webnovel

Benih Setan

Sementara itu di teras rumahnya Mbah Ali terus berzikir menyebut Asma Allah yang paling agung. Bibirnya terus melafaz Shalawat, Tasbih dan Tahmid.

Badannya memang tengah duduk bersila di emperan rumahnya. Tetapi matanya memandang luas serta menerawang jauh. Mbah Ali tengah mengontrol suasana bentrok di tiga tempat. Tempat pertama di mana Si Pocil tengah menghentikan niat bejat dari Sukari untuk menikmati tubuh indah Amanah.

Tempat ke dua mengawasi jalannya perkelahian antara monyet siluman melawan menantunya Kasturi. Tempat ke tiga di atas rumahnya, pas di atas genting rumah. Tempat dia sendiri tengah bertarung dengan sosok genderuwo kiriman dari Ki Parno Sewu.

Atas atap rumah Mbah Ali tengah terjadi baku hantam hebat. Antara Mbah Ali dalam wujud raga sukma dan sosok genderuwo raksasa dalam bentuk Dalbo. Sosok Dalbo sendiri adalah sejenis genderuwo namun berupa raksasa, lebih sakti dari sosok genderuwo pada umumnya.

"Bismillah, Allahuakbar," gema teriakan Mbah Ali mengiringi pukulan-pukulan tanpa bayangan yang dilayangkan pada sosok Dalbo.

Sebuah pukulan cepat, secepat kilat terus menghantam Dalbo. Namun Dalbo bukan sosok makhluk astral sembarangan. Secara cepat pula walau bersosok tinggi besar. Dalbo dapat menghindar seakan begitu mudah menghindar.

"Apa kau kira aku adalah sosok setan kemarin sore Ali. Sehingga kau hanya melayangkan pukulan-pukulan tak berarti seperti ini," ucap Dalbo mulai mengejek Mbah Ali.

"Tenang saja kau Dalbo. Aku hanya sedikit melemaskan otot-ototku yang kaku. Sebagai pemanasan saja, sebab telah lama aku tidak pernah kembali olah raga malam," jawab Mbah Ali menjawabnya dengan bercanda.

"Kalau begitu adanya, berarti kau tengah meremehkan kekuatan panglima seran sepertiku Ali. Maka terima akibatnya, jangan sampai kau menangis saat kepalamu terpenggal oleh tanganku," teriak Dalbo mulai menyerang kembali.

Tangan Dalbo berubah menjadi begitu besar. Kepalannya sebesar rumah Mbah Ali itu sendiri. Seketika sekali pukulan tangan Dalbo mengarah pada Mbah Ali. Namun Mbah Ali dengan sigap menangkis dengan kedua tangannya.

Pada akhirnya mereka saling beradu ilmu. Beradu kuat antara tangan besar milik Dalbo dan tenaga dalam dari dua tangan milik Mbah Ali. Bahkan langit yang semula hampir pagi kembali menghitam.

Awan gelap tiba-tiba berkumpul dari berbagai arah. Menyatu pada titik pusat dari dua kekuatan tangan yang tengah beradu. Antara tangan Dalbo dengan tangan Mbah Ali.

"He Ali, kau tahu mungkin pelayanku Sukari. Kali ini telah menikmati tubuh indah anakmu Amanah. Walau kau dapat mengalahkanku kali ini. Bahkan bila aku terbunuh olehmu hari ini. Kau tetap tak akan mampu mencegah sebuah benih setan yang tertanam dalam rahim putrimu Amanah oleh Sukari," teriak Dalbo mencoba mempengaruhi konsentrasi Mbah Ali. Mengulik rasa amarah dalam diri Mbah Ali. Sebab seorang petarung jikalau bertarung dengan rasa marah tentu akan gampang dikalahkan.

Namun Mbah Ali hanya tersenyum tipis seakan mengejek Dalbo. Seraya berkata pada Dalbo untuk membelas sindirannya, "Apa kau benar-benar yakin akan ucapanmu Dalbo. Apa kau benar-benar yakin bahwa benih setan telah tertanam di rahim putriku Amanah. Apa hakmu pula memanggil manusia sebagai pelayanmu. Padahal engkau sendiri yang menjadi pesuruh mereka dari kata kodam?"

"Kodam adalah bahasa samaranku untuk mengelabuhi para manusia. Para manusia yang haus akan harta dan dunia. Para manusia yang haus akan kekuatan dan kejayaan serta takhta semata. Mereka tidak akan mengerti jikalau aku setan. Bangsa kami berpura-pura tunduk hanya untuk mengambil keuntungan dari mereka. Sebenarnya adalah di akhir cerita kami selalu memakan mereka sendiri sebagai santapan," ucap Dalbo melepas pukulannya melesat mundur agak menjauh. Begitu jua dengan Mbah Ali melakukan hal yang sama dengan Dalbo.

"Asal kau tahu Dalbo sebenar-benarnya kodam adalah apa yang diberikan oleh Allah. Sebuah titipan kekuatan sesuai apa dari usaha dan ikhtiar kita dalam memuji Allah dan Rasullah. Bukan memuji dan memuja setan sepertimu Dalbo," Mbah Ali ternyata sudah mempersiapkan jurus pemanggilan makhluk pendamping tanpa sepengetahuan Dalbo.

