webnovel

Di mana Ratu Mayang?

Hari ini adalah hari pelantikan Kevin dan istrinya untuk menjadi raja dan ratu, segala persiapan di istana juga sudah mulai dilakukan dari mulai diundangnya beberapa tamu penting petinggi kerajaan dan juga tamu dari luar kota. Semua pelayan di istana begitu sibuk menyiapkan hari bahagia tersebut, akan tetapi itu tidak berlaku untuk Princess Leonor yang lebih memilih pergi ke tempat di mana orang tuanya kecelakaan dan berharap bisa segera menemukan ibunya.

"Saya akan menemani Princess, saya tidak mungkin membiarkan Princess ke sana sendirian takutnya nanti kalau terjadi sesuatu yaang tidak diinginkan," ujar si mbok.

"Mbok, lebih baik tetap di sini dan membantu persiapan untuk pelantikan mereka. Saya bisa ke sana sendirian atau ditemani sama pengawal," tolak Leonor.

"Sudah ada pelayan lain yang menyiapkan segala sesuatunya di sini jadi saya tidak diperlukan lagi, sebentar ya saya panggil pengawal dulu untuk menyiapkan mobil agar kita segera berangkat ke sana," pamit si mbok.

Leonor benar-benar merasa beruntung karena disaat-saat seperti ini, hanya ada si mbok yang mau menemaninya ke mana-mana bahkan hanya wanita tua itulah yang selalu menjaganya, bahkan hingga dirinya sudah beranjak remaja dia tetap memberikan kasih sayang kepadanya sama seperti waktu masih kecil.

Kevin dan sang istri ini sudah berada di dalam sebuah ruangan khusus, di mana ada banyak pelayan yang sedang membantu mereka dalam memakai pakaian khas raja dan ratu. Tentunya pakaian yang mereka kenakan bukan pakaian sembarangan, berlapiskan emas dan juga berlian di dalamnya membuat siapa saja yang memakainya merasa begitu spesial dan mewah.

"Mau pergi ke mana kalian?" tanya Kevin melihat Leonor belum dandan sama sekali.

"Kami mau keluar sebentar," jawab Leonor.

"Apa kalian tidak mau mengikuti acara pelantikan kami?" tanya Kevin sembari bersidekap di depan dada.

"Tidak, aku harus mencari jasad ibuku yang belum ditemukan. Semoga acara pelantikannya berjalan dengan lancar," pamit Leonor berjalan lebih dulu diikuti si mbok di belakangnya.

"Sialan! Dia seperti tidak menghargaiku di sini?" geram Kevin.

Walaupun tanpa kehadiran Princess Leonor acara pelantikan tetap berlangsung, walaupun banyak sekali petinggi kerajaan dan tamu-tamu yang menanyakan keberadaannya, Kevin hanya bisa mengatakan bahwa anak perempuan itu saat ini sedang tidak sehat jadinya tidak bisa mengikuti pelantikan.

"Karena kita sudah dilantik menjadi raja dan ratu secara sah, besok kita akan melakukan perubahan besar-besaran di kerajaan ini," ujar Kevin membuat istrinya menolehkan kepalanya.

"Perubahan seperti apa?" tanyanya.

"Ya perubahan mulai dari tatanan dan segala macamnya semuanya harus yang baru dan fresh, jadi nuansa dari kepemimpinan sebelumnya tidak terasa lagi di kerajaan ini, pokoknya saya mau semuanya di rubah," ujar sang suami.

"Apa kamu tidak memerlukan izin dari Princess Leonor untuk melakukan perubahan?" tanya sang istri.

"Buat apa? Kita sudah tidak memerlukan izin dari siapapun untuk melakukan apa yang kita mau di kerajaan ini, karena kita adalah raja dan ratunya sedangkan Princess hanyalah seorang anak perempuan yang belum bisa apa-apa," jelas sang suami membuat Anjani mengangguk paham.

Begitu Leonor sudah sampai di lokasi tempat di mana orang tuanya kecelakaan, seketika dahinya mengkerut melihat tidak ada satupun petugas yang sebelumnya diperintahkan untuk mencari jasad ibunya. Padahal tugas mereka belum selesai tapi kenapa di lokasi kejadian begitu sepi, kira-kira seperti itulah yang dipikirkannya.

