webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
102 Chs

Tinggal Bersama

"Hmm.. Apa maumu? Sudah kau tanda tangani surat cerai kita?" Ryan meneguk lime-nya setelah berbicara.

"Apa? Mereka akan bercerai?" Kira sangat kaget mendengar kata-kata Ryna barusan.

"Hah, kau pikir segampang itu? Aku sudah peringatkan kau tadi malam, ini tidak akan mudah! Apa kau pikir aku akan membiarkanmu bermain-main dengan mainanmu dengan tenang?" Cassandra menekan meja dengan keduatangannya dan menatap mata Ryan lekat-lekat.

"Aku tak akan membiarkan diriku kalah dengan wanita sepertinya Ryan! Kau tak bisa menginjak-injak harga diriku dengan memilih wanita ini!" hati Cassandra sudah sangat kepanasan melihat Ryan yang sedang memegang tangan Kira.

"dengan atau tanpa tanda tanganmu di surat cerai kita, aku akan tetap melayangkan tuntutan hukum untuk data di flashdisk itu. Kita punya perjanjian pra nikah.. dan harta kekayaannku bukan harta milikmu.. Jadi, tak ada hak kau menggunakan tanpa izinku.. apalagi, saat itu aku tak menyadarinya.. Apapun alasannya, mengambil uang perusahaan itu ilegal dan aku akan tetap menuntut itu." Ryan terseyum lebar, sambil menyandarkan tubuhnya disanadaran kursi.

"Kau... Apa kau pikir begitu mudah mengalahkanku? Dna apa kau pikir aku akan membiarkan diriku kalah di mata hukum?" Cassandra semakin geram.

"Terserah kau saja mau berpikir apa, aku tak peduli." jawab Ryan singkat, sambil menatap wajah Cassandra. Mata mereka saling bertatapan dengan masing-masing mengeluarkan aura raja yang tak ingin kalah satu dengan yang lainnya..

"Ryan, saat ini akta cerai kita belum keluar, aku dan anakmu akan tinggal di tempat kau tinggal bersama dengan mainanmu, baik kau suka atau tak suka.

"Baiklah, terserah kau. Aku tak peduli denganmu dan anakmu!" Ryan menjawab ringan tanpa beban.

"Hah.. Astaghfirullah.. Cobaan apa lagi ini, Ya Rob.. Wanita ini betul akan tinggal bersamaku.. Owh.. Andai meminta mati boleh, aku memilih mati daripada harus tinggal bersamanya!" Kira speechless. Kira bingung dengan keputusan Ryan. Kira juga sangat takut dengan Cassandra.

"Kau sudah selesai? Atau ada lagi yang ingin kau katakan, hah?" Ryan melihat jam tangannya.

"Dimana kau akan tinggal?" Cassandra to the point.

"Di Millenium Tower. Kalau kau ingin tinggal di sana, gunakan kamar lain. Kamar utama, itu untuk istriku ShaKira Chairunisa."

"Oh Ya Rob.. Apa tadi dia bilang? Dia menyebutku istri dihadapaan wanita ini? Dihadapan istri sahnya" Kira tak gabis pikir Ryan berani melakukan itu.

"Ryan.. Kau sudah kelewatan... Kau merendahkan martabatku di bawah wanita miskin ini!" Cassandra sangat geram, namun rasa kesalnya masih bisa disembunyikan di dalam hatinya..

"Baiklah.. Aku akan tinggal di sana bersama anakku. Dana kau.. Tak bisa melarangku juga untuk membawa laki-laki ke sana!"

"Asal dia tak mengganggu istriku." Ryan menambahkan.

"Baiklah!" Cassandra lalu mengalihkan pandangannya ke Kira. "Untukmu, kau jangan senang dulu.. Kau mungkin akan memilih tinggal di neraka ketimbang tinggal denganku!" Cassandra tersenyum sinis ke Kira, lalu meninggalkan Ryan dan Kira.

