webnovel

BAB 2 ~ Trio Preman

Pulang sekolah, posisi matahari telah menunjukkan bahwa hari sudah memasuki sore hari. Namun, suasana masihlah cerah seperti siang hari karena masih belum terlalu lama.

Muhammad Fahri Pratama, berjalan sendirian menyusuri jalan setapak. Rumah rumah warga dilewati satu demi satu, seiring perjalanannya pulang.

••••

Di suatu titik di perjalanan, terdapat sebuah warung sederhana dengan dinding kayu. Di depan warung terdapat bangku dan meja tempat makan dengan 2 orang pria badan besar duduk disana. Salah satunya berbadan gemuk duduk menghadap meja sambil menghadapi satu porsi gado gado, sedangkan satu lagi memiliki tubuh yang sedikit lebih kurus duduk menyampingi meja dengan satu puntung rokok menyala di tangannya. Di meja tampak kotak rokok yang masih ada isinya dan korek api.

"Mbok! Kerupuknya satu lagi yah!" Ucap pria berbadan besar seraya mengambil sebungkus kecil kerupuk yang ada di dinding luar warung.

"Jho, Jho, makan aja terus." Pria yang sedang merokok menggelengkan kepala.

"Yo ndak ada salahnya kan?" Ucap pria gemuk yang sedang makan tersebut.

Jho, atau kerap di panggil bang Jho atau om Jho, adalah nama dari pria berbadan gemuk yang tengah makan tersebut. Tidak ada yang tahu masa lalu dari orang ini, bahkan nama aslinya pun tak ada yang tau. Orang orang bilang setelah dia datang kesini dia langsung mendatangi bos preman di kampung ini dan lalu bergabung.

Pria yang berbicara dengannya sebelumnya menggelengkan kepalanya sekali lagi mendengar jawaban Jho.

Supriyanto, kerap di sapa dengan nama Supri adalah nama pria yang menggelengkan kepalanya.

"Sup, kalo gak salah adik Fahri udah mulai masuk sekolah lagi hari ini loh." Ucap Jho yang masih menghadapi makanan di hadapannya.

"Hooh, kata bos sih dia sekolah di sekolah di jalan depan sono noh!" Ucap Supri sambil menunjuk ke salah satu jalan.

"Oalah... Deket toh ternyata." Jho mengangguk anggukan kepalanya.

Beberapa saat kemudian, Jho berhenti melahap makanannya, makanan di piring masih belum habis. Sedang memikirkan sesuatu.

"Di SMA sekarang... Anak anak lagi pada belajar apa sih?" Jho bergumam.

"Yo gak tau, orang kita SD aja gak tamat kok." Supri menjawab gumaman Jho tiba tiba.

"Bener juga sih." Jho tampak ingin tertawa namun segera melanjutkan memakan makanannya.

Ditengah Jho sedang melahap makanannya, Supri sedang menikmati rokok yang ada di tangannya. Asap putih pucat keluar dari hidung dan mulutnya. Disaat dia asik menikmati rokoknya, dia melihat seorang anak muda yang dia kenal melewati jalan depan di bagian depan warung.

"Woi Jho, ada dik Fahri tuh di depan!" Ucap Supri menunjuk.

"Mana?" Jho berhenti makan dan langsung melihat ke arah Supri menunjuk.

"Itu loh!" Supri menunjukkan ke arah yang lebih jelas.

"Dik Fahri! Sini!" Supri memanggil sambil melambaikan tangannya.

••••

Beberapa saat sebelumnya.

Fahri berjalan menyusuri jalan, bermaksud pulang menuju rumah. Tak ada yang spesial dari perjalananya tersebut, hanya ada rumah rumah warga dan dua ekor kucing yang sedang bergelut.

Jalan di susuri sedikit demi sedikit sampai akhirnya suara dari orang yang di kenal terdengar.

"Dik Fahri! Sini!" Supri memanggil sambil melambai di depan sebua warung.

Fahri pergi mendatangi orang yang memanggilnya tersebut.

"Om Supri? Om Jho? Ngapain di sini?" Fahri bertanya.

"Biasalah, ini si Jho kerjaan makan aja terus dari dulu." Jawab Supri.

"Ya ga gitu juga lah Sup, ngomong ngomong, kabar pak Bos gimana dik?" Jho bertanya.

"Bapak baik aja kok di rumah, kalo mau mampir juga gak papa." Fahri menjawab.

"Beneran nih?" Supri sedikit tidak percaya.

"Hooh, beneran gak nih." Jho juga ikut bertanya.

"Iya beneran." Jawab Fahri sopan.

"Yaudah Sup! Kalo kita pergi ketemu bos sekarang gimana?" Jho yang makanannya telah habis mengajak Supri.

"Ayok!" Supri menerima ajakan.

