webnovel

Bertengkar

Baru kali ini wajah Darwin terlihat serius hingga kulitnya yang bersih terlihat kemerahan pada bagian pipi. Eki dan Rama tak berani nyela ucapan Darwin. Mood temannya itu sedang tidak baik.

Setelah beberapa lama mereka saling terdiam dan sibuk dengan urusan masing-masing. Eki sibuk dengan ponselnya. Dia menghubungi beberapa teman wanita baru yang baru dia kenal lewat aplikasi kencan online. Sementara Ron sibuk dengan laptop, ada saja tugas yang harus dirapikan atau sekedar memantau akun medsos kakaknya. Kalau kalau ada hater yang jarinya ga di sekolahin. Sebelum Via membaca komen jahat, Ron sudah menghapus komen itu.

Sebelah tangan Darwin mengepal di meja. Alisnya beberapa kali bertaut lalu rileks, bertaut lagi lalu rileks hingga Ron dan Eki tak berani bertanya. Mereka sabar menunggu Darwin bercerita.

"Aku ga pernah menganggap cerita buruk tentang dia dari siapapun bahkan kalau kalian menjelekkan dia, aku ga pernah percaya apalagi peduli."

Ron melirik Eki yang segera menurunkan ponselnya ke meja. Dari tatapan mereka seakan berkata. Wah ini masalahnya serius nih kayaknya. Terpaksa mereka harus fokus pada Darwin lebih dulu. Sejenak mengabaikan ponsel ataupun laptop di depan wajah masing masing.

"Bagiku. Hubungan kami itu adalah hubungan yang terbaik di dunia ini–" Darwin melanjutkan kalimatnya.

Kali ini lirikan sinis dari ekor mata Eki bertemu dengan tatapan malas Ron. Hadeh, omong kosong apa lagi ini! Keduanya seakan bisa menembak ke arah mana alur obrolan dari bibir Darwin.

"Bagiku. Dia adalah wanita pertama yang singgah di hati ku. Disaat aku merasa kosong, sepi dan malas, dia datang dan singgah dihatiku. Disaat keluarga ku terancam hancur dan menyebalkan. Perselingkuhan papi, kesibukan mami. Semua itu. Dia adalah pengobat untuk aku." Mata Darwin memerah. "aku menggantungkan harapanku padanya dan berharap semua akan indah karena cinta."

Eki menyikut pinggang Ron, menoleh kepada Ron dengan menganggukkan kepala, Ron membalas bahasa verbal dengan kedipan mata, meminta Eki untuk tahu situasi, teman mereka, Darwin, saat ini sedang membutuhkan telinga mereka untuk mencurahkan hati tentang kekecewaan kepada kekasihnya, tapi mata Eki malah fokus memperhatikan pengunjung wanita di cafe.

Eki sungguh-sungguh sudah tidak bisa terobati, Dasar mata keranjang, pria brengsek memang sulit diajak menjadi teman curhat! Ron hanya bisa menepuk dahi.

pada akhirnya memang hanya Ron yang mendengarkan curahan hati Darwin, karena 5 menit kemudian Eki meminta izin dengan alasan ke kamar mandi, tidak usah ditanya atau diduga-duga lagi, Darwin dan Ron mengerti dengan gelagat aneh sahabat mereka itu, pasti Eki sudah memiliki target yang harus dia dapatkan hari ini.

"sudahlah lupakan Eki, Kenapa kamu tiba-tiba ingin membalas dendam kepada Ruth, balas dendam yang seperti apa. Kenapa kamu tiba-tiba percaya jika wanita itu berkhianat, sedangkan Eki si pria brengsek itu sudah beberapa kali mencoba mengingatkan dirimu dan kamu tidak pernah mendengarkan kami, memang kami tidak pernah bertemu dengan kekasihmu itu, tapi mendengar pesan dan keinginan wanita itu membuat kami tahu, sesungguhnya membedakan antara wanita yang tulus dan yang modus itu bukanlah perkara susah, yang penting ini otakmu jalan!" Ron menunjuk kepalanya.

"Kamu pikir aku tidak menggunakan otakku, Aku berusaha menepis semua dugaan buruk tentang Ruth karena aku menggunakan otakku, Ada banyak hal yang aku pikirkan tentang dia, Aku ingin menjadi pria yang selalu mensupport, Aku ingin Ruth maju, Aku ingin dia bahagia--"

Otakmu itu isinya sampah. Ron mengumpat dalam hati. Tapi wajahnya tampak tenang seakan dia memakai konsentrasi untuk menghadapi badmood Darwin hari ini.