Sebenarnya awan kelam berarak yang terus menumpuk di atas mereka berdua. Bukanlah datang tanpa sebab, atau datang karena benturan dua kekuatan. Melainkan akan adanya sesosok makhluk pendamping dari langit.

Berwujud seekor burung raksasa serupa garuda. Memiliki tubuh manusia tapi tetap berwujud burung dan berkepala burung. Memiliki warna bulu emas dengan selimut api merah kehitam-hitaman selayaknya api sesungguhnya, sebagai aura dari tubuhnya.

"Kenapa kau memanggilku Ali, bahkan lawanmu hannyalah sesosok Dalbo. Apa kau tiada mampu melawannya, apa kekuatanmu sudah berkurang jauh kali ini. Apa usiamu mempengaruhi kehebatanmu?" ucap Garuda terbang rendah menukik tajam dari atas langit hingga berdiri pas di atas kepala Mbah Ali.

"Bukan seperti itu kawan, sebab kali ini putriku menjadi taruhannya. Aku ingin cepat mengakhiri pertarungan kali ini. Untuk memastikan keselamatan dari putriku Amanah satu-satunya," jawab Mbah Ali seraya masih fokus menatap Dalbo yang tengah ketakutan melihat sosok garuda yang datang. Bahkan Dalbo tiada menyangka jikalau garuda datang untuk melawannya.

"Ada apa Dalbo, kenapa kau terlihat gemetar melihat kedatanganku. Bukankah kau dari tadi begitu jemawa aku perhatikan dari langit. Kau kira aku tidak menyaksikan pertarungan dari sahabatku Ali?" cetus garuda semakin menakuti Dalbo.

Dalbo seketika lari terbirit-birit menjauh dari arena pertandingan atas atap rumah Mbah Ali. Layaknya anjing yang dikejar oleh harimau, Dalbo begitu ketakutan akan adanya sosok garuda.

"Ali kembalilah pada badan kasarmu, pergilah ke rumah Putrimu. Pastikan dia selamat, tetapi yakinlah temanku Si Pocil telah menyelamatkan Amanah putrimu. Jangan sekali-kali kau meremehkan temanku Si Pocil. Biarkan Dalbo aku yang mengurusnya," ucap garuda melesat lurus mengejar Dalbo.

"Baik kawan atas ijin Allah aku meminta pertolonganmu untuk mengatasi Dalbo," sahut Mbah Ali kembali turun langsung memasuki raga kasarnya kembali.

Perlahan ruh raga sukma dari Mbah Ali kembali menyatu pada badan kasarnya. Akhirnya badan kasar Mbah Ali yang dari awal dalam keadaan bersila sambil terus memutar tasbih. Kembali terbuka matanya seraya mengucap Alhamdulillah dalam hati. Seraya mengucap syukur atas pertolongan Allah.

Tidak lama setelah itu terdengar letusan dari atas atap. Selayaknya bom meletus, namun hanya pendengaran dari gaib yang dapat mendengarkan letusan tersebut. Sebab letusan tersebut bersumber dari meledaknya tubuh Dalbo oleh serangan garuda.

Garuda terlihat menukik kembali ke atas langit. Sambil terbang cepat layaknya sebuah kilat saat mendung tiba akan datangnya hujan, secepat cahaya telah hilang.

"Alhamdulillah Hirabbil Alamin, akhirnya selesai jua dan aku dapat mengecek keadaan putriku Amanah. Apakah Kasturi menantuku jua sudah pulang? Tetapi dalam penglihatanku Kasturi menantuku berhasil mengalahkan monyet siluman. Sebaiknya aku lekas pergi ke rumah anakku Amanah untuk memastikannya," gerutu Mbah Ali.

Namun belum sempat Mbah Ali melangkah satu jengkal saja dari teras rumahnya. Terdengar suara merintih kesakitan dari suara seorang wanita. Selayaknya seorang wanita tengah di paksa melayani nafsu bejat seorang bandit atau perampok.

"Ah, aduh, duh," suara itu jelas terdengar di telinga Mbah Ali. Sontak membuat Mbah Ali berwajah sangat khawatir. Sebab iya yakin kalau suara itu adalah suara dari putrinya.

"Kurang ajar, apa Si Pocil dapat dikalahkan. Kenapa Putriku sampai merintih seakan rintihan dari seorang wanita tengah diperkosa. Apa benar kata-kata Dalbo tentang sudah tertanam benih setan di rahim putriku? Tunggu aku anakku. Akan aku obrak-abrik semua yang melukaimu," teriak Mbah Ali menginjak tanah satu pijakan hendak melesat menuju rumah Amanah.

Tapi lesatnya terhalang oleh sosok Ki Parno Sewu yang tiba-tiba datang. Pas di hadapannya menghadangnya untuk tidak menuju rumah Amanah.

"Mau ke mana kau Ali temanku, Bahkan aku belum datang kau sudah ingin melarikan diri. Apa seperti itu sikap kesatria yang selalu kau bangga-banggakan?" ucap Ki Parno Sewu berdiri menantang Mbah Ali.

Creation is hard, cheer me up!

Bagus_Effendikcreators' thoughts