webnovel

Si Budak Cinta

POV DARWIN

"bro aku duluan ya.." sambil mengemasi barang-barang aku segera mengemas meninggalkan kedua sahabat yang seperti biasa, mereka akan meraut wajah heran dan sedikit kesal menatap kepergian ku.

Maaf sekali, karena aku sering meninggalkan mereka. Aku selalu melangkah lebih dulu dikarenakan my baby sweetheart akan selalu menanti kedatangan ku. Menghabiskan waktu dengan kedua sohib ku itu memang menyenangkan tapi menghabiskan waktu dengan kekasihku jauh lebih membuat senang.

Kedua sahabatku itu menyebut jalinan cinta kami terlalu berlebihan, mereka juga mencap bahwa aku ini budak cinta, hey! ayolah.. mereka belum pernah memiliki wanita yang bisa menaklukkan tubuh mereka, mereka belum pernah bertemu wanita yang membuat dada bergetar hebat, perasaan mendalam saat melihat bibir mungilnya tersenyum. lihat lah bagaimana Eki yang berganti pasangan setiap hari karena sulit mendapatkan sosok yang pas, aku kasihan padanya.

Lalu Ron? ah dia apalagi, dia hanya mencintai buku buku dan tugas kuliah saja, mungkin dia akan menjadi profesor gundul yang menua dalam kesendirian, membayangkan itu semua membuat ku merinding, aku pikir aku jauuuh lebih baik dari mereka.

"Yank lama sih, aku terlambat tau!" my baby dengan wajah merengut menyambut buruk kedatangan ku, suaranya manja dengan mimik wajah menggemaskan, aku bukannya kesal mendengar rengekannya tapi ingin mencubit pipinya yang menggembung. aku hanya memasang senyuman lebar dan mencubit lembut di kulit pipinya yang halus

"sorry beb, maaf ya sayang, aku telat. Kita jadi ke store favorit kamu?" Pacar cantik yang membuat aku ingin melumat bibir monyong itu tak menjawab, dia segera membanting pintu mobil dan melipat tangan di dada, melirik ke arah ku sekilas dengan tatapan tajam. Kamu tampak sangat lucu dan menggemaskan dimataku.

Tapi kadang aku sedikit frustasi menghadapi jiwa manja wanita, tapi mau bagaimana lagi, bagiku Ruth adalah yang terbaik di sisi ku, kami sudah lama menjalin hubungan. Belum tentu aku bisa melewati banyak cerita jika dengan gadis lainnya, aku terlalu nyaman duduk di sisinya, menyetir mobil mengikuti kemauannya

"sayang, hauuus.." ujarnya dengan nada manja

"Aku mau minuman segar, beliin ya sayang" permintaannya membuat ku harus beberapa kali menatap wajah cantik nya, dia mengangguk pelan meminta aku segera mengabulkan permintaannya, aku tertawa kecil, mendaratkan bibir sekilas di pipinya lalu segera turun dan masuk ke swalayan.

Aku tahu betul gadis ku menyukai minuman segar dengan rasa buah buahan, aku mengambil beberapa dan seperti biasa beberapa merk coklat kesukaannya, dia pasti senang, pikirku.

Saat aku menuju kasir seorang gadis tak sengaja menabrak bahu ku, kami saling melempar senyum kecil dan mengangguk seolah saling memahami jika itu salah kami berdua, dia segera berlalu dan aku melanjutkan transaksi di kasir.

Mata ku tiba tiba menyorot kumpulan koleksi mainan laki laki yang bergantung di rak tak jauh dari meja kasir.

"kak, ada koleksi baru?" si pelayan mengangguk pelan mendengar pertanyaanku, dia mengiyakan pertanyaan ku, dengan bergegas aku keluar barisan dan meneliti mainan kecil yang digemari banyak pria ini, aku mencoba meneliti yang mana yang rare kali ini. Koleksi hotwheel adalah kebiasaan buruk ku yang tak disukai Ruth.

Setelah cukup lama memilih, akhirnya aku mendapatkan satu yang terbaik hari ini. Dengan senyuman senang aku kembali ke meja kasir, membayar pilihan ku dan beberapa botol minuman. Ah sepertinya aku harus segera kembali ke mobil, Ruth sudah menunggu cukup lama.

"Yank!" dengan nada tinggi kehadiran Ruth di pintu swalayan mengejutkan ku.

Suaranya yang jelas emosi mencuri perhatian pengunjung swalayan, aku tersenyum ragu dan segera menenangkan emosi nya.

"Ah, maaf ya sayang, aku lama." ujar ku sadar diri dan menahan sedikit rasa malu karena kami menjadi pusat perhatian.

Ruth bersedekap, dia meraut wajah kesal, tubuhnya membalikkan arah tak mau menghadap ke arah ku, aku berusaha membujuk sebaik mungkin agar dia berhenti membuat wajah sinis itu, aku masih terus mengukir senyum dan meminta maaf padanya.

