Aku mengangguk lalu ia menuangkan Lafite yang berusia 82 tahun dan menyerahkannya kepadaku.
Setelah mengambil anggur merah itu, aku bersandar di bahunya dan memandang ke luar jendela bersamanya.
Saat itu, malam terlihat suram, bulan cerah, bintang-bintang sangat jarang terlintas, dan seumpun awan lembut melayang di langit malam, menutupi bulan yang cerah dengan lapisan benang perak misterius.
"Apa yang sedang kamu lihat?" Aku bertanya penasaran.
"Melihat bulan." Ia menjawab ringan.
Aku mengerutkan kening, "Bulan purnama akan segera datang."
Dia mengangguk, tetapi kali ini aku bisa melihat matanya yang terlihat lelah.
Tepat di bulan purnama, saat itulah ia mengalami serangan sakit kepala yang luar biasa.
Ah, ayah yang kejam sekali.
Aku membelai bahu Bei Mingyan dengan lembut.
"Jangan bersembunyi dariku kali ini, biarkan aku menemanimu?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com