Tuan Isaac Ibrahim menonton pentas seni di lapangan dengan menyamar sebagai pedagang kacang goreng berdiri tidak jauh dari Shasha. Mudah sekali baginya bertemu Shasha, malah tiap hari ia bisa ngobrol dengan Shasha sebagai pedagang kacang goreng keliling dengan gerobak. Shasha malah sering mendorongkan gerobaknya berteduh di sekitar taman yang aman dari hujan. Kadang-kadang ia ikut kegiatan Shasha memungut sampah di taman, dia tau dengan Shasha dekatnya. Acara di taman malam itu tidak sesuai harapan. Bapak walikota malah tidak ikut mrmbaca puisi. Ia membuka acara itu kemudian pergi. Ia malas bertemu dengan Maya Agustin. Walaupun awalnya ingin satu panggung dengannya tetapi banyaknya penonton yang membuat gaduh. Ia kemudian fokus mengarahkan pamong praja mengamankan keadaan dengan cara persuasif dan membagi konsentrasi penonton kepada pembagian makanan gratis di tiga tempat yang berjauhan dari taman dan kerumunan. Otomotis kemudian penonton banyak yang bubar dengan sendirinya. Maya cukup kesal dengan ulah saingan dan mantannya ini. Tujuannya nencari perhatian di taman itu seolah tak berkesan.
Isaac Ibrahim tersenyum. Dua manusia yang dulunya saling mencintai itu termakan ambisinya sendiri.
Regina dan Desy pergi dari tempat itu, acara itu tak berguna baginya. Ia malah dari tadi sibuk membunuh nyamuk. Ia ogah menggunakan lation yang disodorkan Desy kulitnya terlalu mahal dari lation yang bakal membuat kulitnya iritasi.
Shasha pulang mendorong gerobak buku di bantu banyak pemuda yang baik hati. Edo mengeluh saingan merebut hati Shasha semakin bertambah.