy birthday, sayang," ucap Haris kepada Maya.

Beberapa saat Maya masih terdiam, dirinya hanya menunjukkan ekspresi wajah terharu bercampur bahagia. Pelukan hangat cukup erat itu Maya tujukan untuk suaminya. Dia benar-benar tidak ingat bahwa hari itu adalah hari ulang tahunnya.

"Terimakasih! Mas. Terimakasih, aku ... aku sampai lupa kalau hari ini adalah birthday aku! Dan kamu kasih surprise seperti ini aku sangat bahagia." Maya mengungkapkan isi hatinya kepada Haris.

"Sama-sama, sayang. Ayo tiup lilinnya! Dan jangan lupa buat permohonan dihari spesial kamu ini," ucap Haris sambil mendekatkan kue ke depan isterinya.

Maya memejamkan matanya sebentar, dia membuat permohonan kemudian dia meniup lilin yang menyala di atas cake ulang tahunnya.

"Are you happy, now?" tanya Haris lagi kepada istrinya.

"Very ... very ... happy!" jawab Maya bersemangat.

Meskipun ulang tahunnya hanya berlangsung sederhana dan berdua saja dengan Haris suaminya. Bagi Maya itu adalah momen terindah.

Tahun sebelumnya saat mereka masih berstatus sebagai tunangan, mereka merayakan ulang tahun Maya dengan berkumpul bersama dengan keluarga Maya. Dan setelah Maya menjadi seorang istri, Mata tidak dapat lagi berkumpul bersama keluarganya seperti dulu. Namun semua itu tidak mengurangi kebahagiaan yang Maya rasakan.

"Sayang, maaf. Karena tahun ini kita nggak bisa berkumpul bersama keluarga besar kamu. Niatnya hari ini aku ambil cuti, tapi ... ada telepon masuk dari Risa, katanya ada Mr. Charles dari Singapura yang ingin bertemu." Terang Haris kepada Maya penuh penyesalan.

"No worry, Mas. Kamu kerja saja, aku tidak apa-apa," ucap Maya menenangkan suaminya yang masih merasa bersalah.

"Tapi, kan ...." Belum sempat Haris melanjutkan ucapannya, Maya kembali menegaskan bahwa dirinya tidak mempermasalahkan hal itu. "Mas Haris punya tanggung jawab besar juga dikantor, jadi sebaiknya Mas Haris bersiap diri sekarang dan pergi bekerja. Aku akan siapkan kebutuhan kamu."

"Kamu yakin? Kamu nggak marah juga?" Haris kembali bertanya kepada Maya.

Maya tersenyum mengangguk setuju. "Tentu saja!" jawab Maya sambil beranjak dari tempat duduknya. Ia segera mempersiapkan segala keperluan Haris. Mulai dari baju kerja, kunci mobil, sepatu dan bekal makan siang untuk Haris.

Haris sendiri lebih menyukai masakan istrinya ketimbang beli keluar jika memang Maya membawakannya bekal ia pasti akan makan bekal itu. Haris sangat menghargai segala sesuatu yang dilakukan oleh istrinya. Dari hal kecil sekalipun ia merasa bahwa Maya adalah istri yang sempurna untuknya.