webnovel

Pernikahan Kontrak

"Satu minggu yang lalu aku memeriksakan kesuburanku tanpa sepengetahuan Angelica," kata Renaldi. Wajahnya tampak serius menatap Shera yang duduk di seberangnya.

Shera tercengang dengan ucapan Renaldi. Dia tidak tahu apa maksud perkataannya. Namun kertas putih di atas meja itu mungkin ada hubungannya dengan itu.

"Dari hasil pemeriksaan ini, aku dinyatakan mandul," kata Renaldi. Wajahnya terlihat sedih saat menyampaikan kenyataan itu.

Shera hanya terdiam. Menjadi istri Renaldi saja dia masih terombang ambing dalam arus yang tak tahu ke mana akan berlabuh. Sekarang dia harus mendengar kenyataan yang tak terduga.

"Baru saja, aku mendapatkan hasilnya, aku tidak akan bisa memberi keluarga ini keturunan, mau menikah dengan banyak wanita sekalipun," ujar Renaldi.

Shera terdiam. Dia tidak tahu harus memberi tanggapan apa. Tujuannya datang di rumah itu untuk memberi keturunan bagi Keluarga Hermawan.

"Kalau aku tahu hasilnya lebih cepat, aku tidak akan menikahimu. Aku tidak akan membuat dirimu dan Angelica terluka dalam waktu yang bersamaan," ujar Renaldi. Dia begitu mencintai istrinya. Tak pernah terlintas sedikitpun untuk menduakan cintanya.

"Lalu sekarang apa yang harus ku lakukan?" tanya Shera. Dia tidak tahu apa yang diinginkan Renaldi darinya. Untuk tujuan apa Renaldi menikahinya.

Renaldi membuang nafas gusarnya. Terlihat berat mengatakan yang sebenarnya.

"Untuk sementara tetaplah menjadi istriku! aku harus mencari cara agar kau bisa bebas dan mencari kebahagiaanmu," jawab Renaldi.

Shera terdiam. Apa mungkin Renaldi ingin Shera hanya menjadi pajangan untuk menenangkan Angelica dan keluarganya.

"Aku tidak akan menuntutmu melayaniku, kau boleh melakukan apapun yang kau mau. Termasuk bekerja di luar rumah atau melakukan kegiatan yang kau mau. Aku tidak akan melarangmu, anggap saja ini hanya sebuah pernikahan kontrak," ujar Renaldi.

Shera terdiam. Dia hanya mendengarkan. Pernikahan yang baru saja terjadi ternyata sebuah pernikahan di atas kertas. Dia dan Renaldi hanya akan bersandiwara.

"Jika kau menemukan lelaki yang kau cintai, bilang padaku, aku akan menceraikanmu. Aku tidak ingin mengurungmu di tempat ini," ucap Renaldi.

"Lalu bagaimana dengan Angelica jika aku pergi?" tanya Shera.

"Aku akan menjaganya, mencintainya, dan menyayanginya seumur hidupku," jawab Renaldi.

Shera terdiam sesaat. Dia memikirkan perkataan Renaldi.

"Aku memang baru mengenal Angelica. Tapi aku sangat menyayanginya. Ku mohon bahagiakan dia jika aku pergi nanti," ujar Shera.

"Iya, pasti," jawab Renaldi.

Entah kenapa Shera begitu menyayangi Angelica. Padahal dia baru mengenalnya. Dia merasa begitu dekat dengannya.

"Sekarang tidurlah! Aku akan tidur di sofa," ujar Renaldi.

Shera mengangguk. Dia merasa lebih lega saat Renaldi menceritakan masalahnya pada Shera. Dari pada Shera harus menjalani hubungan yang tak pasti apalagi pernikahan kontrak yang menyakitkan. Renaldi tahu dia yang sudah membawa Shera ke rumah itu. Dia juga yang akan membebaskannya.

Pagi itu Shera bangun kesiangan. Sehabis sholat subuh dia tidur lagi. Shera kecapean karena kemarin habis perjalanan Bandung-Jakarta. Dia kelabakan. Bergegas ke toilet. Untuk cuci muka. Kemudian buru-buru ke luar dari kamarnya. Dia berjalan menuju ruang makan. Di ruangan itu hanya ada Ibu Sekar dan Siska.

