Cukup lama aku berlatih memanah sendirian, sejauh ini tembakanku hampir semuanya meleset. Aku rasa ini hal yang wajar karena sudah lama aku tidak berlatih memanah. Belakangan ini aku selalu berlatih cara penggunaan DOS.
"Itukah senjatamu?"
Suara itu sukses membuatku tersentak. Aku memalingkan wajah dan menatap ke arah sesosok pria yang sedang berdiri di belakangku. Pria itu tidak lain adalah Ares.
"Begitulah," sahutku cuek.
"Sejak tadi aku memperhatikanmu, tidak ada satu pun tembakanmu yang tepat sasaran. Aku semakin yakin bahwa kau gadis yang payah."
"Berhenti mengejekku. Aku tidak mengerti kenapa kau senang sekali menghinaku."
"Aku tidak mengejek atau pun menghina, memang kenyataannya seperti itu bukan? Lagi pula seharusnya kau berlatih pedang. Senjata yang paling berguna dan cocok untuk pertarungan itu hanya pedang. Kau bilang ingin menjadi kuat bukan? Seharusnya kau berlatih pedang bukan panah."
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com