webnovel

Chapter 19 : Kado Terindah Untuk Maya

Tampaknya Haris berhasil mengatur kejutan kedua untuk istrinya itu. Maya tidak menduga sama sekali jika Haris masih menyiapkan kejutan untuknya.

Haris telah memesan tiket pesawat untuk dirinya dan Maya pergi ke Pulau Raja Ampat. Tempat dengan panorama alam yang hijau dan birunya air laut yang tidak dapat diragukan lagi keindahannya. Bukan itu saja, Haris juga berhasil reservasi untuk menginap di sebuah kapal pesiar yang sangat terkenal, yaitu Kapal Phinisi. Dimana kapal ini memang memiliki keistimewaan yang luar biasa. Dan dengan segala upaya Haris untuk bisa mengajak Maya naik ke kapal itu butuh sekali pengorbanan.

Bagaimana tidak, kapal itu memang hanya dapat menerima delapan belas penumpang saja. Tentunya itu tidaklah mudah. Butuh merogoh kocek yang cukup besar dan effort untuk bisa menjadi bagian dari ketujuh belas orang itu. Well ... Haris mendapatkan itu!

Selama dikantor Harus terus menerus memikirkan bagaimana ekspresi wajah istrinya nanti saat mengetahui kejutan yang sudah ia persiapkan. Haris yakin Maya akan begitu terpukau dan sudah pasti akan menangis karena bahagia.

Haris masih ingat dengan salah satu impian Maya untuk bisa merasakan menikmati keindahan pulau Raja Ampat dari atas kapal Phinisi. Dulu Haris hanya mendengarkan cerita Maya tentang impiannya itu karena dirinya belum bekerja. Keduanya masih kuliah semester akhir waktu itu. Namun didalam hati kecilnya, Haris berjanji kepada dirinya sendiri jika suatu hari nanti bisa mewujudkan impian Maya itu.

Saat sedang asiknya membayangkan kebahagiaan Maya, tiba-tiba terdengar suara telpon ruangan yang membuyarkan lamunan Haris.

Tut ....

"Halo! Pak." Suara Risa, sekretaris Haris dari ujung telepon.

"Iya, Risa. Ada apa?" tanya Haris memastikan.

"Ini, Pak. Ada Ibu Renata yang ingin bertemu dengan Bapak sekarang." Risa menjelaskan pada Haris siapa yang ingin bertemu dengannya.

"Baiklah, suruh saja dia masuk." Akhirnya Haris menerima kedatangan Renata setelah beberapa saat berpikir.

Tidak lama kemudian Risa membuka pintu dan mempersilahkan Renata untuk masuk kedalam ruangan. Haris yang melihat kedatangan Renata berdiri dan menyambut dengan sopan.

"Hai, silahkan duduk!" ucap Haris mempersilahkan. "Kamu mau teh?" tanya Haris basa basi.

"Tidak, terimakasih." Renata mencoba untuk tenang. Padahal sebenarnya dia sangat marah kepada Haris, tapi dia tahu Haris akan menjauhinya jika dia terlalu banyak menunjukan sikap tidak baik.

"Ada apa, Ren?" tanya Haris dengan nada datar.

"Pengen nungguin kamu saja untuk ngajak lunch bareng." Renata langsung to the point.

Mendengar pernyataan Renata, Haris mengerutkan dahinya. Dia tidak merasa tidak nyaman dengan keberadaan dan permintaan Renata, tapi dia enggan mengusirnya dari kantor. Bagaimanapun mereka pernah saling bersama.

"Ini masih jam berapa? Lagipula aku sudah bawa bekal. Jadi aku tidak akan makan diluar." Terang Haris pada Renata.

"Ayolah, Ris! Kemarin seharian aku sudah menunggu kamu datang. Aku sampai rela tidak makan apapun demi bisa makan bersama kamu. Tapi kamu tega nggak datang dan tidak memberi tahu aku!" seru Renata protes kepada Haris.

Haris semakin bingung dengan sikap Renata yang menganggap kebersamaan mereka adalah sesuatu yang istimewa. Dirinya sudah berulang kali mengatakan bahwa semua sudah berbeda, perasaan yang dulu pernah ada untuknya kini hanya untuk istrinya Maya. Haris juga sudah menjelaskan bahwa kejadian waktu itu adalah diluar kendalinya, dan itu juga Renata tahu. Tapi Haris merasa Renata terlalu berharap lebih kepadanya.

