1 Pewaris

Kenzo Xavier Alexander putra tunggal keluarga Alexander yang artinya dialah pewaris satu-satunya di keluarga besar itu.

Keluarga Alexander yang merupakan keluarga terkaya nomer satu di dunia ini, perusahaannya yang bercabang di mana-mana.

"Kenzo, kamu akan mulai bekerja di perusahaan namun sebagai karyawan biasa, jika nanti kamu sudah mempunyai istri maka papa akan memberikan sepenuhnya perusahaan itu ke tangan kamu." Caesar menatap tajam ke arah putranya.

Papa dari Kenzo itu memang sangat tegas, dia selalu memberikan didikan yang keras kepada Kenzo sejak dia kecil karena Kenzo putra satu-satunya yang akan mewarisi seluruh kekayaannya.

"Istri? kenapa harus istri pa? Kenzo masih ingin melajang." Tolak lelaki itu mentah-mentah, dia sangat anti dengan perempuan di umurnya yang sudah 25 tahun ini, Kenzo sama sekali belum pernah berhubungan dengan wanita.

"Itu persyaratan dari papa yang harus kamu penuhi, kamu akan menjadi Ceo menjadi pimpinan pengganti dari papa tentu saja kamu harus memiliki wanita yang akan membantumu, dan mendukungmu di segala hal. Lagian sudah sewajarnya di umurmu yang sekarang kamu sudah menikah, Kenzo!"

"Tapi, pa."

Caesar bangkit dari duduknya menatap kilas ke arah putranya, dia menepuk dua kali bahu Kenzo. "Papa yakin kamu bisa memenuhi persyaratan dari papa." Setelah itu Caesar pergi dari ruangan itu meninggalkan Kenzo yang tengah merenung akan ucapan papanya barusan.

Menikah? dengan siapa aku akan menikah.

Kenzo mengusap gusar wajahnya lantas beranjak dari tempat itu, dia akan pergi ke tempat yang bisa membuat dirinya tenang.

****

Di sebuah tempat dengan lampu kelap-kelip dengan suara yang memekakkan telinga, banyaknya orang yang tengah berjoget di tengah-tengah lautan manusia.

Kenzo berjalan ke arah tempat yang biasa dia duduki, di sana sudah ramai dengan teman-temannya. "Woi, akhirnya yang di tunggu datang juga!" Seorang pria memeluk singkat bahu Kenzo.

"Kasih gue minum dua botol!" ucap lelaki itu lantas duduk dengan bersandar pada sofa memejamkan matanya memijat singkat keningnya yang terasa pening.

"Kenapa lo, Ken? lagi ada masalah?" Moreo, yang termasuk teman Kenzo pemilik diskotik ini.

"Pusing gue!" Kenzo mulai meneguk air yang berada pada gelas kecil itu, rasa pahit mulai mengalir di tenggorokannya membuat matanya terpejam singkat merasakan minuman itu.

"Kenapa?" Lima gelas sudah di teguk olehnya, dia meletakkan gelas itu sedikit kasar.

"Bokap gue bakal ngasih jabatan CEO kalau gue udah nikah!" balas Kenzo dengan suara kesal.

"Nikah? gampang lah, lo tinggal nikah dan dapat seluruh harta kekayaan keluarga lo, apanya yang susah?" balas Morea santai.

"Masalahnya gue gak punya cewek yang bisa gue nikahi, lo kan tahu kalau gue gak pernah deket sama perempuan mana pun!" kesal Kenzo.

"Lo ada duit kan? semuanya akan mudah kalau lo punya duit!" Moreo tersenyum tipis menanggapinya.

"Maksud lo?"

"Sewa aja cewek buat lo nikahi, pernikahan kontrak. Lo bisa ceraiin dia kapan aja, dengan surat perjanjian itu dengan perjanjian lo bakal kasih duit atau apa sama tuh cewek."

"Nikah kontrak? yang bener aja lo!" Kenzo terkekeh mendengarnya, merasa asing dengan itu semua. Dia kembali meneguk minuman ketujuhnya.

"Emang kenapa? ada yang salah? bisa ajalah lo cari cewek manapun yang lo mau. Dengan perjanjian uang yang akan lo kasih pada tuh cewek, lagian cewek mana yang nggak mau nikah sama orang kaya kayak lo!" balas Moreo.

