webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Bubur dan Pizza

"Haaaah? Mau apa lagi, kau?" Ryan protes.

"Ayolah, suamiku.. Mumpung kita di Bandung.. Kita nginep di garut yah.." Kira sudah memegangi tangan kiri Ryan, membujuk Ryan untuk mewujudkan keinginannya.

"Mau nginep di mana?"

"Di desa sampireun."

"Apa kau bilang? Desa?" Nada bicara Ryan sudah tinggi.

"Ish, itu bukan desa seperti yang kau pikirkan suamiku.. Itu desa buatan dengan danau ditengahnya, danau buatan juga tapi sangat indah.. Pohon pinus tinggi disekitarnya, suasanya adem.. Ada sampan untukke tengah danau, dan banyak ikan koi di dalam danaunya. Rumahnya juga dari kayu.. Hmm.. Asri dan menyatu dengan alam. Ayolah. Semalam, saja.. " bujuk Kira ke Ryan.

"Kau tahu, berapa jam aku harus menyetir ke sana?"

"Ah, kau bisa pakai supir, kan? Menyetirnya sampai the Valley saja, gimana?"

"Fuuuuh!" Ryan menghela napas.

"Boleh, ya?"

"Hmmm.. "

"Aaaakh. Makasih, Ryan!" Kira refleks mencium pipi kiri Ryan.

"Hey, apa yang kau lakukan, aku sedang menyetir!" Ryan sudah berteriak lagi.

"Maaf, tadi aku sangat senang.. Terima kasih.. Woohooo.."

"Dia baik sekali. Hihi.. Tumben.. Tapi aku bersyukur bisa melihatnya lagi. Fuuuh.. terima kasih Ya Rob.. Engkau kembalikan dia padaku." Kira berucap syukur.

"Ryan.. " Kira membuka obrolan setelah lima menit mereka saling diam.

"Hmm.."

"Apalagi yang mau dibicarakannya.. Tapi baguslah.. Aku tak tahu harus memulai membicarakan apa. Aku ingin mengobrol dengannya, tapi aku bingung harus mulai dari mana! Huuuh!"

"Kenapa kau selalu memanggilku ShaKira Chairunisa?"

"Ini pertanyaan yang ingin sekali aku tanyakan dari dulu padanya.. Karena dia satu-satunya orang yang memanggilku seperti itu. Hihi" Kira bergumam.

"Itu nama yang kau sebut saat aku bertanya pertama kali. Otakku merespon seperti itu."

"Aku tak ingin memanggilmu Kira. Aku juga tak ingin memanggilmu seperti mantanmu sha sha.. cuiiih!" Ryan bergumam.

"Ah.. Jadi seperti itu!"

"Aaaaakh... Ryan.. stop stop!" Kira mendadak menyuruh Ryan berhenti.

"Ada apa?" Ryan meminggirkan mobilnya. "Kau mau apa?" tanyanya melihat Kira histeris

"Aku ga jadi ke pinisi resto, aku mau makan di sana aja!" Kira sudah menunjuk satu resto yang pernah dilihatnya di internet juga.

"Kau cepat sekali berubah pikiran, hah?"

"Iya, aku mau makan di sana.. Makanannya enak-enak!" Kira berusaha meyakinkan Ryan dan sudah mau memakai cadar dan sarung tangannya.

"Kau lernah makan di sana?"

"Belum."

"lalu bagaimana kau bisa bilang di sana makanannnya enak-enak? Kau ingin meracuniku?" Ryan emosi.

"Suamiku.. Ayolah.. Percaya padaku. Disana makanannya enak-enak. Ayo kita makan di sana. Aku mau makan di sana!" Kira memaksa.

"Kauuu.."

"Kenapa dia jadi pemaksa seperti Ini? Apa maunya?" Ryan kesal, tapi tak bisa menolak Kira yang sudah ingin menangis memintanya makan di sana. Susah payah, Ryan akhirnya memundurkan mobilnya, dan parkir di depan cafe yang ingin di datangi Kira. "Cafe Asix!" Hah, jual apa mereka di sini, sampai dia ingin sekali makan di sini! Huuuh!" Ryan agak ragu, tapi tak punya pilihan.

"Jangan keluar dulu! Sampingmu itu jalan raya! Tunggu aku bukakan pintumu!"

Klek

Ryan menutup pintu mobilnya, dan berjalan memutari kap mobil, membukakan pintu mobil Kira.

Klek

"Ayo turun!" Ryan memberikan tangannya pada Kira

"Oh ya Rob.. Dia manis sekali.. membukakan pintu dan memberikan tangannya padaku" Kira sangat senang dengan perlakuan Ryan. Mereka berjalan berdua ke dalam cafe.

"Suamiku, duduk di sini aja!" Kira memilih kursi yang menghadap ke arah oopen kitchen panggangan pizza tradisional.

"Kau mau makan pizza?" tanya Ryan ke Kira karena melihat menu Pizza.

"Fuuuh.. Dia sangat suka Pizza.. Aku ingin sekali mengajaknya ke Italy.. Tapi harus di tunda untuk sekarang. Cassey, fuuuih.. Aku harus membereskanmu segera!" Batin Ryan kurang suka karena dia harus membatasi diri menjauhi wilayah kekuasaan Cassandra.

"Iya.. Hey, kau jangan liat menu.. Aku yang pesan kali ini.. Nanti kau ikut makan saja, suamiku.. Yah.. Yah.." pinta Kira pada Ryan.

"Bagaimana kalau pilihanmu tak enak? Kau mau meracuniku?" Ryan menatap Kira sambil mengernyitkan dahi.

"Semua di sini enak.. Percayakah padaku, oke!"

"Kak, saya mau pesan sekarang!"

"Iya kak.. Mau pesan apa?"

"Bubur sayur peda dua porsi, bubur asin dua porsi, pizza alle cappaccio yang large satu, pizza margarita yang large satu dan banana split untuk makanannya. Minumnya, dua hot lime."

"Hahaha.. Dia masih ingat aku suka hot lime.. Baiklah.. Aku akan makan menu yang kau pesan!" batin Ryan merasa senang.

"ok, ditunggu ya kak!" pelayan pergi meninggalkan meja Kira dan Ryan.

"ShaKira Chairunisa.. Kau menyuruhku ke menyetir hanya untuk membeli bubur?" Ryan geleng-geleng kepala.

"Bubur di sini enak, suamiku.. Cobalah dulu. Hufffhhhh!" Kira sudah memegangi perutnya.

"Kenapa?" Ryan agak panik melihat Kira kesakitan.

"Aku lapar.."

"Bodoh! Apa kau tak sarapan?"

"Haaah.. kenapa aku sangat khawatir padanya.. Dia sakit perut karena kebodohannya, kenapa aku harus kepikiran seperti ini?" Ryan sedikit geram pada perasaan di dalam hatinya.

"Sudah, aku sudah sarapan.. tapi kerjaanku banyak sekali tadi di restoran. Fuuuh.. Bahkan lebih melelahkan dari di lab." Kira menunduk.

"Jangan lakukan itu lagi.."

Kira merubah pandangannya, menatap Ryan, yang berbicara masih sambil menatap lurus ke depan.

"Maaf.. Aku ga akan pergi lagi." Kira mengambil tangan Kanan Ryan yang ada di atas pangkuan Ryan. Menaruh tangan Ryan ke atas pangkuannya, lalu memegangnya dengan dua tangan Kira. "Terima kasih sudah mencariku.."

"Hanya itu penyesalanmu?"

"Aku sangat menyesal meninggalkanmu.. Kau tahu, aku sangat merindukanmu kemarin.. Aku mohon...maafkanlah aku.. " pinta Kira.

"Sekali aku maafkan, besok kau akan mengulanginya.. Lalu kau akan terus mengulanginya dengan membuat kesalahan lebih besar, terus menerus." Ryan menjawab singkat, namun memang seperti itu sikap manusia yang telah dipelajarinya selama berbisnis. Itulah yang membuat Ryan memilih menghukum dan menghentikan kerjasama ketimbang memaafkan.

"Jadi kau tak memaafkanku"

"Kenapa aku harus memaafkanmu?"

"Kan aku sudah minta maaf."

"Kau tahu, tadi malam Cassey datang padaku untuk memintaku menidurinya, dia meminta maaf padaku. Apa menurutmu aku harus memaafkannya karena dia sudah minta maaf, walaupun dia sudah meninggalkanku cukup lama?" Ryan menatap Kira, saat mengatakan kalimatnya tadi.

"Jawab aku.. apa aku harus memaafkannya?" Ryan mengulangi pertanyaannya.

"Ehm...apa kau akan tinggal bersamanya setelah memaafkannya?"

"Aku tak sudi melakukan itu!" Ryan menolak. Tapi berbicara masih menatap Kira lekat.

"Ah, kalau begitu.. Maafkan saja.. Dan lupakan kesalahannya. Ikhlaskan saja. Tak perlu menyimpan dendam, oke!"

Ryan menggeleng.

"Aku tak mau memaafkannya.."

"Kau berarti masih mencintainya!"

"Apa maksudmu?" Ryan menatap Kira tak suka dengan ucapannya.

"Suamiku, kalau kau tak mencintainya, kau tak perlu cape-cape menyimpan dendam dan amarah untuknya.. Lebih baik kau gunakan waktumu untuk berbahagia dengan sesuatu yang kau cintai daripada membebani pikiranmu dengan sesuatu yang kau benci!" Kira menghentikan kalimatnya, saat makanan datang. "Terima kasih!" Kira memberikan apresiasi saat makanan telah dihidangkan di atas mejanya.

"Kenapa dikipasi seperti itu?" tanya Ryan penasaran.

"Masih panas, kalau ditiup ga boleh, di kipas boleh!" Kira menciduk satu sendok bubur. "Bismillah.. Buka mulutmu suamiku.."

"Kau mau apa?"

"Menyuapinmu! seperti biasa.. Buka mulutmu!" Ryan tak menolak dan membiarkan Kira menyuapinnya.

"Enak, kan?"

"Kau tak perlu menjawab.. Aku tak butuh jawaban itu, melihatmu menghabiskan makanannmu, bagiku sudah cukup membuatku senang. Selamat makan suamiku!" Kira sangat bahagia melihat Ryan makan dengan lahap. Menghabiskan dua porsi bubur yang di pesan Kira. Untuk pizza, Ryan memilih mengambilnya sendiri, sehingga Kira tak perlu menyuapinnya, dan bisa memakan bubur pesanannya..

"Shakira chairunisa.. Kau sudah lapar, kenapa kau menyuapinku lebih dulu daripada menyuap untukmu sendiri?"

"Aku harus pastikan suamiku kenyang dulu, baru aku kenyang."

"Kenapa begitu?" Ryan mengernyitkan dahinya.

"Karena suamiku yang menjagaku.. Tangannya, digunakannya bekerja untuk mencukupi kebutuhanku (Kira menyentuh tangan Ryan), Kakinya digunakan untuk berangkat bekerja untuk mencukupi kebutuhanku (Kira menyentuh paha Ryan), pikirannya, digunakan untuk berpikir memenuhi kebutuhanku.. Dan suamiku juga melindungiku, dari panas dan hujan dengan menyiapkan rumah untuk tempatku bernaung, memberikanku pakaian sehingga aku bisa menutup auratku, memberiku banyak hal dari rezeki yang dicarinya. Aku harus mendahulukanmu diatas kepentinganku." Kira lalu menyuap makanannya setelah selesai bicara dengan Ryan.

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Bukankah tanganku juga sering memukulmu? Aku juga sering menendangmu dengan kakiku?" Ryan mencoba mengingat setiap perlakuannya pada Kira.

"Aku tak pernah memikirkan itu sampai menimbulkan marah padamu!" Kira menyuap lagi makanannya.

"Kau tak membenciku?" tanya Ryan lagi.

Kira menggeleng.

"Kau suamiku.. Walaupun kau bilang kau tak menikahiku karena cinta, tapi tetap saja aku harus menghormatimu sebagai suamiku, lagian... Kau juga memenuhi semua nafkah untukku.. tak ada satupun yang kurang."

"Apa kau berpura-pura denganku?"

Kira menggeleng

"Aku akan membunuhmu jika aku tahu kau berbicara bohong padaku, Shakira Chairunisa.. Karena kata-katamu.. Sungguh telah memggetarkan hatiku!" ancam Ryan untuk Kira di dalam hatinya.

"Kau tak boleh masukke sini.. Pergilah!" Asisten Andi berteriak mengusir seseorang.

"Oh Ya Rob... Apa wanita itu datang lagi?" Kira samgat kaget dan panik.

"Andi, biarkan saja, kau tak akan bisa mengusirnya!" Ryan ikut berteriak dari dalam.. "Tetap di sini bersamaku.. Aku akan melindungimu!" Ryan berbisik ke Kira, dan menicum kening Kira.

"Hai, Ryan.. Bagus kalau kau mengerti aku tak bisa di usir oleh kacung seperti Andi!" Cassandra sudah berdiri di depan Ryan.