Setelah anak buah Jungkook melepas mereka, Daniel dan sungwoon menuju ke apartemen Jiyong untuk menemui nya. Setelah sampai di depan pintu apartemen itu Daniel berinisiatif untuk menekan bel pada samping pintu.
๐ง๐ถ๐ป๐ด ๐ง๐ผ๐ป๐ด
๐ง๐ถ๐ป๐ด ๐ง๐ผ๐ป๐ด
Keduanya masih menunggu di depan pintu namun masih belum mendapati pemilik apartemen keluar dari sana.
"Kemana temanmu? Kenapa tidak ada suara apapun dari dalam?" Tanya Sungwoon.
"Entahlah mungkin ia sedang berada di luar sekarang." Jawab Daniel sambil memainkan ponselnya.
"Sebentar aku akan coba menghubunginya." Sungwoon pun mengangguk kemudian Daniel melangkah sedikit jauh dari kekasihnya itu.
Sungwoon menunggu dengan gelisah karena memikirkan keadaan Jimin yang telah di bawa oleh Jungkook kembali ke Korea. Ia tak pernah menyangka jika hal seperti ini akan terjadi pada adiknya. Yang awalnya Jimin hidup bahagiaย bersama Taehyung membina kehidupan pernikahan yang damai penuh canda tawa dan juga keharmonisan, kini menjadi porak poranda hanya karena seorang Jeon Jungkook yang menjadi benalu dalam kehidupan rumah tangga adiknya. Menghancurkan kebahagiaan yang sudah di bangun bertahun-tahun kini hancur. Di tambah dengan masalah kehamilan Jimin yang mungkin belum di ketahui oleh Taehyung.
Sungwoon yang tenggelam dengan pemikirannya, harus tersadarkan oleh tepukan di pundaknya.
"Woonie?" Panggil Daniel dengan memandang kekasihnya itu heran.
"Woonie ada apa?" Sungwoon pun tersadar dan tampak salah tingkah.
"Eh? Em.. Ya.. Daniel? B-bagaimana?" Daniel mengerutkan keningnya.
"Kau kenapa sayang? Kau masih memikirkan Jimin?" Sungwoon pun mengangguk dengan tatapan sedihnya.
"Um.. Aku khawatir padanya. Dan ya.. Bagaimana?"
"Tidak di angkat.." Ucap Daniel yang kini tampak kecewa.
"Hah... Apa yang harus kita lakukan sekarang Daniel? Bagaimana caranya kita membawa Jimin kembali?" Ucap Sungwoon yang terdengar putus asa di telinga Daniel. Daniel pun segera menarik Sungwoon ke dalam pelukannya dan mengusap punggung Sungwoon yang bergetar.
"Tenanglah woonie, kita pasti membawa Jimin kembali. Aku yakin dia baik-baik saja saat ini." Sungwoon pun mengeratkan pelukannya pada tubuh Daniel. Ia begitu takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada adiknya saat bersama Jungkook. Karena Seungwoon menyadari satu hal akan tingkah Jungkook yang menunjukkan bahwa pemuda itu sangat terobsesi pada adiknya.
'๐๐ฌ๐ฉ๐ฆ๐ฎ'
Suara seseorang menginterupsi keduanya yang tengah berpelukan.
"ko tod krab, Phwk khuแน mแป khwang thang di may?" Ucap seorang pemuda manis dengan membawa sekantung belanjaan yang kini berada di samping mereka. Seungwoon dan Daniel pun tersentak kemudian melepas pelukan mereka danย Seungwoon tampak wajahnya memerah karena malu.
"Sorry?" Ucap Daniel.
"can you guys not get in the way?" Ucap pemuda itu lagi.
"Ah.. Ne. am really, really sorry!" Ucap Daniel sambil membungkukkan tubuhnya.
"sorry if I may know what you are doing?"
"we are looking for the owner of this apartment, do you know where he is?" Ucap Daniel sambil tangannya menunjuk ke arah pintu apartemen milik Jiyong.
"you are looking for P' Jiyong?"
"Yes right."
"Kalian dari Korea?" Ucap pemuda itu membuat Sungwoon dan Daniel terkejut bahwa pemuda Thailand ini bisa berbahasa Korea.
"Ne, kami dari Korea dan kami sedang mencari pemilik apartemen ini."
"P' Jiyong terlihat sedang keluar beberapa waktu yang lalu. Mungkin sebentar lagi pulang."
"Ah.. Begitu?"