"Maaf, Ren. Aku kemarin sibuk, bahkan aku sendiri tidak sempat memberi tahu Maya. Dia sampai rela menunggu aku diruang tamu." Ungkap Haris pada Renata yang sepertinya ingin penjelasan lebih.

"Ris! Aku juga seharian menunggu kamu di hotel. Bukan cuma Maya! Kamu ingat nggak, kamu sendiri yang berjanji untuk makan siang bersamaku," ucap Renata mulai emosi.

"Aku ingat! Dan aku juga mengatakan bahwa aku tidak janji. Kamu sendiri yang terlalu berharap lebih. Tolong, Ren. Diantara kita sudah tidak ada apa-apa, perasaan aku saat ini cuma untuk istri aku. Jadi ... aku minta sama kamu untuk berhenti berharap kepadaku!"

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Renata langsung pergi meninggalkan ruangan Haris. Ucapan Haris begitu menyakitkan untuk didengarnya.

***

Haris segera bergegas meninggalkan kantor setelah jam kerja telah usai. Dirinya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Maya. Sebelumnya Haris sudah mengirimkan pesan kepada Maya agar bersiap diri untuk pergi dan menyiapkan barang-barang kebutuhan mereka. Dirinya mengatakan bahwa ingin mengajak Maya ke Jogja untuk menemaninya melakukan perjalanan dinas kantor. Haris sengaja tidak memberi tahu yang sebenarnya karena ingin membuat istrinya terkejut.

Setibanya dirumah, Maya sudah menyambut kedatangannya di depan halaman rumah. Maya mencium tangan Haris seperti biasanya setelah Haris turun dari mobil.

"Kok diluar? Terus itu apa yang kamu bawa?" tanya Haris karena melihat Maya di halaman sambil menenteng sesuatu.

"Iya, Mas. Tadi ada kurir antar macaroni schotel panggang," jawab Maya sambil memperlihatkan packing bag makanan yang dia bawa.

"Oh, iya. Gimana semua sudah siap?" tanya Haris kembali pada Maya tentang barang-barang yang akan dibawanya pergi.

Maya mengangguk, dirinya tidak menanyakan lagi kemana suaminya akan membawa dia pergi. Maya sudah sangat senang ketika Haris mengatakan bahwa dirinya akan diminta menemani kepergian suaminya ke Jogja. Jarang sekali dia menikmati waktu bersama dengan Haris walaupun masih dalam urusan pekerjaan.

Setelah semua beres, Haris pun sudah selesai mandi. Mereka berdua bergegas pergi menuju Bandra. Pesawat mereka take off tepat pukul delapan malam.

"Happy banget sih wajahnya..." Goda Haris setelah melihat kearah Maya yang tengah senyum sendiri. "Lagi mikirin apa emangnya?" tanya Haris kemudian karena penasaran.

"Nggak apa-apa kok, Mas. Aku happy aja bisa liburan lagi sama kamu," jawab Maya masih tersenyum bahagia.

"Meskipun nanti aku juga bakalan ninggalin kamu kerja nggak masalah?" Imbuh Haris sengaja ingin mengetahui jawaban istrinya.

"Iya. Nggak masalah kok, Mas. Kan kita ke Bali waktu itu aku juga nggak mempermasalahkan. Aku tahu kamu kerja, tapi aku bisa melihat suasana baru. Itu sudah lebih dari cukup." Maya menjelaskan.

"Baiklah! Kalau begitu, aku yakin kamu pasti akan super happy liburan kali ini!" seru Haris bersemangat.

Haris semakin tidak sabar untuk memberikan kejutan pada Maya. Padahal istrinya hanya tahu diajak ke Jogja dalam rangka pekerjaan saja dia sudah happy, bagaimana jika Maya tahu surprise apa yang sudah dipersiapkan Haris yang sebenarnya.

Setibanya di bandara Juanda Surabaya, Haris dan Maya segera turun dan pergi untuk check-in. Maya sedikit bingung setelah melihat rute penerbangan pesawat yang akan membawanya pergi. Maya pun bertanya kepada Haris karena penasaran sekaligus bingung.

"Mas. Ini kita bukannya ke Jogja, ya? Kok kita ke rute penerbangan kota Sorong?" tanya Maya pada Haris.

"Oh, iya. Ada urusan sebentar disana. Aku lupa belum bilang sama kamu. Nggak apa-apa kan?" Haris balik bertanya seolah dia memang lupa untuk memberi tahu Maya. Padahal sebenarnya itu memang sengaja untuk membuat Maya bingung. Setelah melihat ekspresi Maya, Haris puas karena terlihat sekali istrinya bingung.

Next chapter