Begitu Gu Xi Jiu melangkah maju, dia dicegat oleh seorang penjaga pintu yang mengulurkan tangannya. Penjaga pintu itu tampan tetapi lubang hidungnya tampak terlalu mancung. Orang itu mengibaskan tangannya untuk mengusir Gu Xi Jiu seolah-olah dia adalah seekor lalat, "Huss! Huss! Ini bukan tempat untuk bocah desa kecil sepertimu! Pergi! Jangan berani-berani mengotori tempat ini!"
Kemampuan kung fu siapa pun yang bekerja di tempat seperti Yi Pin Lou, bahkan meski hanya seorang penjaga pintu belaka, tidak boleh dipandang remeh. Semua orang tentu punya keterampilan bertarung yang mengagumkan, di mana mencari masalah dengan satu penjaga sama seperti bertarung melawan lebih dari sepuluh pria perkasa.
Penjaga pintu ini mengira dirinya bisa mengusir Gu Xi Jiu dengan mudah, tetapi tanpa diduga, gerakannya luput ketika gadis itu hanya memiringkan badan sedikit, menyebabkan telapak tangan pria itu menyapu lengan bajunya. Akibatnya, penjaga pintu itu merasakan rasa pedih yang menyengat di jarinya tanpa tahu apa penyebabnya.
Penjaga pintu itu lekas-lekas memeriksa jarinya―masih putih dan halus, tanpa bintik-bintik merah. Karena itu, dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Meskipun demikian, dia merasa seperti ditusuk jarum tajam, yang tidak hanya menyebabkan nyeri yang menyengat di jarinya tetapi juga menyebabkan sensasi tusuk jarum di seluruh lengannya. Rasanya sangat menyakitkan sehingga dia ingin bunuh diri.
Tanpa terkendali, dia berteriak, "Dasar bocah nakal, sihir hitam apa yang kau gunakan untuk melawanku?!"
Gu Xi Jiu tetap terdiam dan mengerutkan keningnya, "Sihir hitam apa yang kamu bicarakan? Kamu kan yang mendorongku, dan aku bahkan belum melawan. Mana mungkin aku bisa menggunakan sihir hitam?"
Penjaga pintu itu sangat jahat. Gu Xi Jiu hanya pejalan kaki yang tidak bersalah dan pria itu menyerangnya dengan sangat beringas!
Untungnya, penghuni tubuh ini adalah dia. Jika cuma anak biasa, dorongan semacam itu pasti akan melambungkannya ke langit sampai terlempar jauh dan jatuh ke tanah!
Karena itu, setelah berkelit dengan gesit, Gu Xi Jiu mengambil kesempatan itu untuk memberinya penawar bagi rasa sakit yang ia derita.
Meskipun tidak ia tidak sampai kehilangan nyawanya, pria itu akan menderita rasa sakit selama sekitar satu jam, sebagai hukuman karena telah bersikap congkak.
Penjaga pintu itu mengerang kesakitan sampai-sampai dia ingin memotong lengannya. Penjaga pintu lainnya pun berdatangan, tetapi mereka tidak bisa menemukan apa pun di jarinya dan melihatnya mengucurkan keringat deras.
Salah satu penjaga pintu ingin mengulurkan tangan penjaga yang kesakitan itu ke arahnya sendiri sehingga dia bisa mengamatinya lebih dekat, tetapi segera ditepis dengan sebuah kibasan tangan begitu orang itu menyentuh pergelangan tangannya, "Aduh, aduh! Ada jarum, ada jarum …."
Semua orang tertegun, tetapi tidak seorang pun bisa melihat jarum itu.
"Kamu siapa? Mengapa kamu ada di sini menyebabkan masalah?" Seorang penjaga pintu yang bersikap lebih dewasa bertanya pada Gu Xi Jiu, sementara penjaga pintu lainnya diam-diam berpencar untuk mengelilingi gadis itu.
Gu Xi Jiu masih berdiri di tempat yang sama. Gadis itu menjentikkan lengan bajunya dan berkata santai, "Sejak kapan aku menyebabkan masalah? Rumah lelang pasti menerima tamu, mengapa kalian mengusirku?"
Penjaga pintu itu segera mengulurkan tangannya, "Oh, jadi kamu ada di sini untuk bergabung dalam pelelangan sebagai tamu. Baiklah, tolong tunjukkan kartu keanggotaanmu!"
Kartu keanggotaan diperlukan untuk ikut serta dalam pelelangan? Dia tidak menyangka sistem keanggotaan VIP di zaman modern juga digunakan di zaman ini ….
Tentu saja, Gu Xi Jiu tidak punya kartu keanggotaan, sehingga dia menghela napas sambil memikirkan untuk mencari cara lain agar dia bisa masuk.
Ketika Gu Xi Jiu hendak menjawab tidak, sebuah medali seperti giok tiba-tiba terulur dari sebelahnya. Secarik kartu hijau zamrud terlihat di atas medali itu dan terdengar suara yang menarik namun jelas, "Kartu keanggotaannya ada di sini."
Gu Xi Jiu memandangi lengan jubah seputih bulan itu. Dia menatap wajah Rong Che yang tampan dan menarik.
Pria itu berdiri di sampingnya. Jubah brokat[1]1 seputih bulan itu sepertinya memantulkan cahaya rembulan. Sepasang mata cabulnya juga tampak berkilauan dan dia berdiri dengan tersenyum samar-samar. Dia memang sangat tampan, bahkan lentera terang di belakang terlihat memucat dibandingkan dirinya.
Rupanya, dia adalah tamu tetap, sebab keempat penjaga pintu langsung berlutut begitu mereka melihatnya, "Yang Mulia."