webnovel

Pernikahan Kontrak Tuan Muda

"Menikahlah denganku maka ku bebaskan semua hutang-hutang orang tuamu! kau tidak perlu takut, pernikahan ini hanya sementara, sebut saja pernikahan kontrak." Diva, gadis yang baru saja pulang dari study di luar negeri di kejutkan akan permintaan orang asing itu, terlebih saat dirinya menatap wajah orang tuanya yang nampak tak berdaya. "Me-menikah?" Gadis itu terdiam beberapa saat, dia sangat-sangat tidak ingin namun melihat ketidakberdayaan orang tuanya membuatnya mau tak mau harus menerima itu semua. "Kontrak pernikahan selama dua tahun, setelahnya kau ku bebaskan. Ekonomi keluargamu kembali normal dan kau akan ku ceraikan!" "Ce-cerai?" "Ya. Gampang bukan?" Lelaki itu melempar surat perjanjian di atas meja. "Cepat tanda tangani dan besok kita akan menikah!" Dengan wajah angkuhnya dia melenggang dari hadapan semua orang. "Urus mereka!"

Nabila_Putrii · สมัยใหม่
Not enough ratings
401 Chs

Kabar Buruk

Setelah lama tak mendapat kabar dari keluarganya membuat Diva ingin segera pulang ke Indonesia. Hari ini dia akan kembali ke negara asalnya negara yang sudah empat tahun lebih dia tinggalkan.

"Diva, kau sudah bersiap? pesawat sebentar lagi akan landing!" Jessica menghampirinya, dengan koper besar di tangannya.

"Ayo." Kedua gadis itu saling menggenggam tangan menaiki taksi untuk sampai ke bandara.

Setelah mengurus segalanya, akhirnya kedua gadis itu bisa duduk dengan tenang di pesawat, Diva memejamkan matanya dia merasa senang juga sedih, dia merasa ada hal buruk yang tengah terjadi tanpa sepengetahuan darinya.

"Diva, are you okay?"

"Hm, I am okay." Diva memberi senyum tipis pada Jessica, tanpa sadar matanya yang terpejam membuatnya hanyut ke alam mimpi.

Lima jam perjalanan pesawat, akhirnya Diva juga Jessica sampai di negara mereka, negara tempat mereka lahir negara Indonesia.

"INDONESIA I AM COMING!" Teriak Diva dan Jessica berbarengan. Kedua gadis itu sangat bahagia mereka tak perduli dengan orang di sekitarnya.

"Jessica, ayo aku harus segera pulang. Aku sudah sangat merindukan keluargaku!" balas Diva, Jessica mengangguk namun mereka akan pisah sampai di sini.

Karena jalan rumah mereka yang tak searah membuat keduanya menaiki taksi yang berbeda. "Aku akan menghubungimu nanti, Jess. See you!" ucap Diva, dia yang sudah menaiki taksi melambai pada sahabatnya.

"Aku akan menunggunya, Div." Jessica ikut melambai dengan senyuman ke arah temannya.

Diva menyenderkan tubuhnya yang terasa pegal dia mulai menyebutkan alamat rumahnya pada sopir taksi itu.

"Sudah sampai nona." Diva lantas terbangun dan memberikan beberapa lembar uang pada sang sopir dia lantas turun dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Senyum itu luntur begitu saja saat dirinya melihat tulisan besar yang tertempel di pagar rumahnya.

RUMAH DI SITA!

Diva menutup mulutnya ketika membaca tulisan itu dia lantas berlari saat mendengar suara ribut dari dalam.

"Jangan! tolong jangan usir kami!" Diva dengan jelas melihat kedua orang tuanya di seret keluar juga kedua adiknya, barang-barang mereka di lempar begitu saja.

"STOP, APA YANG KALIAN LAKUKAN!" Diva berlari lantas memeluk tubuh mamanya, juga adik perempuannya.

"Di-diva, kau ada di sini nak?" ucap Regan, papa Diva.

"Apa yang terjadi, pa? kenapa mereka mengusir kalian dan apa maksud tulisan di luar? rumah ini di sita?" tanya Diva beruntun dia sungguh terkejut melihat semuanya, sebenarnya apa yang sudah terjadi pada keluarganya.

"Kau siapa?" Seorang lelaki dengan setelan jasnya juga kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya menatap tajam pada Diva.

Diva bangkit menatap tak kalah nyalang pada lelaki itu. "Apa yang kau lakukan pada keluargaku! bagaimana bisa kau mengusir keluargaku di rumahku sendiri! kau tidak punya etika!" sentak Diva, dia merasa kesal, marah, dan tak terima keluarganya di berlakukan seperti itu.

