POV RON
Sudah berapa tahun aku mengenal Eki, aku juga lupa kapan aku berkenalan dengan dia.
Ah, biar aku coba mengingat, ketika itu aku baru saja masuk sebagai mahasiswa baru di kampus dengan waktu yang masih longgar, hari itu aku datang terlalu pagi. Hingga senior kampus memintaku membantu persiapan panitia.
Dan pria sok tampan itu malah terlambat di hari pertama nya. Aku masih ingat jelas wajahnya yang berkeringat dan nafasnya yang tersengal, hari itu aku melihat dia berusaha tersenyum lebar. dari situ aku tahu bahwa senyuman itu adalah jurus andalannya, senyuman yang mengandung racun.
Sayangnya dia tetap dihukum oleh senior pria, di hari pertama dia harus berlari mengelilingi lapangan. Beruntung sekali nasibnya setelah menjalani hukuman beberapa kakak senior perempuan berusaha mencari perhatiannya, mereka berlomba lomba menyodorkan minuman padanya.
"Aish.. aku lelah sekali!" ujarnya mengambil duduk di sebelahku, aku bisa mendengar nafasnya yang tersenggal dan keringat yang membanjir hingga kemejanya basah.
"Kamu mau minum?" dia memberikan ku sebotol minuman segar yang diterima dari entah gadis yang mana
"Nama ku Eki, kamu?" Aku memilih tak menjawab saja, walaupun aku mendengar pertanyaanya, tak kusangka dari sanalah perkenalan kami hingga menjadi pertemanan hingga saat ini
"Hahaahhaa!" dia tiba tiba tertawa geli
"Hei ! lihat ada yang lebih siang dari ku, aku bukan satu-satunya yang terlambat!" serunya sambil menepuk nepuk pundakku, sakit, aku mengikuti arah matanya.
Di depan sana sebuah mobil mewah parkir, pemuda metropolis berjalan santai dengan kacamata hitam dan payungnya, aku melotot tak percaya? apa dia vampire? pikir ku saat itu.
"hahaaa... siap siap hukuman mu tuan!" gumam Eki tertawa kencang, dia terkekeh melihat teman terlambatnya.
Benar saja beberapa senior segera berdiri dan menghampiri pria itu, dia melotot bingung mendapat sambutan yang kurang baik, pemuda itu dipaksa (sepertinya) melepas kacamata dan melipat payungnya, dia pun mendapat sambutan spesial sama seperti Eki tadi.
"Aish.. memangnya ini kampus militer?" kesal Darwin mengambil tempat di samping Eki, nafasnya pun memburu dan bajunya basah karena keringat.
Dengan cepat tangannya mengambil satu botol minuman yang dipegang Eki, dia meminumnya hingga habis
"Nama ku Darwin, kalian?" ujarnya sambil mengulurkan tangan.
"Eki." balas Eki cepat
Keduanya kompak menoleh ke arahku, aku mengerutkan dahi, kenapa mereka harus berkenalan dengan ku di hari pertama ini, mereka bukanlah tipe ideal untuk dijadikan teman.
"siapa namamu?" seru keduanya kompak, dengan wajah meneliti mereka, Aku sedikit menjauhkan badan, ingin rasanya kabur dari hadapan mereka berdua. Dalam pandanganku jelas mereka bukan lah calon mahasiswa teladan, first impression- ku pada mereka juga sudah sangat jelek.
"ah, aku ada urusan.." aku segera berdiri hendak melarikan diri.
"Hei!" teriak Darwin dan tangan Eki yang menarik ujung kemejaku, mencegah aku untuk berdiri.
"kau senior ya?" tanya Eki meneliti, aku segera menggelengkan kepala.
"Bu, bukan! aku mahasiswa baru juga, nama ku Ron.. " Keduanya tertawa kompak mendengar suara bergetar ketakutan.
"Hahaha, mana ada senior nervous begitu!" ledek Darwin menyebalkan.
Berita terburuknya adalah kami mengambil jurusan yang sama. Oh my god banget, masa perkuliahan ku akan didampingi oleh bedebah ini, ah tepatnya satu pria bedebah dan satu lagi pemuja cinta alias bucin, sekalipun mereka tak pernah serius menyelesaikan pendidikan mereka, tapi mereka teman yang tak terlalu buruk- juga
"Ah, liat bemper nya!" teriak Eki dengan sorot matanya menunjuk gadis di depan sana, tatapannya ke arah bokong gadis itu.
Penyakit akut yang diderita temanku sudah masuk level tak terbatas, yang dia bahas selalu saja cerita mesumnya saat mendekati banyak gadis. Dan anehnya lagi, kenapa setiap gadis yang menjadi targetnya selalu mudah luluh karena senyum beracunnya itu, Eki si muka mesum!
