Kasturi terus memacu motor roda dua yang iya kendarai. Pagi ini Kasturi tengah berkendara menuju kampung halaman desa Mojokembang. Pulang karena sangat khawatir mimpi-mimpinya akan menjadi kenyataan.
Sebuah mimpi aneh tentang anaknya Bagus yang bermain dengan sosok kuntilanak. Sungguh mimpi yang tidak wajar, apalagi mimpi itu terus berulang beberapa malam saat iya terlelap.
Roda dua dari ban motor matik keluaran terbaru miliknya terus membelah pagi dari kota ke kota. Bahkan ia sudah meminta ijin pada Bos proyek tempatnya bekerja di Kota Surabaya. Kasturi meminta tolong pada sahabatnya yang jua teman satu proyek Abdi untuk mengatakan perihal izinnya pada sang Bos proyek.
Kali ini Kasturi berkendara begitu kencang melewati jalan utama kota Mojokerto, di mana kanan dan kiri jalan adalah persawahan yang membentang. Wajah Kasturi tampak begitu mengkerat terus berpikir, apakah istrinya juga baik-baik saja. Bahkan perasaan dalam hatinya tiada begitu tenang.
Sampai suatu ketika pas di tengah-tengah area panjang persawahan yang melintang di samping jalan provinsi. Kasturi dikejutkan oleh sosok kera hitam menghadang laju motornya. Untung saja Kasturi sanggatlah mahir dan piawai bahkan mampu dengan baik mengendalikan laju motor matik miliknya.
Sit,
Rem tangan depan dan belakang iya tekan secara bergantian. Setang iya belokkan sedemikian rupa agar tak menabrak monyet yang tiba-tiba ada menghalangi laju motornya.
"Hampir saja tertabrak kamu monyet. Untung saja aku masih sadar dan dapat mengendalikan dengan baik motorku. Alhamdulillahnya aku juga tidak terjatuh," ucap Kasturi menurunkan setandar samping motornya di tepian trotoar.
Monyet yang tadi tiba-tiba menghalangi laju motor Kasturi. Tiba-tiba semakin lama semakin membesar sampai seukuran manusia normal, tapi tetap berwujud seekor monyet.
"Astagfirullah Hal Adzim, monyet apa setan. Lah kok bisa membesar tubuhnya?" Kasturi tampak terheran-heran.
Namun iya tetap tenang tiada rasa ketakutan atau gemetar sedikit saja. Sebab hal seperti ini bukannya pertama kali iya alami. Sudah beberapa kali iya melawan sebangsa setan atau siluman yang mengganggunya.
"Pasti ini berkaitan dengan mimpi tentang anakku. Wah benar-benar tidak beres ini, sudah dapat dipastikan benar adanya tentang mimpiku semalam," Kasturi mulai melepas tas yang iya bawa di punggungnya. Menaruhnya di atas motor bersama jaket kulit yang iya kenakan jua iya lepas dan di letakkan begitu saja di atas motor.
"Namamu Kasturi bukan? Dapat salam kau dari Sukari. Mungkin istrimu Amanah pagi ini sudah berada pada pelukan Sukari. Mungkin Sukari pagi ini tengah menikmati tiap lekuk tubuh indah istrimu. Tugasku hanya menghadangmu Kasturi putra Para," ucap monyet siluman dengan suara begitu kecil layaknya monyet tapi dapat berbicara layaknya manusia.
"Sukari rupanya dalang dari mimpi-mimpiku. Aku tak akan tinggal diam kali ini Sukari. Selama ini aku diam saat kau menggoda istriku dan aku menganggapmu saudara. Sebab itu aku biarkan saja kau menggoda Dek Amanah. Kali ini kau sudah kelewatan Sukari. Baiklah walau kau kirimkan makhluk setinggi gunung akan aku layani. Majulah kau monyet siluman!" teriak Kasturi meradang begitu marah dengan wajah tampak memerah.
Monyet siluman tampak meloncat ke arah Kasturi. Begitu jua dengan Kasturi ikut melesat menyambut loncatan monyet siluman. Sehingga dua kekuatan saling berbenturan. Membuat sebuah retakan-retakan di atas aspal di sekitar mereka.
Duar,
Benturan demi benturan, serangan demi serangan dan tangkisan demi tangkisan terus terjadi. Antara monyet siluman dan Kasturi. Sedangkan keadaan jalan masih teramat sepi, sebab hari masih terlalu pagi seusai subuh. Mungkin orang-orang jua masih terlelap di atas tempat tidurnya masing-masing.
"Rupanya bukan tanpa alasan Ki Parno Sewu menyanjung kekuatan anak dari almarhum Ki Para ini. Ahli juga kau Kasturi dalam seni pertarungan gaib," celetuk monyet siluman berdiri menjauh dengan nafas terengah-engah.
"Sudah jangan banyak omong kau monyet siluman. Mari kita selesaikan pertarungan kita, agar aku lekas pulang dan menyelamatkan istriku Dek Amanah!" teriak Kasturi mulai berkomat-kamit membaca sebuah mantra untuk mengeluarkan senjata gaib miliknya.
Tiba-tiba dari tangan kanan Kasturi yang iya arahkan ke langit. Keluarlah sebuah senjata gada besar berlapis emas. Mirip dengan senjata dalam pewayangan pandawa bernama Bima.
