Kenzo terus menempel pada Diva, memeluknya erat tak membiarkan istrinya lepas dari dekapannya.
"Aku mau ke kamar mandi, lepasin!" Meskipun Diva sudah memaafkannya tetap saja, Diva masih bersikap dingin kepadanya.
"Bohong! kamu mau ninggalin aku lagi kan, nggak mau! aku nggak mau kamu tinggal lagi. Aku minta maaf, yang!"
Diva memutar bola matanya malas, kenapa Kenzo menjadi seperti anak kecil sekarang. Hal itu membuat Diva jengah, dia masih kesal namun tak tega jika akan kembali memberikan hukuman kepadanya.
"Aku mau buang air kecil, lepasin! kamu mau aku ngompol di sini. Jangan nyebelin deh jadi orang!" cetus Diva.
Kenzo menatapnya dengan sorot mata terluka, kedua mata suaminya kembali berkaca-kaca, sungguh Diva sangat geram melihatnya, entah kenapa Kenzo menjadi cengeng seperti ini.
"Gak usah nangis, masa gitu aja nangis! cengeng banget jadi orang." Diva menghela nafas panjang, suaminya benar-benar.
Entah ketempelan jin apa di dalam tubuhnya yang membuat Kenzo si singa galak itu menjadi kucing menggemaskan saat ini.
Sudah berapa kali lelaki itu menangis hanya karena hal sepele, jika Diva tak sedang dalam keadaan marah tentunya dia akan sangat gemas melihatnya dan meledek suami menyebabkannya itu.
Kenzo terdiam melihat kepergian Diva, benar. Istrinya hanya ke kamar mandi saja, namun rasanya dia sangat tak rela jika ditinggalkan Diva pergi.
Tring!
Kenzo mengusap air matanya kasar, lalu mengambil ponselnya yang terdapat ponsel dari Moreo, membuatnya berdehem singkat.
"Apa!" cetusnya, setelah panggilan terhubung.
"Dih, sensi amat kek perempuan. Gue cuma mau laporan aja kalau tugas gue selesai, hukuman sepatutnya udah dia terima. Terus? gimana keadaan istri lo, marah gak?"
"Gue di diemin dari tadi, gara-gara wanita sialan itu. Mor, gue gak tau harus gimana lagi supaya Diva maafin gue, gue gak bisa di diemin dia terus. Lo ada cara nggak? supaya Diva nggak marah lagi sama gue."
"Gampang, tinggal beliin apa aja yang dia mau. Cewek mah gampang bujuk-bujukannya!"
"Bangsat! istri gue gak kayak cewek-cewek sewaan lo. Dia gak akan luluh kalau cuma gue kasih barang!"
"Yaudah, diemin aja dulu besok juga dia bakal ngomong sama lo!"
"Gak bisa. Gue bisa gila kalau Diva diemin gue terus, apalagi sampai seharian belum tentu besok dia mau maafin gue!"
"Yaudah terima nasib aja, hahaha!" Moreo memutus panggilan terlpon begitu saja membuat Kenzo berdecak kesal.
"Moreo sialan!"
Ceklek
Diva keluar dari kamar mandi, dengan ekspresi datar seperti tadi hal itu membuat Kenzo mengeram frustrasi.
"Sayang, aku harus apa supaya kamu nggak diemin aku lagi!" rengek Kenzo kembali.
Diva tetap diam, dia memilih tidur dengan membelakangi tubuh Kenzo. Yang semakin membuat lelaki itu gila.
Cup
"Maafin aku!" Kenzo mengecup dahi Diva pelan, tangannya mengusap kepala istrinya sayang. Sebelum dia ikut merebahkan tubuhnya di samping Diva.
Memeluknya dari belakang dengan erat. "Kamu harus percaya sama aku, kalau sampai kapan pun cuma kamu yang aku cintai dan cuma kamu yang selalu ada di hatiku!" bisiknya lirih.
Diva hanya diam pura-pura tidur, namun dia tetap mendengarkan semua ucapan suaminya.
****
Tring!
Diva terbangun kala mendengar panggilan dari ponselnya, dengan mata yang masih berat untuk terbuka, Diva mengambil ponselnya.
Mengangkat dengan mata masih terpejam.
"Hal--"
"Dokter, keadaan Ara memburuk!" Diva langsung terbangun kala mendengar ucapan orang dari seberang.
"Baiklah, aku akan segera ke sana!" Putus Diva, segera beranjak dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi.
Merasakan gerakan pada ranjang membuat Kenzo terbangun. "Sayang kau akan kemana?" tanya Kenzo serak.
"Aku akan ke rumah sakit, keadaan Ara memburuk." Kenzo ikut bangun setelah mendengarnya.
"Ayo, aku antar!" Diva mengangguk. Menunggu Kenzo selesai mencuci mukanya, mereka berdua segera pergi ke rumah sakit.
Kenzo dapat melihat guratan cemas di wajah istrinya, begitu besar kasih sayang yang dimiliki istrinya kepada anak kecil itu.
"Semua akan baik-baik saja, kau tenanglah!" Kenzo mengusap tangan istrinya pelan.
"Aku takut!" ucap Diva serak, matanya berair. Dia takut jika terjadi sesuatu pada pasien kecilnya.
Kenzo semakin mempercepat laju mobilnya untuk segera sampai di sana. Tangannya terus menggenggam tangan Diva intuk sekedar memberikan ketenangan kepadanya.