"Jam segini baru bangun? Apa seperti ini kebiasaanmu setiap hari?" ujar Ibu Sekar menatap Shera dengan tatapan dingin. Dia sengaja menyindir Shera.

"Aku heran kok bisa Kak Renaldi menikahi wanita pemalas sepertimu, yang bisanya minta duit suami, dan enak-enakkan tidur," kata Siska.

"Maaf Bu, aku kecapean karena kemarin baru datang dari Bandung," ungkap Shera.

"Inilah kenapa aku tidak suka pada istri yang hanya diam di rumah, tak melakukan apapun," sanggah Ibu Sekar. Dia paling tidak suka pada wanita pengangguran. Baginya seorang wanita harus tetap bekerja dan berprestasi meskipun sudah menikah.

"Iya Bu, wanita seperti ini hanya bisa jadi parasit dalam keluarga kita, pasti Kak Renaldi sudah mengeluarkan banyak uang untuknya," tambah Siska.

Shera membuang nafas gusarnya. Sindiran dan ucapan pedas itu membuatnya tertantang untuk tidak berdiam diri.

"Hari ini juga aku akan mencari pekerjaan, jadi ibu dan Siska tidak perlu khawatir, aku tidak akan menghabiskan uang Mas Renaldi," jawab Shera. Dia tidak ingin membiarkan kedua orang itu terus mengoceh.

"Baguslah kalau kau paham itu! Wanita memang harus pandai mencari uang agar tidak terus-menerus jadi beban," kata Ibu Sekar.

Siska tersenyum bahagia melihat Shera yang terlihat tertekan karena ucapan Ibu Sekar.

"Jangan lupa bereskan meja makan dan cuci piring! Jangan sarapan sebelum kau berkontribusi untuk rumah ini!" ujar Ibu Sekar.

"Dengar apa yang dikatakan ibu!" kata Siska.

"Iya Bu," jawab Shera.

Mereka berdua meninggalkan ruang makan setelah memarahi Shera dengan puas. Tinggal Shera yang berada di ruang makan. Terlihat meja berantakan dan piring menumpuk di meja makan.

"Ayo Shera semangat!" ujar Shera menyemangati dirinya sendiri. Menangis, mengeluh dan mengadu takkan menyelesaikan masalah. Sudah saatnya dia merenggangkan otot-otot biar sehat.

Shera membereskan semua barang di atas meja. Mencuci piring yang ada di dapur. Dia terlihat bersemangat. Mencuci semua piring dengan ceria. Tiba-tiba Ibu Monika menambahi piring, gelas dan wadah kotor. Dia meletakkannya di dekat Shera.

"Cuci itu semua sekalian!" titah Ibu Monika.

"Maaf saya menantu di rumah ini, bukan pembantu. Seharusnya andalah yang mengerjakan semua ini," sahut Shera.

"Kau hanya wanita miskin yang dipungut Tuan Renaldi, jadi jangan belagu di rumah ini," kata Ibu Monika.

"Biarpun aku miskin, aku bukan pembantu. Jadi berhentilah menghina Nyonyamu," sahut Shera. Dia tak habis pikir wanita tua itu seenaknya mengatur dan menghinanya. Shera menyelesaikan cucian piring miliknya kemudian meninggalkan wanita tua yang cemberut padanya.

"Aku harus kuat, di rumah ini ada beberapa Mak lampir," batin Shera. Dia tidak boleh menyerah. Meski banyak rintangan di depannya.

Shera mencari keberadaan Angelica. Dari sejak dia bangun tak melihat dirinya. Shera mencari keberadaan Angelica di dalam rumah itu namun tak menemukan keberadaannya.

"Angel ke mana ya?" ujar Shera. Dia tidak tahu di mana Angelica. Dia sudah mencarinya tapi tak menemukan keberadaan batang hidungnya.

Shera menghampiri pembantu rumah tangga yang bersih-bersih di ruang tamu. Mungkin dia tahu sesuatu tentang Angelica.

"Bi, Nyonya Angelica ke mana ya? Aku sudah mencarinya kok gak ketemu-temu?" tanya Shera. Dia ingin tahu di mana Angelica berada dari pembantu rumah tangga itu.