webnovel

Sang Pengelana Utara

Mill, Anak muda yang penuh ambisi. Ia hidup disebuah lingkungan dimana menganggap dirinya aneh dan tak mampu berbuat apapun. dengan tekad, dia berkeliling dunia untuk belajar banyak hal tentang dunia.

Isyukun · สงคราม
เรตติ้งไม่พอ
10 Chs

2. Yey...We Arrive!!

Sang mentari terbit di ufuk timur yang siap menyinari dunia. Mill dan Roxy segera bergegas menyelesaikan sampan yang mereka buat kemarin petang. Mill yang bertugas untuk memastikan sampan tersebut dapat mengapung diatas air dan Roxy menyiapkan bekal perjalanan mereka.

"Mill...kemari sebentar" Sorak Roxy dari kejauhan.

"Segera!" Sahut Mill.

Mill menyusun persiapan dan segera menuju Roxy. Mill yang sedikit tampak bingung dengan Roxy yang sedang menggali pasir.

"Sedang apa? ayo kita pergi." Ucap Mill.

"Apa kau tidak menyadari sesuatu dibawah ku?" Tanya Roxy.

"Papan Kayu?" Jawab Mill dengan ekspresi bingung.

"Tepat Sekali dan itu artinya?" Tanya Roxy.

"Ada Bangkai... hmm... Tunggu sebentar... Bangkai Kapal Maksudmu?!!" Jawab Mill.

"Benar sekali, tapi aku tak tau apakah bangkai kapal atau perahu atau hanya papan biasa... cepat bantu aku." Ucap Roxy.

"Oke" Sahut Mill.

Setelah lama menggali, mereka menemukan bangkai perahu kecil dengan kotak box berisi kain putih tebal. Mill dan Roxy mengeluarkan box itu dan membongkarnya. saat mengangkat kain putih itu, ada sebuah benda terjatuh didekat Mill.

"Hmm... apa ini?... terlihat seperti liontin kecil" Ucap Mill.

"Umm... Itu punyaku" Sahut Roxy.

"Oh iya? ini kusimpan disini" Balas Mill sambil menaruh liontin kecil di saku baju Roxy.

"haha... terima kasih" Ucap Roxy.

Mill dan Roxy segera mengambil dan membentangkan kain itu. Mill melihat seksama dan mendapatkan ide. Mill langsung memberi tahu idenya ke Roxy.

"hah?... apa kau yakin bisa?" Tanya Roxy.

"Kalo tidak dicoba, percuma saja kan?" Jawab Mill.

"Baiklah" Balas Roxy.

Mereka membentangkan kain itu dan memotongnya secara diagonal, lalu memotong salah satu potongannya dilipat sedikit dibagian bawahnya. Mill dan Roxy mengerjakan pekerjaan masing-masing. Mill mencari batang kayu sedang dan Roxy menjahit kain itu. Keduanya bekerja sangat cepat karena mengejar waktu sebelum malam tiba.

Beberapa jam terlewati dan ide pun terselesaikan. sebuah sekoci dengan bantuan penyimbang dikanan-kirinya. Mill dan Roxy sangat terbantu dengan adanya kain putih tersebut. Mill segera menaiki layar sedikit demi sedikit dan Roxy bersiaga memegang kemudi dibagian belakang perahu. Angin yang berhembus segera membawa mereka ke lepas pantai.

Setelah sekian lamanya terjebak dipulau itu, akhirnya bisa kembali melaut dan langsung menuju Bavatia. Mereka sangat senang sekali bisa terbebas dari pulau yang membosankan itu yang membuat hampir saja kedua saling menghangatkan tubuh. perjalanan cukup panjang yang mereka tempuh.

*** Sailing Without Compass ***

Perjalanan panjangan membawa mereka ke suatu tempat. tempat dimana kapal-kapal besar berlayar dan bersandar di bahu pulau tersebut. Mill dan Roxy langsung menyandarkan perahunya kedekat bahu pulau itu dan mengikat perahu tonggak batu berbentuk mirip kail pancing.

Mereka langsung berjalan menyusuri Jalanan bebatuan itu. Tiang-tiang bangunan tinggi menjulang ke atas yang cukup megah dengan berbagai bendera dan rumbai rumbai pada tali yang terikat disetiap pancang tiang bangunan di sisi kiri dan kanannya.

Jalan berbatuan sepanjang jalan di pesisir pantai dengan iringan suara hentakan pacu kuda yang menarik kereta dengan kotak-kotak kargo barang menuju tanjakan bukit. Mill melihat dan menunjuk bukit kecil itu.

"Rox, kau melihatnya?" Ucap Mill sambil menunjuk bukit didepannya.

"Tentu Mill..!! aku melihatnya." Sahut Roxy.

"Mill..!! ada seseorang terjatuh disana... ayo kita bantu dia." Ucap Roxy sambil melihat ke arah kiri depannya.

"Ayo!! segera.." Balas Mill sambil menarik tangan Roxy.