"Dik Fahri! Kita pergi duluan yah." Ucap Jho membereskan piring makanannya.

Supri dan Jho mulai berdiri dari tempat duduknya dan langsung beranjak pergi dengan bersemangat. Terkhusus untuk Jho, sebelum pergi dia memberikan uang kepada pemilik warung membayar makanan yang dia pesan sebelumnya.

"Cepet amat perginya. Yaudah bu, saya permisi dulu yah. Maaf kalo ganggu." Fahri berbicara kepada ibu pemilik warung.

Ibu pemilik warung hanya mengangguk dan Fahri yang sekarang ditinggal sendirian juga kini mulai beranjak menyusuri jalan menuju rumahnya lagi.

••••

Di rumah, Sumitro, ayah dari Fahri sedang duduk di depan teras rumah. Cahaya matahari sore yang tidak begitu menyengat menutupi sebagian wajahnya.

Tidak lama kemudian, Supri dan Jho datang dari satu arah jalan. Jalan mereka sedikit cepat, seakan sedang terburu buru.

""Bos!"" Panggil mereka bersamaan. Ketika sampai di depan rumah.

Panggilan 'Bos' yang di katakan oleh Supri dan Jho merujuk kepada Sumitro. Sumitro dulunya merupakan salah satu preman yang paling terkenal di kampung dengan Supri dan Jho sebagai bawahannya. Banyak hal buruk yang dilakukan oleh mereka dulu, namun sekarang dia telah meninggalkan kebiasaan itu.

"Supri?, Jho?" Sumitro mengangkat tubuhnya yang sebelumnya bersandar di kursi menjadi posisi duduk biasa. Melihat mereka berdua.

Supri dan Jho nampak terlihat ngos ngos ngosan saat ini. Kedua tangan Supri di letakkan di lututnya untuk menopang tubuhnya yang kelelahan, sedangkan Jho bersandar di tubuh Supri.

"Kalian lagi ada urusan apa disini?" Tanya Sumitro.

"Ngak, kita cuma mau datang ke sini aja. Jho! Lepasin dulu coba! Badanmu itu berat tau!" Ucap Supri.

"Ya maaf. Jalan dari warung sana ke sini tuh capek tau!" Keluh Jho.

"Segitu doang dah capek." Ucap Supri menyindir.

Sumitro hanya duduk sambil mendengarkan percakapan antara keduanya untuk beberapa saat. Hingga akhirnya dia memanggil.

"Jho! Kamu kerja apa sekarang?" Tanya Sumitro.

Dulu mereka adalah preman kampung, namun sekarang Sumitro selaku pemimpin meninggalkan kelompok dan secara tidak langsung membubarkan kelompok tersebut.

"Bos, saya kerja di pasar sekarang. Walau cuma jadi kuli angkut aja sih. Tapi gajinya cukup lah buat makan." Jawab Jho.

"Gitu yah, gapapa, penting kamu sekarang kerja halal." Sumitro mengangguk.

"Iya Bos." Jawab Jho.

"Kalo Supri? Kamu sekarang kerja apa?" Sumitro memberikan pertanyaan yang sama, namun kali ini ke Supri.

"Saya kerja di bengkel jalan depan sana Bos, ada teman saya yang buka bengkel di sana dan saya dibolehin buat bantu bantu. Yah, untung juga sih dulu pernah di ajarin beberapa tentang mesin sama bapak." Jawab Supri sambil menunjuk ke arah deoan jalan.

"Oh... Bengkel di depan situ? Iya tau tau." Sumitro mengangguk.

"Hah... Syukur kalo kalian udah dapet kerja halal, toh walau penghasilan memang tidak seberapa, tapi gak bikin resah warga seperti dulu." Sumitro melanjutkan, menundukkan kepalanya mengenang hari dulu.

"Iya bos, syukur." Supri menanggapi.

Setelahnya, beberapa perbincangan singkat berlanjut. Sudah begitu lama mereka tidak berbincang sebebas ini. Mengenang masa lalu mereka, terkadang mereka akan tertawa, namun suatu saat mereka juga merenung untuk beberapa saat.

Beberapa saat telah berlalu, kini keadaan sudah lebih tenang dibanding yang sebelumnya. Fahri datang dari arah yang sama dengan Supri dan Jho datang sebelumnya.

"Assalamualaikum." Fahri memberi salam.

"Wa alaikum salam. Udah pulang?" Tanya Sumitro.

"Udah pak." Ucap Fahri seraya mencium tangan ayahnya itu.

"Yaudah, kamu buruan ganti baju terus ke masjid." Sumitro menyuruh.

"Baik pak." Jawab Fahri.