"Siapa Anda, berani sekali berkata seperti itu pada saya!" balas lelaki itu datar.

"Tuan biar saya yang---" ucapan lelaki di belakangnya terhenti saat Kenzo mengangkat tangan menyuruhnya diam.

"Oh, kau tidak mengenaliku. Perkenalan saya Diva, putri dari kedua orang tua yang baru saja anda usir dengan cara tidak hormat. Di rumahnya sendiri!"

"Oh, kau putri dari kedua orang itu. Kau tahu? jika kedua orang tuamu itu punya hutang besar pada perusahaan saya, dan di surat perjanjian jika dia tidak bisa membayar hutang itu maka rumah ini akan saya sita! dan ini sudah jatuh tempo, tapi keluargamu masih tetap tidak ingin keluar dari rumah ini, jadi dengan tepaksa saya mengusir keluargamu dengan cara tidak hormat, paham."

"Hu-hutang? hutang apa?"

"Penting buat saya jawab, lebih baik Anda bawa seluruh keluarga Anda pergi dari rumah ini sekarang juga!"

"... Dan ya saya lupa, kau harus melunasi sisa dari hutang-hutang ayahmu sebesar Lima milyar!" Sambungnya, membuat mata Diva membulat.

"A-apa? lima milyar?" Dari mana dia bisa mendapat uang sebanyak itu.

"Saya kasih Anda waktu sampai besok, jika Anda tidak mampu. Maka siap-siap ayah Anda akan saya laporkan ke polisi dengan tuduhan Penipuan!" Setelah mengatakan itu semua mereka semua berlalu pergi dari sana.

Diva masih terdiam menatap kosong ke arah lantai, apa yang telah terjadi kenapa dia bisa melewatkan semua ini.

"Pa, ma. Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa bisa jadi seperti ini?" tanya Diva binggung, orang tuanya hanya diam dengan wajah sedihnya.

"Kak, perusahaan papa bangkrut. Papa tertipu oleh temannya sendiri yang membuat papa mempunyai hutang besar pada perusahaan orang tadi."

"Penipuan? hutang? semua kejadian besar itu tapi kalian tidak sama sekali menghubungi aku? kalian anggap aku apa di sini? apa Diva bukan anggota dari keluarga ini?" Diva menatap kecewa ke arah keluarganya.

"Sayang bukan seperti itu, kami hanya tidak ingin membebanimu. Kami tahu kamu sedang sibuk dengan kelulusanmu!" balas mama Diva lirih.

"Tapi bukan berarti Diva nggak perduli sama kalian semua! sesibuk apapun Diva, kalian tetap nomer satu buat Diva!" ucap Diva kecewa.

"Sayang, maafin papa." Regan memeluk tubuh anaknya erat, sebagai ayah dia merasa gagal dalam menjaga keluarganya.

"Ini bukan salah papa. Kita bisa selesaikan masalah ini baik-baik! kalian pasti capek bukan, mati kita istirahat kita akan pindah besok!"

****

Lagi dan lagi Kenzo menggeleng melihat kesekian kalinya wanita yang di bawa Moreo untuk menjadi istri kontraknya.

"Pilihan lo nggak ada yang bagus, Mor. Lo mau cariin gue istri apa jalang!" sinis Kenzo, di lihat dari penampilannya tentu saja dengan tegas keluarganya akan menolaknya.

"Terus lo mau cari cewek yang gimana, setan! gue capek nyari cewek yang pas buat lo!" kesal Moreo, sudah banyak wanita yang dia carikan untuk Kenzo namun tetap saja lelaki itu menolaknya dengan alasan keluarganya pasti tidak akan setuju.

"Gue ada satu cewek, tapi gue gak tau dia mau apa enggak! dia anak dari Regan orang yang punya hutang besar di perusahaan." Kenzo tersenyum tipis mengingat wajah gadis yang tadi dia temui.

"Masalah itu gampang, Ken. Kenapa lo nggak bilang dari tadi, gue bisa atur semuanya!" balas Moreo dengan senang.

"Besok kita temuin mereka lagi, gue akan ikut. Gue yang akan buat gadis itu bisa terima tawaran lo!"

Kenzo mengangguk mulai menyesap minuman di depannya, dia tersenyum senang akhirnya sebentar lagi dia akan menjadi pemilik resmi perusahaan ini.

"Mor, lo harus pastikan kalau cewek itu mau terima tawaran gue. Dari yang gue lihat dia sesuai dengan apa yang mama gue inginkan. Gadis yang baik dan sopan!"

"Gue pastikan kalau dia bakal terima tawaran kita! pasti akan dia lakukan demi keluarganya, gue akan urus surat perjanjiannya dulu!" balas Moreo lantas pergi dari hadapan Kenzo.