Malam telah tiba dengan janji dari kedua orang tua Velda, pertemuan makan malam bersama keluarga yang pernah hadir sebagai perjodohan. Velda sangat membenci situasi seperti ini. Apalagi dia sangat lelah seharian bekerja sekarang harus menghadiri dengan calon perjodohan itu lagi.
Berada di sebuah restoran ternama kali ini Velda berpenampilan sangat biasa. Dengan gaun selutut terbuka memperlihatkan dua sisi bahu yang lebar. Paras wajahnya natural tidak terlalu mencolok.. Rambut di ikat setengah membiarkan sisa rambut itu bebas menari di seluruh kulit mulusnya.
Penampilan kali ini memang telah ciri khas bagi Velda sendiri. Meskipun malam ini adalah pertemuan dengan calon perjodohan yang sudah ditetapkan oleh kedua orang tuanya, tetap saja bagi Velda tidak menerima.
Sekarang dia menunggu duduk sambil membuka dompet mini ke mana-mana dia bawa, membuka HP nya dan mulai mengetik sesuatu seperti biasa chating dengan teman kerjanya Nando.
Padahal dia sudah berada di lokasi berkumpul dengan teman-temannya krunya. Tapi entah apa yang membuat semua berantakan. Menunggu adalah hal paling membosankan bagi Velda.
"Pa, Damian masih belum bisa dihubungi?" Mega bertanya kepada Albert.
Velda dan kedua orang tuanya telah menunggu dua jam belum juga muncul sosok yang di bicarakan oleh keluarga pihak lelaki itu.
Velda masih cuek dengan jamuan makan malam adalah suasana membosankan untung ada teman bermainnya yaitu Nando. Walaupun lelaki playboy cap gayung super buat anak orang sakit hati dan baper beda dengan wanita manis cantik ini. Baginya Nando itu seperti abangnya sendiri.
Nando: Jadi, masih menunggu?
Velda: Hm
Nando : Kenapa tidak menolak saja?
Di sini ramai, sepi nya gak da lo
Velda: Sorry
Permintaan orang tua ngk bole dibantah
Nando: Iya sih!
Jadi bsk masih krj di sana?
Velda: Mungkin,
Tp liat saja sih.
"Sebentar saya hubungi putra kami," Albert meninggalkan tempat jamuan makan malam jarak percakapan ditelepon sedikit terganggu oleh Velda tengah sibuk dengan HP nya.
Bukan karena dia suka merumpi karena suara pria paruh baya itu sangat besar jadi apa yang dibicarakan terdengar jelas oleh Velda dan lainnya. Kalau orang tuanya bodoh amat lebih mengutamakan kesibukan mereka sendiri.
"Apa kamu lebih mementingkan wanita murahan itu daripada pertemuan acara makan malam dengan calon istrimu?" Suara dari seberang jarak beberapa meter berbicara.
Velda sebenarnya tidak ingin mendengar namun itu tidak mungkin terjadi kadang kala memang perjodohan ini sangat konyol kenapa kedua orang tuanya bersih kekeh ingin menjodohkan dirinya dengan lelaki tidak jelas itu. Dua kali pertemuan telah gagal menikmati acara makan malam.
Lalu berikutnya apalagi mempermalukan dirinya di depan mereka, rasanya Velda ingin memaki atau berteriak. Sangat jelas anaknya saja tidak hadir memasang muka tebal kelangsungan harta kekayaan kehormatan.
Disisi lain Arka sedang bersenang-senang dengan beberapa teman dan sahabatnya mengadakan acara pesta ulang tahun wanitanya yaitu Mawar. Malam ini Arka memang sengaja tidak hadir pertemuan dengan calon perjodohan baginya itu konyol.
Dia tidak mungkin meninggalkan kekasih cantik seperti Mawar dalam suasana bahagia, meskipun begitu bagi dirinya hidup adalah bebas.
Sesuatu benda bergetar dan berbunyi di balik kantong celananya. Dari layar terpampang nama Papa calling... Ekspresi Arka berubah dia menjauh dari tempat itu mencari suasana aman.
