webnovel

Sahabat semati

Imron dan Vega merupakan sahabat dari kecil. Mereka selalu mengungkapkan janji akan bersama-sama sehidup semati. Sampai suatu tragedi menimpa Vega dan Vega meninggal. Semenjak kejadian itu, Imron sering didatangi arwah Vega untuk mengajak Imron mati bersamanya. Jangan mengucap janji, kelak janji itu akan membawamu ke dalam kematian.

Winda_nurdiana · Horror
Not enough ratings
10 Chs

Kejadian aneh

  Malam tepat menunjukkan pukul 9 malam, Rival mengendarai sepeda motornya seusai dari pesta ulang tahun temannya. Dengan kecepatan rata-rata, Rival melajukan motornya. Sampai di persimpangan jalan ada sebuah pohon besar, Rival  tidak sengaja melihat penampakan Vega di pohon itu. Rival kaget bukan main. Cowok itu mengegas motornya lebih kencang. Sialnya, dari arah yang berlawanan ada sebuah motor yang juga melaju. Lalu, terjadilah sebuah kecelakaan kecil. Rival terjatuh dari motor, sedangkan motor yang ditabrak Rival entah ke mana. Padahal jelas, ada motor yang ditabrak oleh Rival. Rival mengedarkan pandangan. Nihil. Motor itu tidak ada. Rival kemudian bangun dan mengangkat motornya yang terjatuh dan kembali melajukan kendaraan. Rival masih bingung dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Semua tampak aneh. Apalagi ditambah penampakan Vega yang muncul tiba-tiba.

     "Kok aneh, ya?" tanya Rival.

Saat ingin berbelok ke arah rumah, Rival melihat kaca spion dan spontan jantung Rival seolah berdegup dengan kencang. Hantu Vega membonceng di belakang. Rival hanya bisa pasrah dan mencoba fokus mengendarai motor. Rival menelan ludah. Baginya, hari ini hari yang sial. Dengan muka sedikit takut, Rival memberanikan diri untuk melihat kaca spion. Penampakan hantu Vega sudah tidak ada lagi. Rival bisa bernapas lega. "Untung aja," gumamnya."

 

  Lima menit kemudian, Rival sampai rumah dan memarkirkan motor di garasinya. Setelah itu, Rival segera masuk rumah dan menuju kamarnya. Rasa merinding masih terasa di badan Rival. Takut kalau hantu Vega masih mengikutinya.

    "Kenapa Vega selalu hantuin gue, ya?" Rival masih bingung.

Satu lagi yang membuat Rival selalu heran. Setiap hantu Vega muncul, dia selalu berkata "pembunuh, pembunuh, harus mati" . Rival bingung siapa yang dimaksud Vega pembunuh. Tidak mungkin kalau pembunuh itu adalah diri Rival. Penyebab kematian Vega saja Rival tidak tahu kalau tidak diberitahu teman satu kelasnya.

    Rival duduk di atas kasur sambil menenangkan pikiran. Lagi-lagi, Rival dikejutkan dengan tulisan bercak merah di kaca denga tulisan "Pembunuh! Harus mati!

     Rival semakin ketakutan. Dari kemarin cowok itu di rumah sendiri karena orang tuanya sedang pergi ke luar kota dan pembantunya pulang kampung karena anaknya sakit.

      "Jangan ganggu gue! Plis," Rival memohon--berharap hantu Vega mendengar ketakutan Rival.

   Penampakan Vega terlihat jelas dihadapan Rival.

    "Aaaaaaaa tidak!" Rival pingsan, tidak sadarkan diri.

****

     Kegaduhan terlihat saat Rival menceritakan apa yang dialaminya tadi malam. Ya, dia menceritakan kejadian itu pada teman kelasnya. Mereka yang mendengar cerita Rival bergidik ngeri.

     "Ngeri, ya."

     "Takut."

    "Gentayangan."

Komentar-komentar itu keluar dari mulut teman sekelasnya. Semua mendengarkan cerita Rival, kecuali Imron. Cowok itu memilih mendengarkan musik dan mengabaikan keadaan sekitarnya.

Rival sebenarnya memperhatikan tingkah Imron yang berubah semenjak kematian Vega. Ya, wajar saja , Vega adalah sahabat karib Imron. Sangat wajar kalau Imron benar-benar merasa kehilangan.

    "Kenapa Rival dihantui Vega terus, ya?" Imron sebenarnya mendengar apa yang diceritakan Rival. Tetapi sengaja Imron pura-pura tidak mendengarnya.

    Bulu kuduk Imron merinding. Cowok itu mengusap tengkuknya pelan.

"Jangan-jangan, dia ada di sini."

Imron menoleh ke belakang, tidak ada apa-apa.

   "Syukurlah ."

Seusai bercerita, Rival menghampiri Imron.

   "Ngapain lo?" tanya Imron.

   "Gue selalu dihantuin temen lo itu."

  "Udah cuma mau ngomong itu aja?"

Rival mengangguk. "Iya. Harusnya lo yang dihantui dia. Lo, kan, sahabatnya."

Perkataan Rival memang ada benarnya. Imron terdiam, tidak menyahut.

   Merasa perkataannya tidak digubris oleh Imron, Rival memilih pergi.

  ***