Cahaya mentari masuk kedalam sela-sela jendela kamar Resort ini, Reista mengerjapkan matanya, badanya terasa sakit semua. Namun ia langsung ingat apa yang ia lakukan dan Ramel semalam. ujung bibirnya langsung tersenyum senang. ia melihat kesamping, Ramel memeluknya dengan erat, ada rasa yang begitu bergembira atas penyatuan mereka tadi malam, Reista memberikan seutuhnya diri dan hidupnya kepada Ramelson, Ramel pemain ulung dalam urusan percintaan, dia tau bagaimana cara memuaskan seorang istri.
Reista mengusap lembut rambut Ramel, ia lalu mencium dan menghirupnya dalam. Reista akan mengingat tempat ini dan pulau ini. seluruh kenangan manisnya, ia akan benar-benar menyuruh Ramel membeli Resort untuk dirinya.
Reista menggeser tangan Ramel pelan, sepertinya Ramel sangat mengantuk. Reista ingin segera membersihkan tubuhnya yang lengket, ia bangun perlahan kesisi tempat tidur dengan tubuh telanjangnya. Namun pergerakannya sepertinya membuat Ramel terbangun.
"kau mau kemana". suara serak Ramel membuat bulu kuduk dipunggung Reista meremang, apalagi Ramel mengelusnya pelan.
"aku ingin mandi Ramel". jawab Reista pelan, Reista bangun dengan sedikit tertatih, kemaluannya sedikit perih dan nyeri saat digerakan untuk berjalan. ia mengambil pakaiannya dan mengambil handuk disamping nakas, melilitkan ditubuh Reista agar Ramel tidak melihat tubuh telanjangnya berlama-lama.
"apa sudah sangat siang disini, jam berapa sekarang?". Tanya Ramel yang menatap Reista dalam.
Reista melihat jam dinding kecil yang ada di samping jendela,
"Jam 10 Ramel, sudah sangat siang disini. aku mau mandi, kau jika masih mengantuk tidurlah lagi". kata Reista mencoba tersenyum, dia lebih dulu membereskan pakaian Ramel yang berserakan dan pakaian dirinya. memasukannya kedalam Ranjang pakaian kotor. ia hampir tertawa saat memegang celana dalam Ramel dan membayangnya sesuatu yang dibungkus oleh celana dalam ini.
Pikiran kotor Reista memang tidak berkesudahan dalam memikirkan hal yang semalam terjadi.
"aku ikut mandi denganmu". Tiba tiba tangan Ramel memeluk Reista dari belakang dan menyentuh pelan dadanya, Reista dapat merasakan gesekan pelan yang menonjol dibokongnya. Hanya sentuhan seperti ini Reista sudah mengangguk mengiyakan ajakan Ramel. Ramel langsung menggendongnya dan membawanya kedalam jazuci dan mengisinya dengan penuh air hangat, tidak lupa wewangian untuk mneyegarkan tubuh mereka. mata Reista terus berpaling dari sesuatu kepunyaan Ramel yang memang sudah tegak berdiri sejak tadi. Reista sedikit malu, tapi ya dia memang menginginkannya juga. bahkan handuknya sudah basah kuyup karena tidak sempat untuk melepaskan.
*******
Ramel dan Reista sudah duduk di kursi cantik berbahan dasar kayu jati, didepan mereka terdapat meja bundar dan sudah diisi dengan berbagai sarapan khas di kota ini. ada dua mangkuk mie dengan kuah kaldu yang menyegarakan saat terlihat, chef tadi mengatakan bahwa ini mieso, lalu ada kue kue kecil dengan bungkusan daun berwarna hijau dengan nama lopek bugi, dan ada juga Roti jala dengan cocolan kari ayam. lalu tidak ketinggalan beberapa potong buah dan jus jeruk untuk menyegarkan pagi kami yang sudah menjelang siang ini kurasa.
Jam hampir menunjukan setengah 12 siang waktu setempat, dan matahari sudah sangat terik sekali disini. untuknya Ramel membuat tempat makan ini di bawah pohon Rindah yang besar, didepannya laut lepas dengan warna air pantai yang cantik saat terkena sinar matahari.
Kami memakai pakai santai untuk musim panas seperti ini, untungnya semilir angin pantai membuat kami tidak teralalu kegerahan. aku menyeruput mieso yang kuahnya sangat lezat dan hangat ditenggorokan, beberapa potong ayam menambah kenikmatan dalam semangkuk mieso ini. kuah kaldu dengan banyak rempah khas dari daerah ini. itu mengapa aku begitu mencintai kuliner indonesia adalah karena seluruh masakan mereka dimasak dengan matang dan Rempah yang membuat semuanya menjadi nikmat.