"Ya, halo, Pa..." Jawab Arka merasa sudah aman di posisinya sekarang.
"Kamu ada di mana?"
"Arka masih banyak urusan, Pa. Kenapa?"
"Apa begitu penting pekerjaan mu? Apa kamu lupa malam ini acara pertemuan dengan calon perjodohanmu?"
"Maaf, Pa. Arka lupa, tapi Arka minta sekali lagi. Hari ini tidak bisa hadir, Papa tahu banyak yang belum selesai pekerjaan di kantor dan ..."
"Sayang! Ternyata kamu di sini." Mawar tiba-tiba muncul dan menghancurkan kebohongan Arka kepada Ayahnya.
Albert terkejut mendengar suara wanita yang tidak asing baginya. Napas naik-turun kembali membuat pria paruh baya menahan malu untuk kedua kalinya.
"Apa kamu lebih mementingkan wanita murahan itu daripada pertemuan acara makan malam dengan calon istrimu?" Albert bertanya kepada putranya, ya, mungkin saat ini Arka tengah bermesraan dengan kekasih itu.
"Maaf, Pa. Nanti kita bicarakan saja di rumah. Sekali lagi maafkan Arka." Percakapan ditelepon terputus, Arka mengakhiri pembicaraan dengan ayahnya.
Albert yang berdiam di sana menatap pantulan kaca bayangan dirinya merasa marah dan sangat malu. Bukan itu saja rasa itu tidak memiliki harga diri baginya.
Dia kembali ketempat dimana tamu yang datang setia menunggu harus kembali terjadi untuk kedua kalinya. Rasa malu bukan lagi kebiasaan bagi Albert dan Mega.
Mega mendongak menatap suaminya, dapat dilihat wajah pria paruh baya itu harus menanggung malu kembali.
"Bagaimana, Pa," Bisik Mega.
Albert mulai bersuara suasana telah berubah dari bahagia kembali menjadi sunyi dan senyap. Sementara Velda mengakhiri permainan HP nya itu.
"Saya benar minta maaf untuk kedua kalinya. Seperti pertemuan ini batal. Selaku putra saya bernama Damian tidak bisa hadir acara perjamuan untuk kelanjutan perjodohan yang sudah kita rencanakan. Saya mohon maaf, merasa tidak berguna menjadi orang tua." Ucap Albert menunduk kepala merasa sangat malu dan bersalah
Jonathan merasa tidak enak hati ketika sahabat baiknya berkata seperti itu, "tidak apa-apa, jangan berkata begitu. Mungkin saja putra kalian sibuk di luar. Biasanya seorang CEO memang wajib bertanggungjawab. Kami memahaminya, mungkin di waktu berikutnya kita bisa pertemukan mereka di tempat yang lebih cocok."
Pada akhirnya Velda dan kedua orang tuanya pun berpamitan pulang ke rumah. Perjalanan pulang Velda sangat bahagia pertemuan batal lagi tapi dia merasa kasihan kepada orang tua pihak lelaki itu.
"Jadi Mama masih pertahankan perjodohan ini?" Velda tiba bersuara setelah berada di mobil selama satu jam belum juga sampi tujuan rumah.
"Tentu, kenapa? Kamu mau menolak lagi?" Jawab Raiya.
"Sudah jelas kan putranya tidak datang dan Mama masih ingin melanjutkan perjodohan. Velda yakin berikutnya perjodohan ini batal lagi, sepertinya mereka mempermainkan kita, Ma!" Ucap Velda menahan emosi. Dia merasa dipermalukan kembali dan merasa tidak punya harga diri menjadi wanita hanya karena perjodohan konyol ini..
Sementara Arka masih senang-senang dengan kekasihnya hubungan mesra dan cumbuan terjadi di kontrak apartemen setelah acara berakhir. Mawar menikmati setiap sentuhan dari lelaki yang sangat mencintainya.
Beda lain kedua orang tua Arka merasa marah dan malu. Apalagi Albert menunggu putranya pulang dari acara pesta murahan itu.. Mega hanya bisa menenangkan suaminya jika terjadi dengan penyakit yang tiba-tiba datang mengundang.