Beginilah rupa Sumitro saat ini, seorang yang dulunya ditakuti dan sering membuat onar di kampung. Sekarang telah berubah menjadi orang yang bahkan sholat 5 waktu pun tak pernah di tinggalkannya. Perkataan para orang orang alim memang ada benarnya, "Seorang yang dulunya di cap jelek, suka berbuat onar, belum tentu di masa depan akan tetap terus seperti itu. Ingat! Ada takdir yang dapat di ubah dengan usaha kita. Mungkin hari ini dia terlihat buruk mau itu dari perangainya maupun penampilannya, tapi mungkin entah itu besok atau lusa atau seterusnya lagi, dia menjadi orang yang rajin beribadah, puasa, bahkan membuat orang yang dulunya memberi cap buruk pada dirinya malu, melihat perangai mereka sekarang yang sholat wajib pun masih bolong bolong tiap harinya..."

Sebelum Fahri pergi masuk ke dalam rumah, dia terlebih dahulu membalikkan badannya. Menghadap Jho dan Supri yang sebelumnya berdiri diam untuk beberapa saat.

"Fahri masuk kedalam dulu yah om." Ucap Fahri sambil menurunkan badannya sekejap.

"I-iya dek" Supri menjawab.

Setelahnya, Fahri mulai beranjak masuk ke dalam rumah meninggalkan Sumitro dan yang lainnya.

••••

Fahri mulai beranjak masuk ke dalam rumah meninggalkan Sumitro, serta Jho dan Supri di luar.

Memasuki bagian dalam rumah, Fahri langsung di sambut dengan furnitur furnitur rumah seperti sofa dan meja kecil untuk saat menerima tamu. Ada juga sebuah televisi ukuran sedang dengan remot di sebelahnya.

Rumah yang terdiri dari sekitar 6 ruangan ini tidaklah terlalu besar maupun terlalu kecil. Terdiri dari 3 kamar yang 1 diantaranya di alih fungsi menjadi tempat kerja serta dapur, ruang tamu dan kamar mandi.

Fahri beranjak masuk ke dalam salah satu ruangan. Di dalam, dia disambut dengan sebuah kasur dengan lemari dengan cermin di sebelahnya serta meja belajar dengan lampu belajar yang terlihat sedikit usang karena waktu. Juga ada sebuah foto dengan seorang wanita di dalamnya di pajang di atas meja tersebut.

Lemari dibuka, berbagai baju dengan berbagai ukuran dan warna dilipat dengan rapi di dalamnya. Ada juga beberapa baju yang digantung menggunakan hanger seperti baju sekolah dan baju koko yang sering di gunakan saat pergi ke masjid.

Mengambil salah satu baju koko berwarna putih yang digantung di lemari, Fahri mulai mengganti bajunya, mengambil celana hitam dan sarung lalu memakai peci hitam.

Selesai berganti baju, Fahri mulai akan beranjak keluar rumah. Namun ketika sudah berada di depan pintu kamar, untuk semetara langkahnya terhenti. Dia membalikkan badannya menghadap ke kamar lagi, melihat foto di dalam bingkai yang ada di meja untuk beberapa saat lalu mulai berbalik lagi dan menuju ke luar rumah.

••••

Fahri keluar menuju teras rumah setelah mengganti pakaiannya. Beberapa tawa terdengar dari sana.

"Pak!" Fahri memanggil ayahnya.

"Oh, sudah selesai ganti bajunya?" Tanya Sumitro.

"Iya pak, sudah." Jawab Fahri.

"Yaudah, kita ke masjid sekarang kalo gitu." Ucap Sumitro melanjutkan.

"Iya pak." Fahri mengiyakan lagi.

Keduanya mulai bersiap untuk beranjak ke masjid untuk melakukan sholat asar. Sumitro sudah dari tadi menggunakan baju koko dan peci, jadi dia hanya perlu menggunakan sarung saja.

"Supri, Jho, Kita pergi dulu yah. Ingat, kalian udah bukan jadi pembuat onar lagi." Kata Sumitro kepada Jho dan Supri.

"I-iya bos." Keduanya menjawab.

Dengan itu, Sumitro dan anaknya beranjak menuju masjid meninggalkan Jho dan Supri.

"Jho, aku pergi duluan yah, mau ke bengkel." Supri berbicara kepada Jho beberapa saat setelah Sumitro pergi.

"Yaudah deh, aku juga mau ke pasar lagi, mana tau ada rejeki." Ujar Jho menjawab.

Akhirnya, mereka berdua pun juga ikut berpisah dan mulai mengerjakan urusannya masing masing.

••••

Di sebuah jalan setapak, Sumitro dan anaknya Fahri berjalan. Suara azan dari masjid terdekat mengiringi langka demi langkah yang mereka ambil. Jalan yang mereka ambil terlihat sedikit becek karena malam sebelumnya turun hujan walau tidak benat benar deras, tapi mereka tetap harus mengangkat sarung mereka agar tidak kotor terkena percikan lumpur tanah.