"Belum apa-apa dia sudah mengancamaku... huffff! Gila.. Aku sudah gila dengan suaminya, sekarang aku harus meladeni kegialan istrinya! Aaaghhh.. Bodohnya Kau Kira! Harusnya kau memilih saja di jual di rumah bordir ketimbang hidup seperti ini bersamaa mereka!" Kira sudah tak tahu lagi apa yang dikatakan oleh hatinya. Yang dia tahu, hidupnya sudah selesai dan akan semakin sulit dengan ancaman Cassandra tadi.

"ShaKira Chairunisa!" Ryan yang kesal karena Kira hanya bengong dan menatap kosong ke depan, membuatnya tak sabar dan berteriak.

"Ah Iya.. Suamiku?" Kira menengok ke Ryan

"Apa yang kau pikirkan?"

"Istrimu menakutkan... jauh menakutkan darimu.. Hufffhh... Habislah aku! Tak mati denganmu, tapi mungkin mati dengannya!" Kira menarik sebuah kesimpulan

"Hey, apa yang kau bilang? kenapa begitu?" Ryan tak suka dengan kata-kata Kira yang menghubungkan dengan kematian.

"Sudah, tak apa suamiku... itu hanya kiasan. Hehe." Kira berusaha menenangkan Ryan.

"Dengarkan aku.. Kau tak harus tunduk di bawah Cassandra. Kau bebas untuk melawannya.. Kau hanya tak boleh melawanku, selain aku, kau bebas melawan mereka. Kau bebas menunjukkan siapa dirimu, kau adalah istriku, bersikaplah seperti aku bersikap pada orang lain! Apa kau paham?" Ryan bicara dengan menatap mata Kira, berharap Kira dapat mengerti apa yang dikatakannya.

"Ehm.. Apa dia bilang? Aku jadi sekarang harus bersandiwara menjadi istrinya betulan, kan? Hahha.. Jadi dia betul-betul ingin pisah dengan wanita itu sehingga memanfaatkanku untuk berperan sebagai istrinya? Wooow daebak! Hahhaha!" Kira tertawa dalam hatinya mendengar perkataan Ryan.

"Jawab, aku! Jangan cuma mengangguk!" Ryan memaksa.

"Iya, aku aku paham." Kira menjawab, kali ini buka cuma anggukan, tapi seperti biasa, Kira juga menguatkan dengan kata-kata.

"Aku harap kau benar-benar paham, Kira.. Cassey tak akan segan padamu. Dia mungkin akan lebih kejam dariku." hati Ryan sebenarnya tak tega membiarkan Kira. Tinggal bersama Cassandra. Tapi, ini lebih baik daripada membiarkan Cassandra menyerang lebih ganas kalau Ryan tak menyetujuinya.

"Andi!"

"Iya Tuan Muda?" Asisten Andi menghampiri Ryan.

"Bayar!" Ryan langsung to the point ke intinya.

"Baik, Tuan Muda!" Asisten Andi segera ke kasir menyelesaikan bill Ryan.

"Kau sudah selesai?" tanya Ryan ke Kira.

Kira menggelang. "Pizzanya masih ada, itu harus dihabiskan." jawb Kira sambil menunjuk ke arah pizza di meja.

"Kau habiskan saja. Aku sudah kenyang!" Ryan enggan menanggapi Kira lagi.

"kenapa hanya makanan yang dipikirkannya. Tak habispun tak akan jadi masalah. Kau ini.. Bisakah gunakan otakmu untuk yang lebih berguna? Kenapa tak merespon dengan sesuatu yanh sedikit romantis? Aku bahkan menyebutmu di depan Cassandra sebagai istriku, hah, bodok kau!" Ryan sangat kesal, karena Kira seakan tak peduli kalau Ryan sudah mengangkat derajatnya didepan Cassandra

"Hmm.. Ya sudah, aku habiskan dulu!" Kira memakan pizzanya. "kak, apa ada tempat solat di sini?" tanya Kira pada pelayan yang sedang lewat.

"Oh, ada kak.. Kakaknya mau solat?"

"Iya." jawab Kira..

"Mari saya antar!"

"Ehmm, suamiku.. Hanya lima menit, aku solat dulu ya!" Kira izin ke Ryan

"Hmmm!" Ryan mengangguk

"Bailah, aku permisi dulu!"

Kira melangkahkan kakinya mengikuti pegawai tadi. Dua orang bodyguard wanita, juga mengikuti Kira ke tempat solat. Memastikan, tak ada anak buah Cassandra yang menyamar di dalam.

"Sudah selesai?" Ryan bertanya pada Kira yang datang menghampirinya setelah sepuluh menit di ruang solat. seperti biasa, Kira meminta tangan Ryan untuk salim..

"Sudah.. Hmm, pizzanya?" Kira melihat tempat pizza yang sudah kosong.

"Andi sudah habiskan! Ayo pergi!" sambil menarik Kira berdiri dari kursinya

"Huffh.. Aku harus mejaga harga diriku dengan melimpahkan ke Andi, ga mungkin aku bilang aku yang habiskan.. Dna bikang rasa pizzanya seperti favoritku di Italy" Ryan sebenarnya suka dengan makanan yang dipesan Kira, tapi seperti biasa, gengsinya terlalu besar untuk mengakui.

"Suamiku, kita ke tempat kostku sebelumnya, yah.. Aku harus izin dengan keluarga di sana. Mereka sudah sangat baik padaku.. minimal, aku ingin mengucapkan perpisahan baik-baik dengan mereka." Kira mengutarakan isi hatinya, saat Ryan mengantarnya ke pintu mobil penumpang.

"Kau tinggal di mana?" Ryan berbalik arah dan menatap Kira.

"Di dekat sini, bisakan?" Kira memohon ke Ryan..

"Hmmm.."

"Terima kasih, suamiku!" Kira masuk, duduk di dalam mobil dan Ryan menutup pintu mobilnya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Ryan, setelah sekitar sepuluh menit mereka saling berdiam diri di dalam mobil.

"Aku.. Hahaha.. Sudahalah, otakku sedikit ga beres. Banyak sekali pikiran di sana. Aku juga bingung!" Kira menutupi dengan tawa dihadapan Ryan.

"Huff.. Aku ga mungkin kan bilang ke dia kalau aku sangat senang dengan sikapnya yang akhir-akhir ini menjadi manis. Aku mulai menyukainya.. Sepertinya aku benar-benar menyukainya dan berandai-andai menjadi istrinya selama-lamanya. Hahhaa!" Kira enggan mengatakan kalimat bodohnya pada Ryan, apalagi, dari sejak awal menikah memang Ryan sudah memberikan penekanan siapa Kira untuknya.

"Memang sejak kapan otakmu beres? Katakan sesuatu.. Jalanan di sini sangat macet, aku ngantuk!"

"Aku ingin kau bicara dan tak hanya diam menganggapku sebagai supirmu! Apa tak bisa kau katakan sesuatu yang manis terhadapku?sikapku ini sudah sangat baik untukmu, kau tahu.. Ryan Adiantara menjadi supir mengantarmu keliling Bandung. Hah.. Kau benar-benar bodoh, Shakira Chirunisa!" Ryan kesal dalam hatinya melihat Kira yang bahkan diam saja tak ingin bicara dengannya.

"Apa yang harus aku katakan?"

"Mana aku tahu. Gunakanlah otakmu!" Ryan menjawab asal, sambil melirik ke arah Kira.

"Nah, di depan sana, gang itu belok kiri! Rumahnya di sana."

"Hufffh.. Aku suruh bicara dia justru memerintahku sebagai supir, belok kanan, belok kiri, kau ini!" gumam Ryan

"Hey, kau mau apa?" Kira memegang tangan kiri Ryan, menempelkan kepalanya di sana.

"Suamiku, jangan marah ya, kalau kau bertemu dengan mereka. Pemiliknya sangat baik, aku mohon padamu.. jangan tunjukkan wajahmu yang tak menyenangkan pada mereka. Wanita setengah baya pemilik kos itu, bahkan sudah sangat baik memperlalukanku seperti anaknya. Kalau kau mau menghukum atau marah, padaku sajaa nanti setelah kita tinggalkan tempat itu, aku mohon, ya.."