Monyet siluman tidak mau kalah, ia juga tengah merapal sebuah mantra. Namun bukan dari tangannya muncul sebuah senjata. Melainkan dari ekornya yang dapat memanjang memunculkan sebuah senjata serupa gada tapi berwarna putih tulang.
"Mari Kasturi putra Ki Para, kita adu gada siapa yang lebih unggul. Gada putih milikku atau gada emas milikmu. Aku akan mengulur waktu lama sebelum membunuhmu. Memang Sukari saja yang menginginkan menikmati tubuh wanitamu Kasturi. Aku juga menginginkannya, tak apalah aku menikmati istrimu setelah Sukari," ucap monyet siluman terus menghina dan mengejek Kasturi dengan sindiran-sindiran perkataan yang membuat Kasturi semakin meradang.
"Diam kau monyet sialan!" teriak Kasturi semakin marah sambil mengentakkan satu kakinya ke aspal lalu melesat ke arah monyet siluman.
Duar, Dar,
Gema bunyi benturan antara gada putih milik monyet siluman dan gada emas milik Kasturi telah berbenturan. Sehingga menimbulkan percikan api dan kilat di sekitarnya.
Tang, tang, ting, tang,
Benturan terus terjadi hingga kedua gada saling menghancurkan dan musnah. Pada akhirnya tiada yang kuat atau pun lemah. Sebab gada dari ke duanya sama-sama hancur lebur.
Kasturi tampak terengah-engah di tepian trotoar. Sedangkan monyet siluman tersungkur di tengah aspal. Tetapi iya dapat berdiri kembali dengan usaha dan sisa tenaga yang dimiliki. Tiba-tiba monyet siluman membelah diri menjadi tiga bagian yang sama persis ketiga-tiganya.
"Kali ini kau akan binasa ditanganku Kasturi. Satu dari aku saja kau sudah kewalahan, apalagi aku munculkan tiga wujudku kali ini," ucap monyet siluman kembali merapal mantra untuk memanggil sebuah senjata.
Keluarlah sebuah tongkat sakti berwarna merah. Mirip tongkat dari serial kera sakti dalam tipi negara tirai bambu. Malah tiga tongkat langsung muncul di pegang masing-masing dari wujud monyet siluman, bentuk dan warnanya jua sama persis.
Kasturi tak mau tinggal diam, saat monyet siluman menggandakan diri menjadi tiga rupa sama. Kasturi tampak berkomat-kamit melafaz salah satu ayat pendek Al Quran.
***
سْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
1. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Bacaan latin: Qul huwallahu ahad
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa'"
2. اللَّهُ الصَّمَدُ
Bacaan latin: Allahu somad
Artinya: "Allah tempat meminta segala sesuatu,"
3. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Bacaan latin: Lam yalid wa lam yụlad
Artinya: "Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,"
4. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Bacaan latin: Wa lam yakul lahụ kufuwan ahad
Artinya: "Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
***
Seketika setelah melafaz surat Al Ikhlas. Tubuh Kasturi berubah mengeluarkan buliran-buliran api dari setiap pori-pori kulitnya. Menyelimuti seluruh tubuhnya, sehingga bentuk tubuh Kasturi tidak lagi selayaknya manusia. Melainkan manusia berwujud api.
"Jangankan tiga monyet siluman, seribu wujudmu menyerangku aku tiada mundur sejengkal tanah jua. Majulah sekaligus agar aku cepat pulang menolong istriku yang kalian perlakukan tidak selayaknya sebagai makhluk yang diciptakan Allah begitu indah," teriak Kasturi dalam wujud mode api surat Al Ikhlas.
Ketiga wujud monyet siluman akhirnya menyerang terlebih dahulu. Tiga-tiganya melesat membawa tongkat sakti ke arah Kasturi. Kasturi menyambutnya dengan brutal, kobaran api di tubuhnya semakin membesar.
Pukulan-pukulan api milik Kasturi membakar kedua wujud monyet siluman. Sampai-sampai dua sosok monyet siluman hasil dari membelahnya tubuh yang asli hancur menjadi abu.
Tinggallah satu wujud asli monyet siluman. Bahkan satu wujud asli monyet siluman tengah dicekik lehernya oleh Kasturi. Sehingga terangkatlah tubuh dari monyet siluman mengawang di atas aspal.
Monyet siluman berusaha tidak menatap mata Kasturi. Sebab dalam mode api surat Al Ikhlas yang terkenal dalam dunia persilatan gaib. Bisa membuat lawan hangus terbakar seketika menjadi abu.
Kasturi tidak habis akal dan cara. Kasturi langsung memeluk tubuh dari monyet siluman. Agar tubuh monyet siluman dapat terbakar oleh api yang terus berkobar dari dalam tubuhnya.
Monyet siluman terus meronta melepaskan diri. Tapi Kasturi semakin lama semakin erat memeluk tubuh monyet siluman. Sehingga pada akhirnya monyet siluman terbakar perlahan menjadi abu. Sebelum benar-benar hancur monyet siluman berucap mencoba mengusik emosi Kasturi.
"Walau kau menghancurkanku wahai Kasturi Putra Ki Para. Tetapi istrimu Amanah sudah dinikmati oleh Sukari dan istrimu sudah ternoda."
Kasturi semakin meradang sehingga kemarahan tatapan mata mode surat Al Ikhlas. Menghancurkan keseluruhan tubuh monyet siluman menjadi abu.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!