webnovel

Secret In Love

Ada cinta dan kesakitan saat kita harus memilih hidup dengan seorang pria yang tidak kita cintai, Itu yang Reista rasakan.. Merelakan masa mudanya dengan menikahi Duda Tampan kaya Raya dari keluarga Ettrama. Seorang pria yang memiliki kekayaan di atas rata-rata... Mungkin terdengar menyenangkan bukan?. Tapi bagaimana jika ternyata hidup tidak melulu membahas kebahagiaan? Reista harus merasakan hidupnya berantakan karena masa lalu dari suaminya hadir kembali! Kegilaan yang diciptakan oleh mantan istri Ramelson Ettrama, membuat keluarga Ettrama hancur berantakan. Penculikan, kekerasan, pembunuhan!.. berkumpul jadi satu dan membuat banyak kesakitan kepada Jiwa-jiwa suci yang tidak mengerti apa apa.. Hidup Reista bahkan harus berselisih dengan Racun yang menggerogoti tubuhnya dan membuat kedua bola matanya lepas!! Apakah kesakitan akan selalu menghantui Hidup Reista? apakah cinta akan membuat Reista bertahan bersama Ramelson Ettrama? semua akan dibahas dalam Bab-Bab selanjutnya.. Jangan lupa tinggalkan Komentar positif, Berikan koin di setiap bab terkunci. hal ini akan membuat penulis menjadi lebih bersemangat lagi... [Sequel berjudul, Secret In Love: Ahli Waris] Selamat membaca dan semoga hari kalian menyenangkan!!

silvaaresta · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
430 Chs

Melepas Rindu

Ramel memerintahkan para anak buahnya untuk menelusuri sepanjang Resort untuk menemukan orang yang mencurigakan, Ramel ingin semua identitas mereka yang datang ke resort ini sama dengan saat ia datang. Tidak mungkin orang sini yang melakukan hal ini kepada Reista, sudah pasti orang dari lingkungan Reista atu dari Lingkungannya. karena ia tau kelemahan Reista dan orang itu tau bahwa Reista istriku.

Aku menyuruh banyak penjaga untuk menjaga ruangan kamar Renandra dan juga kamarku. mau bagaimanapun aku tidak akan pergi dari pulau ini, aku ingin mengetahui kejadian sebenarnya. pintarnya orang itu dia tidak terlihat sama sekali di cctv, entah dia sudah menyogok uang kepada penjaga cctv ini atau memang ia hanya menyuruh orang yang bekerja di Resort ini.

Semua terlihat Normal didalam rekaman cctv, tidak ada hal yang mencurigakan, tidak ada nama asing yang patut disalahkan. Hanya aku bingung siapa yang menyuruh para penjagaku yang menunggu kamar Reista untuk beristirahat?.

Apa pelaku utama ada disekelilingku? apa yang dia inginkan? semua yang kubawa adalah orang yang telah bekerja lebih dari 5tahun denganku.

Jika mereka ingin menyakitiku, mengapa sekarang ? mengapa tidak dari dulu? mereka punya banyak waktu untuk melakukannya, apa targetnya Reista? hanya Reista. bukan aku?.

Reista orang yang baik, dia tidak pernah memperlakukan para bawahannku semena-mena, bahkan ia selalu menganggap mereka semua teman dan memperlakukan mereka layaknya keluarga.

Aku mengusap Rambutku kasar, jika pelakunya adalah orang dalam. berarti percuma saja aku melakukan penjagaan untuk Reista. lebih baik aku kembali kekamar dan menemani Reista disana.

Ramel berjalan kembali kekamarnya, dia melihat kesekeliling jalanan. memang terlihat sepi dan cukup seram, tapi tidak untuk Ramel, suasana seperti ini yang ia sukai, tak akan ada yang mengganggunya disuasana seperti ini.

Ramel melihat para penjagannya sedang duduk dan sambil mengobrol, mereka bangun dan memberi hormat saat melihat Ramel. Ramel hanya tersenyum dan berjalan lagi masuk kearah pintu.

Dibukannya pintu dan menutupnya kembali, ia masih melihat Reista tertidur dengan nyenyak. bajunya sudah diganti dan obat dikeningnya sudah dibersihkan. Dokter dari kota sudah memberikan obat untuk menenangkan phobia dari diri Reista. hanya untuk berjaga-jaga, dokter takut jika Reista tiba-tiba menjadi lepas kendali karena rasa takutnya. Dokter berkata Reista jangan dibiarkan dalam kondisi ruangan yang gelap, dan jangan dibiarkan sendiri. karena itu akan memicu phobia nya semakin parah.

Ramel mengganti bajunya dengan kaus pendek dan celana pendek, ia berbaring disamping Reista. Ramel mengelus pelan Rambut halus istrinya, sangat harum dan menenangkan, sangat nyaman. Ramel mendengusnya terus menerus, sangat memabukkan.

Ramel memeluk Reista dari samping, tubuh istrinya sangat pas dalam rengkuhannya. Reista menggeliat saat dirasa tidurnya tergganggu.

"maaf membangunkanmu". ucap Ramel pelan di samping telingan Reista. Reista menatap mata Ramel dan dia tersenyum.