"lalu, Kenapa tiba-tiba hari ini kamu berpikir untuk berhenti mensupport wanita itu dan kau berhenti untuk membuatnya bahagia!" Ron rasanya ingin menertawakan ucapan Darwin barusan, tapi sebagai orang yang memiliki hati dia tidak tega.

"Tapi untuk kali ini aku sangat kecewa dengan dia..." suara Darwin melemah.

"ya, saya tahu Anda sedang kecewa bung, tapi kekecewaan anda itu apa sebabnya, Anda belum menceritakan dengan detail dan rinci kepada saya sehingga saya tidak bisa membantu Anda. Sejak tadi bahasa anda berputar-putar membuat kepala saya ikut pening." Ron ikutan kesal.

"Dia menjual handphone yang aku berikan kepadanya!"  kelopak mata Ron berkedip berkali-kali, "sejak kapan seorang Darwin mempermasalahkan sebuah handphone, Anda Bahkan bisa memborong 1 counter toko handphone, kenapa sebuah handphone membuat Anda kecewa terhadap wanita yang selama ini selalu anda bela, itu sangat tidak masuk akal." geleng-geleng kepala Ron mendengar pengakuan Darwin yang semakin tidak masuk akal baginya. Itu pasti belum inti cerita.

"sudahlah, ceritakan saja dengan gamblang sehingga aku bisa membantumu, dan berada di pihakmu."

Darwin menarik nafas panjang sehingga dadanya tampak naik, "Aku tidak tahu sebetulnya apa yang sudah terjadi. Apakah dia menjual handphone itu atau memberikan handphone itu kepada orang lain, tapi aku melihat ada banyak pesan aneh di handphone itu, aku melihat video---"

Darwin tidak bisa melanjutkan kata-katanya, kelopak matanya terasa panas, dia akan menangis, dan tingkah Darwin membuat Ron kesal.

Ron menepuk meja dengan emosi hingga Darwin terkejut dan tidak jadi mellow. "yah kamu malah mau menangis karena seorang perempuan yang sudah jelas-jelas tidak mencintaimu!" Ron kehabisan kendali.

Mendengar ucapan Ron yang nadanya sedikit tinggi hingga mereka menjadi pusat perhatian di kafe membuat Darwin kesal dia ikut berdiri dan menghentakkan tangan di meja. "Dari mana kamu tahu kalau dia tidak mencintai aku. Banyak hal yang sudah kami lewati. Bahkan aku pria yang yang tidur dengannya!" Pengakuan Darwin membuat tatapan sekeliling semakin tajam ke arah mereka.

Mendengar pengakuan Darwin membuat wajah Ron seketika merah padam. "Brengsek perhatikan ucapan kamu! Kamu boleh mempermalukan diri kamu tapi tidak saat bersama denganku!" Ron mendesis kesal.

Darwin menoleh dan menyadari tatapan semua orang ke arah dia. Sebetulnya dia tidak peduli tapi yang dia takutkan adalah nama keluarganya menjadi rusak dan tercoreng meskipun tidak semua orang tahu kalau dia adalah anak dari orang yang berpengaruh di negeri ini. "Semua ini kan gara-gara kamu!" Dia menyalahkan Ron.

Mereka kembali tenang lalu mengambil kursi masing-masing. "Sebenarnya apa yang terjadi!" Masih tampak kesal tapi sekarang dia bisa mengatur suaranya.

Darwin meregangkan kedua tangan. Dia menyeruput kopinya sejenak sebelum melanjutkan ceritanya. "Aku mendapatkan ponsel Ruth yang ditinggalkan seorang gadis di rumahku. Dan apa yang aku temukan di galeri itu. Banyak video dan foto Ruth dengan pria lain. Bahkan bukan cuma satu pria. Dia benar-benar gila!"

Ron menggelengkan kepala dengan wajah melongo tak percaya. Sampai dia tidak sadar kalau bibirnya terbuka sejak tadi. "Nah. Semuanya sudah jelaskan. Kalau kamu masih mau sama wanita seperti itu berarti yang gila itu adalah kamu!" Sambil menudingkan telunjuknya ke arah Darwin, tatapan Ron begitu serius.

