Mamih Nadia sudah berhenti memukuli Bima. Bukan karena dia kasihan kepada Bima, tapi itu semua karena memang dia juga sudah merasa lelah sendiri. Mamih Nadia tidak habis fikir, anaknya akan setega itu kepada perempuan, membiarkan seorang perempuan berdiri sedangkan dirinya duduk dengan tenang dan santai.
Mamih Nadia menunjukan matanya yang sinis ke arah Bima. Dia masih sangat marah kepada anaknya itu. Lalu setelah itu, Mamih Nadia mendekati Kania. Berbeda dengan sikapnya kepada Bima, Mamih Nadia justru sangat lembut kepada Kania. Dia tersenyum begitu manisnya kepada Kania.
"Sayang, kamu kenapa terus berdiri saja seperti itu? Harusnya tadi kamu ikut duduk saja dengan Bima saat Bima duduk. Bima juga, dia keterlaluan banget. Kamu pasti pegal ya, Nak?" ucap Mamih Nadia.
"Tidak kok, Mih. Kania baik-baik saja. Hehe ..." sahut Kania gugup bercampur rasa takut.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com