webnovel

Sahabat semati

Imron dan Vega merupakan sahabat dari kecil. Mereka selalu mengungkapkan janji akan bersama-sama sehidup semati. Sampai suatu tragedi menimpa Vega dan Vega meninggal. Semenjak kejadian itu, Imron sering didatangi arwah Vega untuk mengajak Imron mati bersamanya. Jangan mengucap janji, kelak janji itu akan membawamu ke dalam kematian.

Winda_nurdiana · สยองขวัญ
เรตติ้งไม่พอ
10 Chs

Dihantui

 Rival menonton TV sendiri di ruang tamu. Sekarang cowok itu sedang menonton acara Tom & Jerry. Sesekali Rival terbahak melihat adegan saat Tom dikerjai habis-habisan oleh Jerry. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba lampu padam dan anehnya TV itu tetap menyala.

       "Kok aneh? Kan lampunya mati, " gumam Rival.

Rival segera mengambil remote dan mematikan TV-nya. Aneh, TV itu tidak mau mati. Layar TV berubah menjadi abu-abu.

  "Ini TV gila kali, ya?" Rival mulai kesal dan terus memencet-mencet remote dengan jempolnya. Akhirnya TV itu mati dengan sendirinya. Tidak sampai di situ, TV itu kembali menyala dengan penampakan yang aneh. Ada wajah setengah hancur muncul di layar TV. Rival kaget setengah mati. Rival segera berlari menuju kamar dan menaiki beberapa tangga sebelum masuk ke kamar.

      "Itu tadi setan atau apa?" Rival bergidik ngeri. Suasana semakin mencekam. Ditambah lampu yang masih belum menyala.

    "Sial banget gue. Mana di rumah sendirian!" Rival melesat ke kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Rival memejamkan mata berusaha mengusir rasa takut. Napas Rival mulai sesak dan dia segera membuka mata. Alangkah terkejutnya Rival saat cowok itu melihat ada wajah setengah hancur di hadapannya. Spontan Rival menarik selimutnya ke atas dan segera berlari menuju lantai dasar.

     "Setan!" pekik Rival. Rival mulai menduga kalau itu adalah arwah Vega. Rival menjadi ingat ucapannya tadi siang saat di kampus. Ya, dia membicarakan soal Vega. Mungkin arwah Vega tidak senang kalau Rival membicarakannya dan hantu Vega terus mengikuti Rival.

   "Ampun ... ampun," rengkek Rival.

Hantu Vega menampakan wajah seram dan terus berjalan menuju ke arah Rival.

   "Gue minta maaf," kata Rival.

"Pembunuh! Pembunuh!" Hantu Vega berucap seperti itu membuat Rival keheranan.

   "Maksud lo apa?" Rival semakin takut dan hantu Vega semakin dekat hanya tinggal beberapa langkah saja.

"Pembunuh! Pembunuh! Harus mati!"

Rival sudah tidak tahan dan semakin ketakutan. Akhirnya, Rival jatuh pingsan dan hantu Vega langsung menghilang begitu saja.

     ***

Rival masih teringat kejadian tadi malam saat Vega menghantuinya. Rival sendiri bingung kenapa Vega terus-terusan menghantui Rival, padahal Rival  tidak ada kaitannya dengan kematian Vega. Atau jangan-jangan Vega masih dendam karena dulu Rival suka ribut dengan Vega. Entahlah.

  Saat Imron lewat, Rival menghadang Imron yang akan duduk di kursi.

   "Apa lagi?" Imron mengernyit.

  "Tadi malem, Vega hantuin gue."

Imron kaget dengan ucapan Rival. Kenapa Rival yang dihantui oleh Vega, kenapa bukan Imron? Bukankah dia penyebab kematian Vega. Imron berusaha bersikap tenang. "Lo banyak salah sama dia!" Hanya itu yang diucapkan Imron dan mendorong tubuh Rival yang menghalangi jalannya.

   "Gue serius, Ron." Rival menghampiri tempat duduk Imron.

   "Terus gue harus gimana? Bilang wow?"

"Bilang sama Vega jangan gangguin gue dan gue minta maaf."

  "Gue nggak bisa ngomong sama dia. Gue bukan indigo!"

Untuk mengalihkan pembicaraan, Imron mengeluarkan ponsel dari tas dan seolah-olah asyik dengan ponselnya. Rival kesal dengan Imron yang tidak mengubris perkataannya. Rival mengebrak meja dan langsung menarik kerah Imron.

   "Lo apa-apaan, sih? Ngajak ribut, hah?"

"Gue kesel sama lo, dari tadi gue ngomong nggak lo perhatiin!"

"Bukan urusan lo!" Imron menepis cengkraman Rival.

Tidak kehabisan akal, Rival akan menonjok wajah Imron. Sayang, saat tangan Rival mengarah ke wajah Imron, lagi-lagi penampakan Vega muncul. Rival mengurungkan niatnya untuk memukul Imron. Cowok itu lantas kembali ke tempat duduknya.

       "Kenapa dia selalu muncul?" Rival masih heran.

Imron aneh melihat Rival yang tidak jadi menghajarnya.

    "Aneh banget," kata Imron, mengedikkan bahu.

***