Setelah mobil memasuki rumah sakit, mereka berdua segera berlari masuk untuk segera sampai ke ruangan Ara.
Melihat kedatangan Diva membuat mereka semua menyingkir, di sana sudah ada Dr. Famela dan beberapa suster yang akan membantu.
Saat Diva datang, Ara masih mengalami kejang meskipun sudah mendapat pertolongan dari Dr. Famela.
"Sayang, tenang. Dokter cantik akan lakuin yang terbaik buat Ara, Ara harus sembuh ya! Ara harus lawan penyakit Ara!" ucap Diva.
Sorot mata sendu di tujukan gadis itu kepada Diva, perlahan tubuhnya berangsur membaik. Ara sudah tak sepanik tadi, karena barusan Diva memberi suntikan kepadanya.
"Kamu pasti sembuh, Ara anak yang kuat!" bisik Diva, dia tak bisa menyembunyikan air matanya yang terjatuh begitu saja.
Jantungnya berpacu lebih cepat, dia terlihat sangat takut, takut jika pasien kecilnya kenapa-napa.
"Apa yang terjadi?" tanya Diva lirih.
Mencoba mengatur nafasnya yang memburu karena dia lari tadi.
"Ara demam, sedari tadi dia terus memangil-manggil namamu. Lalu dia kejang dan tadi, kau lihat sendiri bagaimana keadaannya."
"Kurasa, Ara butuh kau untuk selalu di sampingnya Diva." Diva terdiam, matanya menatap lekat ke arah pasien kecilnya yang tengah tertidur.
Karena pengaruh dari obat tidur yang tadi dia berikan, tangannya terulur untuk mengusap kepala gadis itu pelan.
"Aku akan selalu ada bersamanya, aku akan membantunya untuk sembuh dan aku akan selalu merawatnya!" ucap Diva sungguh-sungguh.
Dikecupnya dahi Ara tulus, sebelum dia berbisik. "Selamat tidur pasien kecilku, semoga kau mimpi indah!"
Diva keluar dari ruangannya, dia sampai lupa jika tadi dirinya bersama dengan Kenzo. "Dokter, bagaimana keadaan Putri saya?" tanya mama Ara.
"Keadaan Ara mulai stabil, kau tak perlu khawatir. Ara pasti akan baik-baik saja, dia pasti akan sembuh. Kau boleh menjenguknya!" ucap Diva mempersilahkan.
Kenzo tersenyum bangga melihatnya, menarik tubuh Diva ke dalam dekapannya. "Kau menyelamatkannya, kau memang dokter yang hebat, sayang!" puji Kenzo.
Diva tersenyum tipis, dia melepas pelukan mereka karena ini masih di luar. "Terimakasih, pulanglah aku akan tetap di sini." Kenzo menggeleng.
"Aku akan menemanimu, aku tak akan membiarkanmu sendirian." Kenzo menatapnya lekat.
"Sayang, jangan marah lagi. Maafin aku!" Menghela nafas panjang Diva pun menganggukkan kepalanya singkat.
"Ayo ikut ke ruanganku!"
Kenzo mengangguk mengikuti istrinya dari belakang, layaknya anak ayam yang mengikuti kemana pun induknya pergi.
Kebetulan, di ruangan Diva ada ruangan khusus yang di sediakan untuk tempat istirahatnya, ruangan kecil yang nyaman.
Layaknya kamar, tersedia tempat tidur juga di sana. "Istirahatlah aku akan menemui Dr. Famela terlebih dahulu."
Kenzo menggeleng, menggenggam erat tangan Diva. Mulai, sifat manjanya kambuh!
Menghela nafas panjang, Diva menatap suaminya lekat, tangannya mengusap kepala suaminya pelan.
"Sayang, istirahatlah besok kau akan bekerja bukan. Aku tak ingin melihatmu sakit, kau pasti lelah setelah seharian ini menangis!" Kenzo tersenyum namun cemberut di akhir.
Cup
"Tidurlah aku hanya keluar sebentar!" Mendapat ciuman dari istrinya membuat matanya berbinar.
"Baiklah, janji jangan lama. Cepatlah kembali!" ujar Kenzo.
Diva segera keluar dari ruangannya, dia segera masuk ke ruangan Dr. Famela yang dia pikir tidak ada siapa-siapa, karena Diva sudah terbiasa masuk ke ruangan Dr. Famela tanpa mengetok pintu.
Itu semua permintaan dari Dr. Famela sendiri, lagian di jam segini siapa yang akan bertamu ke ruangan Dr. Famela, pikirnya.
"Dok--" langkah Diva terhenti kala melihat ada tamu di sana, membuatnya merasa tak enak.
"Masuklah Diva, dia adalah papa dari Ara. Kau pasti belum bertemu dengannya." Diva hanya mengangguk, dia tidak melihat wajah pria itu karena dia membelakanginya.
"Tuan, ini Dr. Diva yang merawat Ara akhir-akhir ini!" Kenal Dr. Famela.
Diva tersenyum, namun sedetik kemudian setelah dia melihat siapa pria itu membuat jantung Diva berdegup lebih kencang.
"G-gibran!"
__________
Hayo Diva ketemu siapa!!!
Masih ingat dia siapa??
Mantan pacar Diva, yupsss!