"aku haus tau.." ujarnya kemudian setelah kesalnya reda

Aku menyodorkan minuman segar, tak lupa aku harus membuka tutupnya terlebih dahulu, tak mungkin kulit wanita ku bisa tergores bila harus memutar segel tutup botol.

Ruth meneguk dengan cepat, sepertinya dia memang sedang kehausan

"yaudah yuu, nanti barangnya habis." ujar Ruth kemudian, sambil melingkarkan tangannya di lengan ku, kami sudah berbaikan, dia bisa tersenyum dan kami saling menatap wajah bergantian. Kami meninggalkan sorot mata pengunjung yang menatap ke arah kami dengan sorot mata aneh.

Ruth dan aku berbeda kampus, itulah mengapa aku harus gerak cepat supaya bisa mengantar dan menjemputnya, kampus kami arahnya berlawanan.

Aku dan Ruth sudah berpacaran sejak di bangku menengah atas, perkenalan dua remaja yang saling malu malu, hingga merasakan degup jantung ciuman pertama

Ruth membuat ku melepas egois tinggi, aku adalah anak semata wayang di keluarga Darmono, orang tua ku lumayan sibuk hingga aku menjelma menjadi anak yang introvert

Awal pertemuan kami adalah saat aku masuk menjadi siswa SMA pertama kalinya, hari itu aku masih sangat culun dan kaku, tapi Ruth yang merupakan senior sangat ramah dan memperlakukanku dengan baik, itulah mengapa aku menyukainya

flashback..

"hallo, panggil aku Ruth, mulai hari ini mari berteman.."

Dia selalu datang padaku saat jam istirahat atau kelas sedang tak ada guru, sekedar mengajak ngobrol dengan topik ringan hingga membahas film film baru, semuanya menjadi menyenangkan jika bersama dengannya

Awalnya aku tak begitu merasakan keistimewaan diantara kami, hingga suatu hari..

"Darwin, ayo kita berenang." ajak Ruth dengan wajah riangnya

Aku tak begitu menyukai wisata air yang ramai, jika ingin berenang kolam di rumahku cukup luas untuk dinikmati

"di rumahmu ada kolam?" tanya Ruth dengan wajah terkejutnya, aku mengangguk mengiyakan

"waaah.." ujar Ruth dengan wajah takjub

"Apa aku boleh berenang di rumahmu?" tanya nya mengejutkan ku kali ini, aku mengangguk ragu. Masalahnya hanya teman pria saja yang pernah berenang bersama dengan ku, bahkan mama pun jarang sekali ku lihat berenang, apalagi dengan ku.

Hari minggu di pagi hari, Ruth datang dengan jaket dan celana hot pant nya. Untunglah weekend ini orang tua ku masih sibuk dengan urusan mereka, aku mengurut dada, setidaknya hanya aku yang menghadapi Ruth dengan degup jantung tak menentu ini.

gadis itu meletakkan barang bawaan di kursi kayu panjang tempat dimana aku biasa bersantai di bawah terik matahari, gadis itu melepas ikatan rambutnya, menggerai jatuh ke punggungnya.

Tangannya perlahan menarik resleting jaket dan melepaskan jaketnya, dia mengenakan tanktop warna putih yang begitu ketat hingga lekuk tubuhnya kian jelas terlihat

HUF !

Aku berusaha menahan nafas dan segera membuang pandangan, ya ampun, apa itu? gadis itu terlihat begitu menggoda, sesuatu nyaris saja mengacung penuh di celana renang ketat ku, tahan.. tahan..

Ruth melangkah mendekati ku, dia tersenyum menatap wajah merah ku, kedua telapak tangannya mendarat di bahuku yang bergetar gugup, dada ku terasa sesak dan terus saja berayun tak menentu, aku tak berani mengangkat pandangan, aku tak berani melihat wajah cantik yang sejajar dengan ku

Ruth mendekatkan wajahnya, hingga memakan jarak diantara kami, bibirnya perlahan menumpuk bibir ku

SET !

dadaku sungguh sesak, rasanya terjadi letupan di dalam sini, perasaan apa ini. Tingkah Ruth seperti membangunkan macan yang tertidur, aku menikmati sentuhan lembutnya, merasakan kenyal bibir mungilnya

Kedua tangannya turun dari bahu hingga menemukan telapak tangan kami, dia menggenggam erat dan aku membalasnya, aku mengikuti tubuhnya yang kian miring hingga kami berdua tercebur dalam kolam

dinginnya air kolam membuat tubuhku semakin enggan menyelesaikan tingkah awal Ruth, dia yang membangkitkan gelora jantan ku yang masih muda, yang sedang bergejolak

Aku menarik tubuhnya, kami menautkan lagi bibir dan tenggelam dalam dinginnya air, itulah awal aku bisa begitu menurut akan keinginan wanita ku. Jika dia memberikan semua keinginan ku, maka aku pun begitu.

Dia memuaskan aku, dan aku akan memuaskanmu, sayang.

Itulah tokoh keempat di cerita ini, Darwin, pria blasteran dengan privilage dari keluarga konglomerat, tapi sangat lemah pada wanitanya.