Sesampainya di masjid, Sumitro dan Fahri menuju ke tempat wudhu.

"Pak, Adek mau ke toilet dulu yah. Lagi kebelit pipis." Kata Fahri.

"Oh... Kenapa nggak dirumah aja sih tadi, yaudah, kamu buruan ke toilet sana, bapak ambil air wudhu duluan ntar kamu nyusul." Kata Sumitro menanggapi.

"Iya pak." Fahri pergi berpisah dengan Sumitro menuju toilet.

Selesai dari toilet, Fahri beranjak menuju tempat wudhu dan mengambil air wudhu. Iqamah berkumandang beberapa saat kemudian dan akhirnya para jemaah melakukan sholat berjamaah hingga selesai.

••••

Selesai Sholat

"Fahri, kamu pulang sendirian yah. Bapak ada urusan habis ini." Ucap Sumitro kepada anaknya.

"Iya pak, Fahri pulang dulu yah, mau ngetjain PR dari sekolah." Jawab Fahri.

"Yaudah, Bapak pergi dulu, assalamualaikum." Ucap Sumitro seraya pergi.

"Wa alaikum salam." Fahri menjawab salam dari bapak sambil juga beranjak menuju rumah.

••••

Fahri telah berpisah dengan ayahnya setelah dari masjid tadi dan sekarang menyusuri jalan tanah yang masih terlihat basah dengan becek di sana sini. Terkadang dia melompat untuk menghidari salah satu genangan air yang becek tersebut.

Sesampai di rumah, Fahri langsung pergi menuju kamarnya. Kunci rumah telah di berikan oleh Bapak saat mereka berpisah sebelumnya.

Mengambil buku yang masih di dalam tas lalu menaruhnya di meja belajar. Soal demi soal di kerjakan satu persatu, menghitung, menganalisis, bahkan menyimpulkan. Hari ini mungkin hari pertama masuk sekolah, tapi entah mengapa pekerjaan rumah yang diberikan bisa dikatakan cukup banyak bahkan membuat waktu tanpa terasa berlalu begitu saja.

"Assalamualaikum" Suara Sumitro terdengar dari pintu depan.

"Wa alaikum salam Udah selesai urusannya pak?" Tanya Fahri.

"Hah... Iya, udah dek" Jawab Sumitro sambil menghela nafas.

"Kenapa pak?" Tanya Fahri lagi melihat ayahnya nampak kelelahan.

"Enggak, bapak tadi di kasih tau sama atasan bapak di tempat kerja katanya mulai hari ini jam kerja bapak bakal di ganti ke malam sampe pagi." Jawab Sumitro.

"Gitu yah..." Fahri mengangguk.

Sumitro bekerja di sebuah tempat budidaya ikan sebagai bawahan. Baru saja sebelumnya dia menemui salah satu petinggi di sana dan dia di beritahu bahwa waktu kerjanya akan diganti menjadi malam hingga pagi sebagai pengawas agar tidak ada pencuri ikan yang datang saat malam hari.

"Yaudah deh pak, Fahri juga gak papa di tinggal sendirian malem malem di rumah." Kata Fahri melanjutkan.

Sumitro menunduk untuk beberapa saat diam.

"Hah... Kamu belajar yang rajin yah, jangan tidur kemaleman waktu bapak gak di rumah. Sekarang kamu mandi siap siap ke masjid buat magriban."

"Iya pak." Fahri mengangguk dan mulai menuju kamar mengambil handuk untuk mandi. Sumitro hanya melihat anaknya dari belakang, matanya seakan penuh akan penyesalan akan sesuatu.

••••

Azan berkumandang, langit oranye senja mengikuti. Sumitro dan anaknya pergi menuju masjid, ada juga beberapa warga yang ingin pergi ke tempat yang sama.

Sholat magrib selesai di laksanakan dan pengajian rutin pun dimulai. Setiap kata yang di berikan disimak dengan jelas dan fokus hingga akhirnya waktu isya tiba.

Selesai sholat isya. Fahri dan Sumitro sampai di rumah. Fahri langsung duduk di meja belajar di kamarnya, sedangkan Sumitro sibuk berganti pakaian.

"Fahri, bapak pergi dulu, kamu jangan tidur kemaleman." Kata Sumitro yang telah selesai berganti baju.

"Iya pak, bapak hati hati juga yah disana." Jawab Fahri.

"Assalamu'alaikum"

"Wa alaikum salam"

Dengan salam itu, Sumitro mulai meninggalkan rumah, menyusuri gelapnya malam, serta dinginnya udara. Fahri melanjutkan pekerjaan rumahnya yang belum selesai dan setelahnya dia tidur lebih awal.

****