Kulihat Ramel menikmati makanan yang kami santap, wajah tampannya tidak berhenti membuatku tersipu malu. wajah tampan itu yang berada di atasku sejak semalam dan bibir itu yang memberikan kata cinta disetiap penyatuan kami.
"kau suka makanan ini?". tanyaku membuka obrolan dengannya, aku tidak terlalu suka dengan suasana seperti ini.
"aku suka makanan apapun sebenarnya, tapi jika kita di Amsterdam aku lebih suka memakan Roti manis dipagi hari. untuk saja disini sudah siang". Ramel berucap dengan sedikit tertawa.
"mengapa kau tertawa?". tanya Reista penasaran
"aku berjanji padamu untuk sarapan pagi bersama, tapi malah jadi makan siang bersama. kau tau kehebatanku, aku tidak mungkin sebentar dalam memuaskanmu". seketika itu Reista tersedak kuah kaldu, pipinya memerah dan dia memukul lengan Ramel pelan.
"kau ini, aku malu. bagaimana jika ada yang mendengar".
"tidak apa jika ada yang mendengar, lagipula kita suami istri". kata Ramel pelan, dia tetap tersenyum saat memandang wajah merah Reista. istrinya itu cantik sekali jika wajahnya sudah memerah.
"kau memang benar-benar tidak tau malu". Reista tertawa saat mengucapkan itu, dia bersyukur Ramel benar-benar menepati janjinya untuk berubah menghargai dan mencoba mencintai Reista.
"jadi bagaimana? kau suka dengan kehebatanku?".
"Ramel!!. mulutmu memang benar-benar tak tau malu. banyak penjaga dan maid disekitar kita. walaupun mereka berada sedikit jauh, tetap saja bagaimana jika mereka mendengar". ucap Reista sedikit kesal sekaligus malu.
"kau bilang saja malu mengakui hebatnya diriku, kau tau? kau bahkan berteriak namaku sangat kencang dan meminta lagi dan lagi. kurasa penjaga diluar kamar Resort kita mendengar suara teriakanmu yang kencang". Ramel berucap sengaja mengejek Reista, dan benar saja Reista langsung terbengong dengan sejuta pikiran didalam otaknya.
"apa aku benar-benar kencang saat berteriak? astaga Ramel, pantas saja para penjagamu menatapku dengan tersenyum-senyum penuh arti sejak tadi". kata Reista pelan, dia meminum jus jeruknya untuk meredakan kecemasannya.
"mungkin bukan hanya suara saja, tanda merah dilehermu juga menunjukkan hal apa yang telah terjadi, lagipula mengapa juga kamu memakai baju dengan lingkaran leher yang rendah, kau ingin menunjukan pada semua orang kalau kau milikku ya?". Ramel tertawa cukup keras saat dilihat Reista melihat sekitaran lehernya dan mukanya langsung benar-benar seperti kepiting rebus.
"Ramel.. Ramel.. aku benar-benar tidak tau ada merah merah dileherku, aku tidak sempat melihat kaca. kau menyisir Rambutku tadi, jadi aku mana tau dengan hal ini. ini semua salahmu, mengapa juga kamu tidak memberitahuku? kau jahat sekali Ramelson!". Reista bersedekapkan tanganya didepan Dada. dia benar-benar kesal dengan sikap Ramel yang sengaja membuatnya malu, apa yang dipikirkan para Maid dan para penjaga saat melihat Reista seperti ini?. pasti mereka berpikir Reista perempuan tak tau malu.
"sudahlah kau tidak usah ngambek, aku minta maaf karena tidak memberitahumu, tapi aku senang kau mau menunjukan betapa hebatnya diriku pada semua orang". lagi, Ramel secara sengaja memang meledek Reista.
"Ramel, ahhhhh. kau mengesalkan". Ramel tetap tertawa, dia menyudahi sarapannya. karena dirasa perutnya cukup kenyang.
"sudah, sudah aku benar-benar minta maaf. setelah ini kita akan kekamar Renandra dan bertemu denganya, sejak kemarin sore dia mencarimu terus, sepertinya dia sangat Rindu padamu".
"yasudah kalau begitu, tapi aku ingin ganti baju yang lebih baik sebelum kekamr Renandra. aku tidak mau dia bertanya macam-macam padaku nanti".
"ya, ayo lanjutkan makanmu". Ramel mengusap pelan Rambut Reista, istrinya itu memang banyak makan, jadi pasti makanan didepan mereka akan habis didalam perutnya. Ramel hanya menunggu dan sesekali menimpali setiap pertanyaan yang Reista ajukan.