"Aahh.. bagus yang merah atau yang pink?" Darwin memperlihatkan layar ponselnya, dia sedang berselancar di toko branded dunia, pria ini dari tadi membuat wajah bingung, rupanya dia sedang menunggu peluncuran tas terbaru untuk kekasihnya.
Kelakuan mereka berdua sungguh berlawanan. Kalau melihat Eki yang selalu menikmati servis gadis-gadisnya dan membuang mereka setelah dia puas, berbeda dengan Darwin yang seribu kali lebih baik, Darwin begitu memuja satu gadis dalam hidupnya. Satu hal yang tak bisa ku duga, bagaimana jika Darwin dan pacarnya itu selesai, end? apa dia akan gila?
Memikirkan mereka berdua memang tak ada habisnya. Aku berharap Eki bisa merubah hobby buruknya, dan Darwin bisa menjalani cinta dengan baik dan tak berlebihan.
"Hei, kenapa kau menarik nafas panjang seperti itu?" suara Eki menghentikan lamunanku.
"Apa nilaimu turun?" lanjut Darwin ikut menyelidiki
Aku menarik nafas panjang sekali lagi
"kalian harusnya lebih sering belajar daripada aku, nilai kalian sungguh luar biasa!" sinis ku, tapi sepertinya tak ada yang akan mendengarkan aku.
"wah, lihat gadis ini, begitu cantik!" seru Eki sambil menatap ponselnya.
"Waah.. dia punya skill dewa, tapi pacarku juga cantik!" balas Darwin masih saja memuja kekasihnya.
Aku penasaran dengan gadis yang mereka bicarakan, aku mencoba mengintip layar ponsel Eki
Duos star
Aku segera merampas ponsel milik Eki dan memblokir akun itu
"Hei kau kenapa!" Hardik Eki kesal di belakang punggung ku, dia mencoba mengambil alih ponselnya di tanganku.
Darwin bingung melihat adegan saling berebut ponsel antara kami.
"Iish, kau kenapa sih, ah.. mana tadi, gadis cantik tadi!" kesal Eki mencari cari akun gadis cantik yang tadi di feed medsosnya, gadis yang sangat aku kenal.
"Nama akunnya apa tadi?" tanya Eki pada Darwin yang masih menautkan alis.
"Aku tidak memperhatikan." balas Darwin datar, Eki berdecak kesal
"Kamu kenapa sih!" kesal Eki padaku, Darwin menatap wajahku lama, dia sepertinya sedang mencari tau ada apa dengan tingkahmu, aku menggeleng cepat seolah tidak ada apa apa
"Apa gadis di media tadi itu gebetan mu?" tanya Darwin dengan wajah polos, Eki segera mengangkat wajahnya dan menatapku dalam
"Serius?" tanya Eki tak percaya
Aku menggeleng pelan
"Ah, apa dia mantan pacarmu?" tanya Darwin lagi dengan sorot mata penuh harap.
Aku menggeleng lagi
"Kalau bukan gebetan apalagi pacar, kenapa kamu begitu tadi! Sialan, aku kehilangan wajah itu kan!" teriak Eki kesal, dia mencoba menscroll layar ponselnya dengan cepat, tapi tak juga menemukan akun tadi.
"ah.. sudahlah, aku akan mencari gadis cantik lainnya!" gumam Eki menyudahi perdebatan kami, aku mengurut dada lega
Tak akan terbayangkan jika Eki bertemu dengan kakakku yang cantik, pasti dia akan menjadikan kakakku salah satu target buruannya
Daripada Eki, Darwin mungkin lebih baik. Ah, tidak, tidak! keduanya bukanlah pria yang wajar, kakak harus mendapatkan pemuda yang.. seperti diri ku ! ya, diantara kami bertiga hanya aku yang lebih baik, begitulah pikir ku hari itu
Kami berteman, dekat, aku pernah bermalam di rumah Eki ataupun rumah mewah Darwin. Tapi aku merahasiakan keluarga dan rumahku
Aku mengaku sebagai anak kosan yang hidup serba sederhana, aku tak mau kedua pemuda aneh ini mengetahui harta keluarga ku, yaitu kakak ku tercinta yang sangat cantik!
***
Sister complex / brother complex : perasaan berlebihan pada saudara kandung yang diderita oleh Ron.
Ron, tokoh Pria kedua, sangat konservatif, cerdas, dan berpendirian teguh.
Adik dari Via.
Sahabat Eki dan Darwin.