Mill dan Roxy segera bergegas mendekat kerumunan orang hingga desak-desakan sampai akhirnya Mill dan Roxy pun terpisah. Suara tembakan membuat kerumunan panik berlarian menuju kota. Roxy pergi ke atas bukit untuk melihat posisi Mill, tetapi sia-sia saja melihat satu orang dalam kerumunan yang saling berdesak-desakan.

Mill di sisi lain berlarian menuju perahu dan berlayar memutar tempat tersebut. Perjalanan Mill terhenti dengan perahu yang ditumpangi berbelok tajam ke arah kanan dan menabrak bebatuan karang di pesisir pantai. Mill langsung membelokkan perahu dan terlempar keluar sampai tak sadarkan diri.

Roxy yang tampak kebingungan langsung tancap gas bergegas menuju kota untuk mencari perlindungan. Orang-orang di kota itu langsung masuk kedalam rumah dan menguncinya. Salah satu penduduk menarik Roxy masuk kedalam rumahnya dan seketika Roxy mencoba berontak.

"Lepas!!" Sorak Roxy.

"Ssstts! diam" Ucap Seorang wanita yang mendekapnya.

"Siapa kau?!" Ucap Roxy sambil melihat orang itu.

"Sekarang kau diam dan awasi pintu." Balas wanita itu.

Roxy dan wanita itu diam sambil melihat ke arah jendela untuk memastikan keadaan.

*** 15 menit kemudian ***

Roxy dan wanita itu keluar dari rumah dan melihat lingkungan sekitar. Warga kota tampak kebingungan dengan kejadian barusan dan segera kembali bekerja. Roxy mendekati wanita itu dan bertanya.

"Siapa dia??" Tanya Roxy

"Dia...nanti akan kuberitahu tapi jangan disini. sebaiknya kau membantuku membawakan kain ini ke dalam rumahku." Jawab wanita itu.

"Baiklah, berikan itu kepadaku." Balas Roxy sambil mengangkut kain itu ke atas.

Roxy dengan wanita itu masuk kedalam rumahnya. rumah sederhana dua lantai dengan ukuran kurang lebih 6m * 6m. lorong-lorong dan ruang tampak seperti bangunan ala industrial dengan tangga setapak di sisi kiri rumah. warna abu-abu berpadu dengan warna Lis garis-garis hitam dan pohon kecil di sudut rumah buat suasana menjadi asri dan indah.

wanita itu membimbing Roxy naik ke lantai dua. di sela perjalanan, wanita itu memulai membuka percakapan.

Fleeca : "Oh iya, aku Fleeca. dirimu?"

Roxy : "Iya, Aku Roxy."

Fleeca : "Roxy? hmm... kau pasti bukan orang sini kan?"

Roxy : "Tentu saja."

Fleeca : "Dimana Asalmu? Roxy"

Roxy : "Aku datang dari tempat yang jauh dari sini, tetapi aku tidak tahu dimana itu."

Fleeca : "Ohh okay. jadi.. Bagaimana bisa kamu sampai disini?"

Roxy : "Aku bersama seorang lelaki datang kesini, tetapi aku tidak tau kondisi dia saat ini."

Fleeca : "Owh.. Kau mengkhawatirkannya?

Roxy : "Tentu. Aku tidak bisa pergi kemanapun tanpanya."

Fleeca : "Apa kau tidak memiliki siapapun selain dirinya?"

Roxy : "Aku tidak mengingat siapapun selain dirinya. Dia seperti kakakku."

Fleeca : "Malangnya nasibmu... sabar yah. Kau pasti akan bertemu dengannya lagi, bila perlu kau bisa tinggal disini untuk menemaniku."

Roxy : "Sungguh?! Terima kasih banyak, tapi... Bagaimana dengan dia?"

Fleeca : "Kau boleh pergi setelah kau bertemu dengannya nanti."

Roxy : "Baiklah, Terima kasih kak."

Fleeca : "Iya."

Setelah lama bekerja, akhirnya keduanya istirahat. Fleeca dan Roxy masuk kedalam kamar barunya Roxy.

Fleeca : "Sementara, kau tinggal disini bersamaku sebagai adikku. oke?"

Roxy : "Tentu saja kak"

Fleeca : "Andai saja adikku masih hidup, mungkin dia akan berteman denganmu."

Roxy : "Ada apa denganya?"

Fleeca : "Perman kota menculik dan memperkosanya hingga tak berdaya."

Roxy : "Owh.. maaf aku tak bermaksud menyakitimu.

Fleeca : "Tidak apa... setidaknya perman kota itu dihukum dengan berat sudah cukup membalasnya"

Roxy mendekat dan memegang tangan Fleeca.

Roxy : "Baiklah, Setidaknya aku bisa menemanimu kak."

Fleeca : "Haha, Iya Roxy. Kau mirip dengan adikku."

Roxy : "Sudahlah, lupakan sejenak. Aku disini ada untukmu kak."

Fleeca langsung memeluk Roxy dan menangis sambil bersandar di dadanya.

Kenangan Roxy malam itu tidak bisa dilupakan dan digantikan dengan orang lain, termasuk Mill.

Like it ? Add to library!

Suka? Tambah ke Pustaka!

Isyukuncreators' thoughts