"Daniel-ah bagaimana?" Ucap Sungwoon yang kini menatap sedih pada kekasihnya.
"Kita kembali sa...
"Itu dia! P'! Ada yang mencarimu!" Pekik pemuda Thailand bernama Can itu. Setelah itu Can pun berpamit pada ketiganya.
Sungwoon dan Daniel pun berbalik, kemudian alis mereka pun saling bertaut sedetik kemudian saling pandang dan kembali menatap ke arah Jiyong yang baru datang.
"Jiyong-ah kenapa dengan wajahmu?" Ucap Daniel yang menatap heran pada pria di depannya yang mempunyai luka lebam pada rahangnya.
"Ulah si brengsek Jeon. Maaf aku gagal membawa Jimin kembali." Ucap Jiyong terdengar penuh sesal.
"Kami pun begitu, Jungkook membawa Jimin kembali ke Korea." Ucap Sungwoon dengan mata yang berkaca-kaca. Daniel pun mengusap punggung kekasihnya agar tetap tenang.
"Bagaimana sekarang? Hiks..hiks.." Sungwoon mulai terisak di dalam dekapan Daniel. Ia bingung harus melakukan apa untuk menolong Jimin. Bahkan Daniel dan Jiyong pun masih diam entah apa yang ada di pikiran keduanya sehingga kini kedua orang itu pun saling menatap dengan tatapan yang sulit di artikan.
****
๐ฆ๐ฒ๐ผ๐๐น, ๐๐ผ๐ฟ๐ฒ๐ฎ.
Jimin dan Jungkook telah sampai di bandara internasional incheon. Saat ini keduanya tengah berada di ruang tunggu. Sedang Jackson tengah berada di depan pintu ruangan itu untuk berjaga.
Jungkook menyuruh jimin untuk beristirahat sejenak karena luka yang ia terima di lengannya. Karena Jimin tampak pucat dan ia pun sedang menunggu seseorang untuk bertemu. Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya pintu ruangan itu pun terbuka.
"Jungkook! Ada ap-Jimin!"ย Wonwoo berlari dengan panik saat melihat Jimin yang tengah terbaring di sofa.
"Apa yang terjadi? Kau melukainya?!" Bentak Wonwoo menatap geram pada Jungkook.
"Jangan menuduhku sebelum aku menjelaskannya." Ucap Jungkook malas.
"Baiklah katakan." Kemudian Jungkook pun menceritakan apa yang terjadi saat di bandara Internasional Chiang Mai kemarin yang membuat Wonwoo terkejut dan kembali menatap Jimin.
"Hyung, tolong bawa Jimin bersama mu. Aku akan ke London sekarang karena ada pekerjaan yang harus ku selesaikan. Aku akan segera kembali. Tolong jaga Jimin untuk ku."
"Ne, kau tenang saja. Berhati-hati lah." Jungkook pun mengangguk kemudian kini beralih menatap Jimin dan mengulurkan tangannya untuk menangkup wajah pucat itu.
"Jaga dirimu dan baby, aku akan segera kembali." Jimin hanya bisa mengangguk lemah karena menahan rasa sakit pada lengannya. Sebelum pergi jungkook menyempatkan memberi kecupan pada kening dan bibir Jimin kemudian memeluknya sebentar.
"Baiklah baby, aku pergi. Hyung aku pergi."
"Nde." Jungkook pun segera keluar dari sana dan mendekat pada Jackson.
"Perintahkan beberapa orang mu untuk menjaga Jimin dan hyung ku."
"Nde tuan."
"Kita pergi sekarang."
****
Wonwoo tengah mendekap tubuh Jimin yang bersandar padanya. Tampak Jimin begitu lemah dan pucat. Saat ini mereka berada di dalam mobil dalam perjalan ke rumah sakit. Woonwo sudah menghubungi ayah dan ibunya. Saat di telepon tadi, ibunya sangat terkejut saat mendengar Jimin terluka dan dengan panik ibunya menyuruh Wonwoo membawa Jimin ke rumah sakit.
"Hyung.. Aku mengantuk." Ucap Jimin terdengar lemah di telinga Wonwoo.
"Nde, tidurlah. Sebentar lagi kita sampai." Ucap Wonwoo sambil mengeratkan dekapannya dan mengusap kepala Jimin dengan lembut hingga Jimin pun terlelap.