"Masalahnya gue cari di mana!" kesal Kenzo. Moreo tersenyum tipis mendengarnya dia merangkul kilas bahu Kenzo.

"Percaya lo sama gue? gue yang akan cariin cewek yang pas buat lo! dan gue yakin lo suka."

"Atur aja deh, berapa pun uang bakal gue keluarin buat pernikahan kontrak itu!" Kenzo yang mulai malas menanggapinya memilih kembali meneguk minuman di gelas bening itu.

****

Diva Revalina Anderson putri pertama dari keluarga Anderson, gadis cantik yang saat ini tengah mengenyam pendidikan di luar negri, gadis cantik yang tengah mengejar mimpinya sebagai dokter spesialis bedah.

Empat tahun Diva menghabiskan hidupnya di negara tetangga hanya untuk mengejar gelar dokter bedah di sana.

Diva merupakan mahasiswi yang cantik dan berprestasi, meskipun dia dari keluarga kaya namun Diva dapat kuliah di luar negri dengan beasiswa.

"Diva, besok kamu akan pulang ke Indonesia?" Seorang temannya yang bernama Jessica menghampirinya.

"Tidak besok, setelah kita wisuda. Keluargaku pasti datang besok, kita akan wisuda dengan gelar dokter spesialis bedah. Perjuangan kita selama lima tahun ini tidak akan sia-sia! aku ingin membuat keluargaku bangga!"

"Ya, kau sudah menghubungi keluargamu?"

"Sudah, tapi entah kenapa dari tadi tidak tersambung. Mungkin mereka tengah sibuk jika tidak salah hari ini hari kelulusan adikku."

"Siapa?"

"Megan, adik keduaku dia sudah duduk di kelas XII dan hari ini hari kelulusannya. Dia akan segera menjadi mahasiswa sepertiku!" ucap Diva dengan senyum manis di bibirnya.

"Oh, ya? bukankah adikmu ada dua Diva?"

"Ya, satunya dia masih smp. Gadis cantik satu itu sering kali membuatku ingin segera pulang, jika nanti aku pulang aku janji akan mengajaknya jalan-jalan!" Diva sangat antusias menceritakan adik-adiknya pada temannya.

Diva memang seorang kakak yang baik, dia sangat pengertian pada kedua adik-adiknya terlebih adiknya yang kecil.

"Kita akan berpisah, Diva? kau akan membangun rumah sakitmu di Indonesia?" tanya Jessica sedih, dia juga termasuk warga Indonesia hanya saja Jessica berasal dari keluarga tidak mampu.

"Kita tetap akan sama-sama, Jess. Jika nanti aku pulang, papaku berjanji akan membangunkan aku rumah sakit di Indonesia dan kita berdua akan mengolah rumah sakit itu dengan baik, kita akan menunjukkan hasil belajar kita selama ini dengan membantu menyembuhkan banyaknya nyawa yang bisa kita tolong."

"Kau serius, Div?"

"Ya, kau teman yang baik selama di sini. Maka aku tidak akan meninggalkanmu sendiri! kita akan sukses bersama-sama!"

"Thanks, my friend."

****

Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, Diva dengan yang lain tengah menunggu giliran mereka di panggil. Hari ini hari kelulusan mereka, satu persatu teman seperjuangan Diva sudah di panggil ke atas panggung, Diva dan yang lain tengah menunggu nama mereka di panggil.

"Diva Revalina Anderson! mahasiswi cerdas yang mendapat nilai terbaik di angkatan ini!" Semua orang memberi tepuk tangan saat mendengar nama Diva di panggil.

Di pasangkannya kalung dengan medali emas itu di leher Diva, juga piagam penghargaan di tangannya.

Dia mendapat medali juga piagam penghargaan atas kemenangannya untuk nilai terbaik di atas teman-temannya, dia menunjukkan jika dia dari negara Indonesia mampu memberi nilai yang puas di kampus negara tetangga.

"Congratulations, Diva." Dosen Diva memberi pelukan pada gadis itu, mata Diva memanas dia tak menyangka jika dia akan mendapat itu semua, mendapat gelar dokter spesialis bedah saja sudah membuat dirinya senang terlebih saat ini dia mendapat gelar kelulusan sebagai mahasiswi terbaik di angkatannya.

"Thank you so much." Air mata Diva meleleh begitu saja, dia bahagia namun juga sedih saat keluarganya tidak ada yang datang di hari kelulusannya.

avataravatar
Next chapter