Bukannya mencari perhatian atau bermaksud buruk, hanya saja melihat gadis yang tengah duduk tak jauh dari tempatnya berdiri membangunkan rasa simpati yang ada di hati Ark. Melihat seorang gadis menggunakan pakaian cukup tebal namun tetap merasa kedinginan membuat Ark merasa betapa malang nasib dari gadis tersebut.
Mendekatinya, Ark mencoba untuk memperlihatkan wajah seorang pemuda yang berhati bersih dan peduli akan sesama. Tapi untuk suatu alasan yang tak ia mengerti, mengapa gadis itu justru bergerak menjauh darinya di saat dirinya berjalan mendekatinya?
Meng-uhum-kan mulutnya, Ark bertanya dengan ramah, "Kau tampak kedinginan di luar sini, mengapa kau tidak pulang saja dan menghangatkan tubuhmu di depan perapian?"
Sayang sekali niat baik Ark sama sekali tidak digubris oleh gadis tersebut. Memalingkan wajahnya, gadis itu justru bangkit dan berlari menjauh darinya.
Setelah sekian lama detik berlalu, barulah Ark menghembuskan nafasnya secara perlahan keluar dari mulutnya.
Mencoba untuk menenangkan diri meski hatinya berkata, "Dasar cewek! Sudah diperhatikan dan dipedulikan malah kabur. Yah, memang benar kata kakek jika di dunia ini sangat langka orang yang mau menerima kebaikan orang lain dengan tulus."
Dari dalam toko pakaian itu sendiri keluar seorang lelaki bertubuh gemuk yang terlihat bagaikan bola karena pakaian tebal berlapis bagai kue lapis yang ia gunakan.
"Akhirnya anak itu pergi juga dari sini." Ucap lelaki bertubuh gemuk itu sembari menoleh ke arah di mana gadis tadi melarikan diri.
Ark yang mendengar komentar lelaki di depannya tanpa ragu langsung bertanya, "Paman, apa kau tahu siapa dia?"
Melihat Ark yang berdiri di luar bermodalkan celana pendek dan sepasang sandal, di dalam hatinya lelaki bertubuh gemuk itu berkata, "Ah, sekarang aku tahu mengapa gadis itu pergi dari depan tokoku."
"Aku tak tahu siapa dia dan aku juga tak tahu siapa kau. Jika kau tak ingin mati segeralah pulang." Ucap ketus sang pemilik toko sembari hendak menutup pintu tokonya kembali.
Tapi sebelum pintunya tertutup sempurna, Ark sudah menghalangi laju tertutupnya pintu menggunakan tangan kirinya.
"Oi, apa yang sedang kau lakukan nak? Aku tak memiliki waktu untuk berurusan denganmu." Ucap sang pemilik toko bertubuh gemuk yang sudah tak sabaran ingin segera menutup pintu tokonya dan melihat Ark pergi dari depan tokonya.
Mendapati pertanyaan dari sang pemilik toko, Ark dengan santai menjawab, "Kau bertanya apa yang sedang kulakukan? Tentu saja aku ingin masuk ke dalam."
Meski di dalam hatinya sang pemilik toko merasa kasihan dengan keadaan Ark yang berkulit pucat bahkan memiliki bekas memar di beberapa bagian kulit pucatnya, tak berbusana dan terlihat seperti orang gembel. Namun Winternity merupakan dunia yang keras dengan salju yang selalu turun setiap detiknya.
Meski saat ini jarang terlihat, namun situasi Ark tidak terlalu mengherankan bagi dirinya.
Mau bagaimanapun siapa yang akan tahu seperti apa kehidupan kita ke depannya.
Tanpa disadari telah terjadi kesalahpahaman di antara dua orang tersebut.
Sang pemilik toko mengira jika Ark hendak berteduh dari cuaca dingin dan menghangatkan tubuhnya, di lain pihak Ark juga bertingkah bingung mengapa sang pemilik toko menghalangi pintu masuknya. Jika dia tidak masuk bagaimana caranya Ark bisa memilih pakaian apa yang hendak ia beli?
"Maaf nak tapi aku juga memiliki bisnis dan aku tak bisa berbisnis jika kau menghalangi pintu tokoku."
Semakin heran dengan kalimat yang diucapkan sang pemilik toko, Ark langsung menjawab ucapannya dengan sebuah kalimat tanya, "Paman, kaulah yang menghalangiku untuk masuk. Jika aku tidak masuk bagaimana caranya aku bisa memilih pakaian untuk kubeli?"
"…"
Terdiam beberapa saat, sang pemilik toko pakaian itu akhirnya bereaksi setelah mendengar perkataan yang baru saja terlontar keluar dari mulut pemuda bertubuh pucat yang ada di hadapannya.
"Kau ingin membeli pakaian di tokoku?" tanya sang pemilik toko itu kembali untuk mengkonfirmasi apa yang baru saja didengar oleh kedua telinganya.
Menggelengkan kepalanya, Ark menjawab, "Paman, kau masih muda namun sudah budek. Aku turut prihatin kepadamu. Tapi tenang saja, Paman. Aku akan membeli beberapa set pakaianmu dan kau bisa menggunakan uangku untuk berobat ke klinik terdekat."
Memperlihatkan ekspresi marah, sang pemilik toko berkata, "Hei, kau menghinaku?!"
Kembali menggelengkan kepalanya, Ark tak ingin menjawab dan beradu kata dengan sang pemilik toko yang menurutnya tak hanya budek tapi juga mengalami gangguan dalam memahami kalimatnya.
"Padahal aku sudah berbaik hati membantunya agar mendapat biaya pengobatan untuk menghilangkan penyakit budek-nya itu, namun dia justru malah. Memang benar kata kakek, niat baik kita terkadang disalah-artikan oleh orang yang hendak kita bantu."
Karena lengah sesaat, sang pemilik toko mengendurkan tekanan pada pintu masuk tokonya dan memberikan jalan kepada Ark untuk bisa masuk dan menikmati hangatnya udara di dalam toko kecil miliknya.
Hendak marah, namun melihat kondisi pemuda itu yang sangat patut untuk dikasihani, sang pemilik toko langsung menenangkan hatinya dan kembali berjaga di meja kasir. Tentu saja matanya selalu terfokus untuk melihat apa yang tengah dilakukan oleh anak bertubuh pucat itu di dalam tokonya.
Baru beberapa saat dirinya mengizinkan pemuda itu masuk, pemuda itu kini sudah tiba di hadapannya dengan berbagai macam pakaian berset termasuk baju, celana, kaos kaki, topi serta sepatu.
"Oi, mau apa kau dengan semua pakaian itu?!" tanya sang pemilik toko kembali sambil menatap Ark dengan sangat beringas.
Namun bagaikan tak menyadari jika sang pemilik toko tengah murka kepadanya, Ark menjawab pelan, "Bukankah tadi sudah kubilang? Aku ingin membeli beberapa pakaian."
Mengepalkan tinju di balik meja konter yang menutupi tubuh bagian bawahnya, sang pemilik toko bertubuh gemuk itu langsung berkata, "Kau bilang kau ingin membeli semua pakaian ini?! biar kuberitahukan padamu nak, semua pakaian ini merupakan pakaian terbaik dari tokoku. Semua barang yang baru saja kau bawa memiliki total harga lima puluh keping perak!"
Seakan ingin menekan harganya kepada Ark, sang pemilik toko kembali menggemakan suaranya dengan tekanan nada yang cukup tinggi, "Lima … Puluh … Keping … Perak!"
Mengangguk paham, dengan santai Ark menjawab, "Bagaimana dengan selimut putih itu?"
"Selimut putih yang baru saja kau tunjuk terbuat dari bulu beruang kutub kualitas terbaik di kota ini. harganya mencapai dua puluh lima perak per selimut." Jawab sang pemilik toko yang tak tahan lagi ingin memarahi dan membentak pemuda bertubuh pucat yang ada di hadapannya.
Hanya saja amarahnya hilang seketika disambut oleh perasaan bingung dan terkejut ketika dengan santainya Ark berkata, "Kalau begitu tambah selimut itu satu. Ini satu keping emas, jangan lupa kembaliannya dua puluh lima perak."
Cling!
Melemparkan koin emasnya ke meja kasir, sang pemilik toko cuma bisa terdiam bengong sambil memperhatikan koin emas yang tengah menggelinding manja di atas meja kasirnya.
…
Lima menit kemudian …
Tidak seperti sebelumnya, Ark dengan gagahnya keluar dari dalam toko pakaian tadi sembari mengenakan pakaian tebal berbahan wol. Di sisi kiri dan kanan tangannya terdapat tas khusus untuk menyimpan semua barang belanjaannya.
"Salju turun semakin lebat dan angin bertiup semakin kencang. Apa gadis itu baik-baik saja ya?" pikir Ark yang mengingat kembali kejadian beberapa saat yang lalu.
Berjalan pergi dari tempat itu, Ark sama sekali tidak mendengar suara lembut dari seorang pria bertubuh gemuk yang keluar dari balik pintu toko pakaian yang baru saja ia datangi.
"Hati-hati ya, lain kali datang lagi. Toko kami selalu siap melayani Anda." Ucap sang pemilik toko dengan wajah sumringah sambil melambaikan tangannya ke udara
Jika kalian berpikir cerita ini hanya berfokus serius maka kalian kena prank hehehe ... ini adalah cerita yang memadukan keseriusan dan juga komedi.