"Mbok? Apa mereka sudah tidak mau lagi mencari jasad ibuku? Kenapa mereka tidak melanjutkan pencariannya?" tanya Leonor.

"Saya juga tidak tahu, padahal seharusnya mereka masih terus mencari sampai ditemukan jasadnya. Nanti begitu kita sudah kembali ke istana, Princess bisa langsung menanyakannya kepada tuan Kevin," ujar si mbok.

"Kasian ibuku dia pasti kedinginan di bawah sana, tapi aku tidak bisa melakukan apapun untuk mencarinya," keluh Leonor yang ingin sekali ikut terjun ke bawah.

"Kenapa ya sampai sekarang belum ditemukan, juga? Apa sesusah itu?" heran si mbok yang satu pemikiran dengan Leonor.

Sudah berjam-jam lamanya Leonor merenung di tepi jurang, dikarenakan cuaca sedang tidak mendukung akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke istana secepatnya. Di sepanjang perjalanan Leonor tak mengatakan sepatah kata pun, karena pikirannya penuh dengan ibunya yang sekarang tak tau ada di mana. Air matanya tiba-tiba menetes dan tak terbendung kan lagi, membuat si mbok yang melihatnya langsung merangkul anak perempuan cantik tersebut.

"Ssttttt, jangan menangis Princess semoga ratu segera ditemukan dalam keadaan apapun itu dan kita harus mengikhlaskannya." Si mbok mendekap Leonor yang menangis sesenggukan, namun enggan untuk menunjukannya secara terang-terangan.

"Hiks...hika...aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, kenapa orang tuaku tega meninggalkan aku sendiri di sini? Kenapa mereka tidak mengajak aku sekalian?" Isak tangis Leonor.

"Princess, kamu tidak boleh berbicara seperti itu karena semua yang terjadi di dunia ini sudah menjadi takdir dari sang maha pencipta, jadi kita tidak boleh berburuk sangka kepada-Nya dan kita harus bisa menerima kenyataan walaupun kenyataan tersebut sangat pahit untuk kita jalani," nasihat si mbok sembari mengelus kepala Princess dengan sayang.

Leonor buru-buru mengelap air matanya dan merapikan kembali rambutnya yang sedikit berantakan, begitu sadar mereka sudah sampai di pekarangan istana. Ketika ke duanya memasuki istana rupanya acara pelantikan sudah selesai, hal itu menandakan bahwa mereka sudah cukup lama keluar dari istana.

"Aku pikir kalian tidak akan kembali lagi ke istana ini?" sindir Kevin sembari menuruni tangga dengan memasukkan sebelah tangannya di saku.

"Kenapa, begitu?" heran Leonor.

"Kamu pergi sudah cukup lama, jadi wajar kalau paman berpikir kamu tidak kembali lagi ke istana. Yeahh siapa tahu saja kamu mau menyusul orang tua kamu ke surga?" sindir Kevin semakin membuat Leonor merasa bingung.

"Aku tidak mengerti apa maksud paman mengatakan seperti itu? Tapi ya sudahlah tidak apa-apa, aku ingin pergi ke kamar sekarang," pamit Leonor berlalu begitu saja tanpa memperdulikan sang paman yang terus menatap ke arahnya.

"Dasar anak kurang ajar! Bisa-bisanya Felix mendidik anak satu-satunya untuk bersikap tidak sopan kepadaku?" geramnya.

Leonor mengunci dirinya di dalam kamar dan tidak ingin bertemu dengan siapapun di luar sana, ia merasa suasana di istana ini benar-benar sudah tidak nyaman lagi untuknya. Terlebih setelah paman dan bibinya ikut tinggal di istana ini, semakin membuatnya tidak betah dan merasa seperti selalu diintimidasi.

Membuka tirai jendela dan menatap indahnya langit malam beserta bintang yang selalu menemani, membuatnya merasa iri karena tidak ada lagi yang menemaninya di dunia ini.

"Ayah? Ibu? Aku rindu pelukan kalian, aku merindukan semua yang aku lakukan bersama kalian. Apa kalau aku jatuh dari lantai dua aku bisa ikut dengan kalian?"