"tak apa, aku merasa nyaman. dan aku suka harummu, wangi tubuhmu yang mengusik indra penciumanku.makanya aku terbangun". Reista terkekeh pelan saat mengatakan itu. ia semakin merapatkan tubuhnya didalam pelukan Ramel, Ramel pun membiarkan hal itu. dia tetap mengelus Rambut Reista.

"kau sudah merasa lebih baik sekarang Reista?".

"aku merasa baikan, karena ada kau disini. aku mencarimu kemana-mana tadi, jangan tinggalkan aku lagi".

"aku tidak meninggalkanmu, mungkin tadi adalah kesalahanku karena kurang memperhatikan keselamatanmu. tapi tidak akan lagi, kau tidak akan sendirian dan tidak akan kutinggalkan".

"kau harus berjanji untuk itu". Reista menatap mata Ramel lagi, mereka saling menatap, Reista menunggu jawaban 'ya' dari mulut Ramel.

"akan kuusahakan". jawab Ramel, Reista sedikit kecewa, namun ia harus bersabar, Ramel butuh waktu untuk memulai semuanya untuk pernikahan ini. Reista mengangguk dan tersenyum. ia harus menghargai semua yang Ramel lakukan, ia harus kuat dan bertahan, semua kehidupan butuh perjuangan. begitupula kehidupan rumah tangganya.

"Terimakasih". kata Reista pelan.

"yeah, istirahatlah lagi".

"aku sudah beristirahat sangat lama Ramel, aku ingin bertanya padamu". kata Reista.

"apa itu?".

"apa makan malam kita sangat indah tadi?".

"tentu, aku sudah menyiapkan kejutan yang manis untukmu".

"aku menyesal kita tidak jadi makan malam".

"tidak usah dipikirkan, besok kita akan sarapan bersama dan aku yang akan mengantarkanmu sampai kedepan meja makan dipinggir pantai. pasti tidak kalah Romantis".

"benarkah?". tanya Reista sedikit antusias.

"ya tentu saja, kau akan melihatnya besok pagi. sekarang tidurlah".

"baiklah, tapi apakah aku boleh meminta sesuatu?". pinta Reista, Ramel sedikit mengernyitkan dahinya pelan. tidak biasanya Reista meminta sesuatu padanya.

"apa itu, katakanlah. jika bisa kuberikan, pasti akan kuberi". ucap Ramel penasaran.

"bolehkah aku mencium bibirmu, lalu memelukmu sepanjang malam ini?". Ramel tersenyum sebentar menaggapi permintaan Reista.

"Tentu saja". Reista terlihat senang, ia langsung dengan cepat mencium bibir Ramel dengan perasaan Rindu yang menggebu, Ramel membalas setiap ciuman Reista, saat ini Reista sudah pandai dalam berciuman, mungkin film yang ia tonton membuatnya belajar banyak hal.

Ciuman itu semakin lama semakin menggebu, muka Reista sudah terlihat merah dan nafasnya memburu. Ramel melihat ada gurat gairah didalamnnya. bahkan sekarang Ramel membelai punggung Reista sampai ke pinggang, bergerak dengan pelan namun membuat tubuh Reista seketika menenggang dan menginginkan sesuatu yang lebih.

Ciuman mereka tidak berakhir, mereka saling mengecap satu sama lain, memainkan lidah dengan sangat lihat. ada sesuatu yang sudah terasa sesak didalam celana Ramel, Ramel ingin namun ia takut menyakiti Reista, Ramel melepaskan ciuman dari bibir Reista dan mulai turun dibawah leher dan mengecap serta memberikan tanda kepemilikan disana. Reista sudah mengerang tertahan, Ramel hebat dan segala hal. dia tau titik sensitif yang bahkan hanya disekitaran leher saja.

Ramel menelusupkan wajahnya semakin kebawah dan membuka kaus Reista dengan cepat, Bra berwarna hitam terlihat jelas membukus payudara yang cukup besar dibaliknya, Ramel mengecupnya dan dia menatap mata Reista.

"aku tidak akan berhenti setelah aku melepas bra yang kau pakai, katakan sekarang jika kau tidak ingin melakukan ini, katakan jika kau lelah saat ini?". tanya Ramel, nafasnya sudah tertahan akan gairah. tapi dia tidak ingin memaksa Reista jika Reista masih lelah karena syok yang dideritanya tadi.

"lakukan, aku sudah menginginkan ini sejak lama". Reista terlihat pasrah, dia membelai dada bindang Ramel dan memberi isyarat untuk menyentuhnya lebih dalam.

Hal itu tidak disia-siakan Reista Ramel membuka Bar yang Reista pakai dan melepasnya dengan cepat. terlihat gundukan yang putih bersih dan puting yang berwarna merah muda, meminta untuk Ramel memuaskanya. Reista mengangguk saat Ramel meminta dengan isyarat mata.

Mereka melakukan hubungan intim itu, dengan penuh cinta, desahan yang menggelora, penekanan disetiap hentakan dan malam menjadi saksi bisu atas pergulatan panas yang terjadi. mereka menyatu, menyalurkan semua energi panas dan membelai satu sama lain, menerobos masuk kedalam puncak kenikmatan yang seperti terbang kelangit ketujuh. Mendambakan tubuh satu sama lain, dan melakukannya terus menerus melepas Rindu akan dunia ini.