Setelah 45 menit berlalu, sampailah mereka di sebuah rumah sakit besar Seoul. Wonwoo menoleh pada pemuda mungil yang berada dalam dekapannya. Kemudian dengan perlahan Wonwoo mengangkat tubuh Jimin setelah sopirnya membukakan pintu di sampingnya. Membawanya masuk ke dalam gedung rumah sakit itu. Di sana di depan pintu gedung rumah sakit terlihat Min-yeong dan Woo-bin sudah menunggu, melihat putra sulungnya yang tengah menggendong tubuh mungil yang ia kenal keduanya berlari menghampiri dengan raut cemasnya.
"Wonwoo-ya apa yang terjadi pada Jimin kenapa seperti ini?" Tanya Woo-bin sambil mengambil alih tubuh mungil Jimin dan berlari masuk ke gedung rumah sakit itu. Min-yeong sempat memekik dan kini menangis saat melihat lengan Jimin yang tengah terluka dan tampak mengeluarkan rembesan darah dari balutan kain kassa yang masih terpasang rapi.
Kini ketiga orang bermarga Jeon itu tengah menunggu di depan pintu UGD dimana Jimin sedang dalam penangan dokter. wonwoo sudah menceritakan kejadian yang menimpa Jimin dan Jungkook sempat sang ibu, Jeon Min-yeong menangis tersedu mendengarnya karena kekhawatirannya pada calon menantu dan calon Cucu nya.ย Sedang ayah nya Jeon Woo-bin hanya bisa menenangkan istrinya meski hatinya juga tak menampik rasa cemas dan hanya dapat terekspresi dari raut wajahnya yang tampak sendu.
๐๐ฒ๐ธ๐น๐ฒ๐ธ
Setelah 15 menit berlalu Dokter pun keluar dari ruangan itu, "Dengan keluarga pasien Park Jimin?"
"Saya ayah mertuanya. Bagaimana keadaannya Uisanim?" Ucap Woo-bin di depan Dokter itu.
"Lukanya sudah kami tangani Anda tenang saja tuan. Kami memberinya obat tidur dengan dosis yang ringan agar pasien tetap tertidur untuk memulihkan tubuhnya dari kelelahan.."
"Bagaimana kandungannya?" Sela Min-yeong
"Anda tak perlu khawatir, kandungan pasien sangat sehat kami sudah melakukan USG untuk melihat perkembangan janinnya. Ah.. Iya ini foto USG dari pasien. Kami akan segera memindahkannya ke ruang rawat sebentar lagi. Kalau begitu saya permisi."
"Ne, terima kasih Uisanim." Setelah membungkuk pamit Dokter pun pergi dari sana.
Woo-bin yang ingat sesuatu yang di berikan oleh Dokter pun segera melihatnya
Ia menatap hasil USG itu dengan pandangan berbinar.
"Sayang, lihatlah calon cucu kita." Ucap Woo-bin sambil menyerahkan foto USG itu pada istrinya.
"Omona! Cucu ku.." Min-yeong tampak berkaca-kaca melihat calon cucunya yang tampak sehat. Ia begitu tak sabar untuk segera menimangnya. Sedangkan Wonwoo menatap sendu dengan senyum kecutnya saat melihat kebahagiaan kedua orang tuanya.
"๐๐ข๐ณ๐ถ๐ด๐ฌ๐ข๐ฉ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ต๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ด๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ๐ฏ๐บ๐ข ๐ฑ๐ข๐ฅ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ณ๐ฆ๐ฌ๐ข? ๐๐ข๐ฑ๐ช... ๐๐ฌ๐ถ ๐ต๐ข๐ฌ ๐ช๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ฃ๐ข๐ฉ๐ข๐จ๐ช๐ข๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ณ๐ฆ๐ฌ๐ข ๐ฉ๐ข๐ฏ๐ค๐ถ๐ณ ๐ฃ๐ฆ๐จ๐ช๐ต๐ถ ๐ด๐ข๐ซ๐ข ๐ด๐ฆ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ด๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ข ๐ฌ๐ฆ๐ฃ๐ฐ๐ฉ๐ฐ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ช๐ฏ๐ช ๐ต๐ฆ๐ณ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ข๐ฑ. ๐๐ถ๐ฉ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฑ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฉ๐ข๐ณ๐ถ๐ด ๐ฌ๐ถ ๐ญ๐ข๐ฌ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ? ๐๐ข๐ณ๐ถ๐ด๐ฌ๐ข๐ฉ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ต๐ข๐ฉ๐ถ๐ช ๐ด๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ฉ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ฅ๐ช๐ข๐ฎ ๐ด๐ข๐ซ๐ข?"
๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐...