Hidup tanpa ponsel membuat Via mati gaya. Dia ga bisa baca novel favoritnya dan membawa laptop itu sangat ribet. Kalau beli handphone baru itu artinya harus keluar budget ekstra. Padahal hp dari Ruth adalah hp bagus keluaran belum terlalu lama. Sayang banget kalau harus dilupakan begitu saja. Selepas pelajaran terakhir di kampus, Via langsung bergegas keluar kebetulan hari ini Ruth tidak masuk kelas karena– karena Via tidak tahu alasannya, tapi seperti biasa dia memberikan alasan pada dosen kalau temannya itu sakit. Padahal dia tidak dapat kabar karena hpnya hilang. Pastilah Ruth menghubunginya dan meminta dia untuk mengarang alasan izin.
"Aku harus balik ke rumah mewah itu. Aku yakin hp ku ketinggalan di sana. Duh, aku ceroboh banget." Tanpa berpikir lagi Via memanggil taksi dan memberikan alamat rumah Darwin. Rumah mewah itu mudah diingat karena memang sulit dilupakan. Oh iyalah, rumah mewah di perumahan elit, meski baru pertama kali kesana tetap membekas di kepala Via. Padahal dia ingin bercerita pada Ruth perilah Darwin tapi sepertinya dia harus menunda hal itu karena pertama, Ruth tidak masuk kelas dan kedua karena dia tidak pegang handphone.
"Non, kita sudah sampai non tapi penjaga gerbang tidak membukakan pintu untuk anda." Suara pak sopir membuyarkan lamunan Via. Ketika dia mendongakkan kepalanya pagar tinggi rumah mewah Darwin sudah terlihat di depan sana. Seorang penjaga tampak berdiri di depan pos jaga. Penjaga itu meminta akses masuk dari sopir taksi.
"Bisa perlihatkan akses masuk anda?" Tanya si penjaga berbadan tinggi tegap itu.
Via menjadi linglung karena dia tidak memiliki akses masuk yang ditanyakan itu. Kemarin waktu dia datang ke rumah mewah ini dia tidak memerlukan semua itu. Ketika dia sadar dia memukul dahinya itu karena dia masuk dengan Darwin, petugas jaga pasti sudah mengenali Darwin.
"Stop di sini saja Pak. Saya akan turun di sini!" Kata Via memberikan ongkos taksi, Dia turun dari mobil lalu menghampiri petugas jaga gerbang rumah Darwin.
Petugas jaga mengalihkan pandangannya dari sopir ke arah Via yang semakin dekat dengannya. "Jika ingin masuk harus memiliki akses masuk non." Kata petugas itu dengan tegas.
Via menganggukkan kepalanya dengan lemah lalu dia berkata. "Baiklah Pak kalau begitu saya akan menunggu di sini. Saya ada keperluan dengan– Darwin. Tapi kalau akses masuk dia tidak memberikan hal itu kepada saya." Saat menyebutkan nama Darwin, bibir Via terasa sedikit kaku.
Petugas jaga mengangguk kecil. "Baiklah, kamu bisa menunggu di kursi itu. Biasanya Darwin tidak memiliki jadwal tetap. Jika kamu ingin bertemu dengannya kamu harus menghubungi dia. Atau suruh dia menghubungi saya untuk membukakan akses untuk kamu. Saya tidak bisa memberikan akses ke sembarang orang karena ini berhubungan dengan privasi keluarga."
Via sangat memahami hal itu hanya saja dia ke sini kan untuk mencari ponselnya bagaimana dia bisa menghubungi Darwin lagipula Dia tidak memiliki nomor ponsel Darwin karena mereka tidak punya hubungan istimewa apalagi dekat seperti itu. Tapi dia tidak kehabisan akal dia menganggukkan kepala seakan mengerti dan tidak ingin membuat petugas jaga curiga.
"Kami sudah janjian Pak, cuma saya lupa kalau saya datang terlalu pagi jadi biar saya menunggu di sini. Papa tahu lah kalau misalnya mau bertemu dengan pria tampan kadang-kadang kita suka nerves duluan." Via membuat alasan yang mungkin masuk akal bagi petugas jaga.
Petugas jaga itu tertawa kecil. "Ya, ternyata Darwin cukup populer. Dia jarang sekali mengajak teman wanitanya ke rumah. kecuali kekasihnya tapi itu juga sudah lama tidak pernah mampir ke rumah. Kalau begitu tunggu saja ya saya akan masuk ke dalam pos."
Tidak tahu mengapa mendengar ucapan petugas jaga membuat wajah Via sedikit masam. Pasti yang dibicarakan tadi adalah tentang Ruth, Ruth memang pernah mengatakan kalau dia dulu sering berkunjung ke rumah Darwin dan mereka sering melakukan 'itu' di rumah ini tapi semakin kesini Ruth sudah malas mengunjungi rumah Darwin karena katanya itu terlalu membosankan. Entah rumah Darwin atau Darwin yang membosankan bagi Ruth, seharusnya Via tidak perlu ikut campur, tapi tidak tahu mengapa otaknya terus-terusan memikirkan hal itu. Dia menjadi terlalu ingin tahu.
Mengambil duduk disalah satu kursi yang berjajar panjang. Via harus bersabar menemui Darwin. Sudah cukup lama dia menunggu kepulangan Darwin dan sosok pria itu tidak kunjung datang biasanya Darwin tidak langsung pulang ke rumah melainkan nongkrong lebih dulu dengan dua sahabatnya itu. Sampai-sampai Via ngantuk, tidak ada hiburan sama sekali di sini. Seandainya dia punya ponsel pasti dia sudah bisa membaca banyak novel dan melewatkan jam tanpa merasa bosan.
Suara klakson mobil mengejutkan via yang belum beberapa lama memejamkan matanya di kursi. Dia terperanjat lalu bangun dari posisi duduk. Suara gerbang terbuka otomatis membuat Via menoleh kearah pos jaga. Dari dalam pos jaga petugas menunjukkan remote control ke arah Tia yang terlihat syok karena pagar tinggi itu bisa bergerak sendiri. Tapi keterkejutan Via harus ditunda dulu karena sosok yang mengemudi mobil mewah itu adalah Darwin. Dia langsung melangkahkan kakinya dari arah kursi pos jaga.
Mood Darwin hari ini tidak baik karena hari ini 2 temannya tidak bisa diajak nongkrong bersama lebih lama. Ron mengatakan ada hal penting yang harus dia kerjakan yang berurusan dengan urusan keluarga dan tidak bisa ditunda-tunda. Sedangkan Eki, meskipun pria itu memiliki waktu luang pasti waktunya tidak akan diberikan kepada Darwin melainkan mengincar ayam kampus lainnya. Suara gerbang terbuka membuat dagu Darwin sedikit terangkat. Alisnya bertaut kencang menyadari seorang wanita berdiri di samping pos jaga. Dia tak percaya dengan kelihatannya dan berkali-kali mengucek matanya, setelah berkali-kali meyakinkan kalau itu adalah gadis yang kemarin dia temui, Darwin menurunkan kaca mobilnya.
Via menghampiri Darwin. Kaca mobil itu perlahan turun sehingga wajah mereka bertemu, Via sedikit menundukkan posisinya.
"Sorry aku datang tanpa diundang. Aku mau cari ponsel ku yang hilang. Sepertinya aku meninggalkan ponsel itu di sini."
Wajah Darwin berubah jadi tegang mendengar ucapan Via. Ponsel, kamu kehilangan ponselmu atau Kamu sengaja meninggalkan ponsel itu di sini? Pikiran buruk menghantui kepala Darwin.
"Apakah kamu melihat ponselku?" Via bertanya lagi. Dia tidak ada niat sama sekali untuk berlama-lama di rumah Darwin.
Tapi sepertinya Darwin terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga tidak mendengarkan pertanyaan Via dengan seksama. Dia sibuk dengan pikiran buruk nya.
"Halo. Apakah kamu melihat ponselku!" Suara via sedikit naik supaya Darwin bisa merespon ucapannya.
"Ah sorry. Apa. HP?" Sambil tergagap Darwin mencoba membalas ucapan Via. Dia tahu kalau Via menanyakan tentang ponsel itu tapi dia tidak menyimak dengan seksama pertanyaan Via.
"Aku bilang ponselku dan kamu bilang hp-ku apapun itu pokoknya apakah kamu melihat handphone itu. Sepertinya aku tidak sengaja meninggalkan handphone-ku di rumah kamu. Aku harap kamu tidak membuang benda itu ke tempat sampah karena jujur, benda itu cukup fungsional untuk hidupku!" Sekarang Darwin bisa melihat wajah jujur Via. Tapi dia tidak mau percaya begitu saja ucapan gadis yang hari ini tampak lebih cantik dari kemarin. Meskipun kaos kebesaran yang dikenakan via tidak akan memperlihatkan lekukan tubuhnya dengan jelas.
"Kamu sedang bertanya tentang ponselmu? Atau kamu sedang akting?" Pertanyaan Darwin membuat alis Via berjingkrak.
"Maksud kamu?" Dia beneran enggak ngerti.
"Sepertinya handphone itu tidak asing buat aku." Kata Darwin membalas wajah kesal Via.
Via masih gak paham. "Gimana? Aku nggak paham?" Sambil bertolak pinggang via menggelengkan kepalanya menatap wajah curiga Darwin yang meneliti dirinya.
"Ponsel itu. Aku memesan custom untuk kekasihku!"
Penjelasan Darwin membuat wajah Via melongo tak percaya hingga mulutnya membulat besar seperti huruf o. What the fu-ck!
"Sialan. Dia nggak bilang kalau itu pemberian dari pacarnya. Dia cuma bilang kalau dia nggak butuh benda itu dan dia berikan itu untuk aku." Dengan nada tinggi via mencoba menjelaskan sambil menyeka pangkal rambut depannya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau ponsel pemberian dari Ruth adalah ponsel dari Darwin. "Oke fine kalau begitu. Apa itu artinya aku nggak bisa mendapatkan kembali ponsel itu karena ponsel itu sudah kembali kepada pemilik aslinya?"
Tidak perlu menunggu jawaban dari Darwin via merasa kalau dia tidak akan mendapatkan ponselnya lagi jadi dia memilih untuk meninggalkan posisinya. Sebaiknya dia pulang dan mengajak adiknya untuk membeli ponsel baru. Tapi tunggu dia butuh sim card ponsel itu jadi baru dua langkah dia meninggalkan mobil Darwin dia kembali lagi ke tempat asalnya.
"Aku tidak masalah dengan ponsel itu. Tapi apakah bisa kamu memberikan sim card ku?"
Darwin memperhatikan tingkah Via dengan seksama. Kalau misalnya gadis ini berakting berarti artinya sangat bagus dan patut diacungi jempol tapi Darwin curiga kalau semua ini adalah bagian dari konspirasi. Pikirannya menjadi terlalu berat karena dia terlalu sering main game war.
"Masuklah ke mobilku!" Pinta Darwin sambil menggerakkan tangannya memberi kode supaya Via segera masuk ke dalam mobilnya.
"Tapi kamu bakalan kasih SIM card ku kan!" Via butuh penegasan. "Atau aku tidak perlu ikut dengan kamu kalau kamu nggak bisa berikan itu kepada aku."
Darwin menarik nafas panjang. "sim card atau HP itu. Atau ponsel baru. Aku bakal kasih ke kamu asalkan kamu ikut aku dulu