"Iya tapi aku–" ada keragu-raguan di suara Darwin, membuat tatapan Ron berubah sinis. "Bagaimana kalau gadis itu sengaja meninggalkan ponselnya untuk menjebak Ruth. Bagaimana kalau wanita itu adalah haters atau dia jealous dengan kehidupan pacarku!"

What the f*#k! Pemikiran Darwin benar-benar out of the box dan tidak bisa dimengerti oleh Ron, mungkin tidak bisa dimengerti oleh semua orang.

"Kamu yakin."

Sambil mengedipkan pundaknya Darwin menjawab ucapan Ron dengan wajah ragu-ragu. "Ya bisa saja kan. Kita tidak bisa melihat seseorang dari tampilannya. Dia terlihat polos wajahnya juga biasa-biasa saja tapi aku tidak percaya. Karena sebenarnya dia itu cantik dan body nya juga bagus." Darwin mengingat tentang Via yang tak sengaja ditabraknya kemarin.

Ron makin bingung. "Kamu lagi ngomongin Ruth?"

Darwin menggelengkan kepalanya dia bukan sedang membahas Ruth. Tapi tentang gadis yang dicurigai adalah haters kekasihnya. "Bukan. Ini tentang gadis yang aku temui kemarin. Dia memukulku lalu mengantarkan aku pulang. Dia sengaja meninggalkan ponselnya dan di ponsel itu aku melihat video mesum kekasihku dengan pria lain. Aku jadi curiga dengan gadis itu!"

"Tunggu-tunggu!" Ron mengangkat tangannya menghentikan kecurigaan Darwin. Tiba-tiba dia mengingat pengakuan kakaknya kemarin sore. Tentang alasan kenapa Via pulang terlambat.

"Nggak mungkin Kamu percaya sama Ruth, dan mencuri gadis itu. Kalau pikiran kamu seperti itu Kamu bener-bener gila!"

Ucapan Ron lebih terdengar seperti ancaman.

Darwin heran kenapa sekarang Ron yang tampak lebih kesal dan emosi. "Loh bisa saja dong. Aku baru pertama kali ketemu sama dia tapi dia mau mengantarkan aku pulang. Itu tidak masuk akal!"

Ron melipat laptopnya lalu segera berkemas. Dia menarik ranselnya dan meninggalkan Darwin yang sok melihat tingkah Ron. "Hei. Kamu mau ke mana!" Darwin berusaha menghentikan Ron.

"Kamu bener-bener udah gila!" Orang meninggalkan Darwin dan menyisakan sindiran sinis itu. "Berani sekali kamu mencurigai gadis itu!" Dia kesal karena Darwin lebih memihak Ruth dan mengabaikan fakta yang sudah terlihat jelas. Apalagi ketika dari mencurigai Via. Ron benar-benar marah. Kakaknya itu sangat polos dan baik hati, Jika ada yang melukai hati kakaknya maka Ron adalah pengawal paling depan yang akan melindungi Via.

Di resepsionis cafe ada Eki yang membawa baki camilan, dari meja resepsionis dia melangkahkan kaki kembali masuk menuju meja mereka tadi tapi dia terkejut melihat Ron melewatinya dengan wajah masam. "Loh, Ron. Kamu mau kemana?" Eki mencoba menghentikan Ron. Tapi temannya itu tak mendengar suara Eki.

Wajah Eki melongo. Dia bingung dengan wajah masam Ron. Dan lebih bingung ketika sampai di meja dia melihat Darwin yang memasang wajah sendu seakan air mata siap turun. "Kalian kenapa sih! Ck, tingkah kalian persis cerita BL yang aku baca. Kamu diputusin sama Ron terus mau bunuh diri, sementara Ron meninggalkan kamu karena Uda ketemu pria lain yang lebih kaya?" Eki melemparkan lelucon tidak lucu, lelucon yang membuat meja mereka menjadi pusat perhatian dan bahan gosip.

Tapi ketika Eki menyentuh bahu Darwin yang tertunduk. Dia semakin shock. Ternyata Darwin menangis dan menyeka air mata dengan pangkal telapak tangan, pundak Darwin bergetar hebat hingga wajahnya jatuh ke meja. Dia menangis keras.

Eki membeku dengan baik terlepas dari tangannya. Camilan terjatuh dan berantakan di lantai. Satu hal yang pasti, Eki menyesal kembali ke meja ini!

Sialan. Ini kenapa sih!