webnovel

Penjaga Sang Dewi

WARNING FOR 21+ Siapa yang mau dituduh sebagai pria gay padahal kenyataannya ia memiliki seorang pacar wanita? Itulah yang dialami oleh Alrescha June Winthrop Harristian, seorang pemilik label rekaman dan perusahaan entertainment ternama, Skylar Labels. Oleh karena itu, ia membayar seorang wanita untuk kencan semalam demi membuktikan pada teman-temannya jika dia adalah pria normal. Sampai di tengah kencan, Rei sadar jika gadis yang bersamanya sebenarnya bukan gadis panggilan. Rasa bersalah membuatnya mencoba mencari untuk meminta maaf pada gadis tersebut, namun gadis itu menghilang. Rei terpaksa meminta bantuan asisten pribadi barunya, Axel Clarkson untuk ikut mencari gadis itu. Masalahnya, Rei perlahan malah mulai merasakan suka pada asistennya tersebut. Apakah Rei sebenarnya memang seorang gay? Atau ia hanya terjebak pada perasaan masa lalu dengan cinta pertamanya saat remaja? "Aku rasa ... aku jatuh cinta padamu, Axel!" ujar Rei makin mendekat dan Axel makin mundur ke belakang sampai ia terjebak diantara Rei dan lemari buku. "Pak ..." "Kita bisa menjalin hubungan yang rahasia!" Axel melebarkan matanya dengan bibir terbuka terkejut. (cerita ini merupakan salah satu sekuel dari The Seven Wolves) follow my IG: @nandastrand, FB: @NandaStrand

Andromeda_Venus · สมัยใหม่
Not enough ratings
447 Chs

When It Starts

DUA HARI SEBELUMNYA

Senyuman Honey Clarkson mengembang begitu bahagia saat kakinya melangkah keluar dari stasiun kereta Penn Station yang berhenti di Boston. Meskipun Honey pernah tinggal di New York dulunya tapi ia tak pernah ke Boston.

"Honey!" pekik salah satu sahabatnya Angelica Silvester begitu senang. Ia menjemput Honey yang merupakan sahabatnya sejak mereka duduk di sekolah menengah pertama. Honey pun memekik bahagia saat melihat sahabatnya itu datang menjemputnya.

"Aku pikir kamu tidak akan datang!" ujar Honey begitu semringah.

"Tentu saja aku akan datang. Kamu pikir untuk apa aku sampai harus pulang ke rumah Nenekku jika saja aku tidak menjemputmu!" balas Angelica juga sama semringahnya. Mereka berdua masih cekikikan bersama sampai tiga orang teman mereka muncul dari kereta yang sama.

Angelica ikut menyambut ketiga orang temannya itu kecuali satu orang, Charlotte Harper. Charlotte memang tak berteman baik dengan Angelica. Hal itu karena Charlotte punya sifat jelek, dia sering iri pada Honey.

Dua teman lainnya, Amber Hubrey dan Besse Collin tak punya hal-hal yang aneh. Mereka selalu setia pada Honey dan tetap mau jadi temannya. Sekarang Honey dan Charlotte akan menjalani audisi pencarian bakat menyanyi yang diselenggarakan oleh label rekaman terbesar di US, Skylar Labels. Sedangkan ketiga temannya akan datang untuk mendukung keduanya.

"Apa kalian siap menjalani audisinnya?" tanya Amber pada Honey dan Charlotte. Honey langsung mengangguk dengan antusias dan Charlotte hanya mengangguk biasa saja.

"Aku sudah tidak sabar, iya kan Charlotte?" ujar Honey dengan senyuman semringahnya. Charlotte ikut tersenyum meski Angelica tahu jika itu adalah palsu.

"Kalau begitu, untuk merayakan audisi itu, kita harus bersenang-senang. Ayo kita party!" pekik Besse sambil berjingkrakan.

"Aku setuju!" sahut Charlotte cepat. Honey pun tersenyum dan hampir mengangguk.

"Jangan terlalu cepat senang. Mereka kan belum menjalani audisi. Bagaimana jika kita party saat mereka berdua masuk ke babak semifinal? Bukankah itu lebih baik?" usul Angelica ingin menyelamatkan Honey.

Amber dan Besse saling berpandangan lalu mengangguk setuju sambil menyengir. Sementara Charlotte hanya diam saja membuang muka.

"Setahuku sama saja. Mau minum sekarang atau nanti!" celetuk Charlotte dan kemudian ia berpaling pada Honey.

"Bukankah kamu sudah berumur 20 tahun, Honey? Aku rasa Ayahmu tak akan bisa melarangmu lagi untuk minum bukan? Bukankah itu umur yang legal untuk minum bir?" sambungnya lagi sedikit menyindir Honey. Honey tersenyum dan mengangguk saja.

Dari kumpulan gadis-gadis itu, Honey Clarkson adalah yang termuda. Usianya bahkan baru 20 tahun sebulan yang lalu, ia baru saja punya SIM meski masih kerap diantar ayah dan adik lelakinya. Sedangkan Charlotte tiga tahun lebih tua darinya begitu pula dengan Amber dan Besse sedangkan Angelica berjarak dua tahun dari Honey.

"Jika kita minum sekarang, kalian akan mabuk dan audisi akan gagal. Kita kan ke Boston untuk audisi bukan untuk party!" sahut Angelica mulai kesal melihat Charlotte terus memojokkan Honey. Charlotte langsung mendelik pada Angelica dan gadis itu tak takut sama sekali, ia balas mendelik padanya.

Honey yang melihat bahwa ada gelagat tak enak dari keduanya lantas mencoba tersenyum dan saling menenangkan satu sama lain.

"Ya sudah, tidak apa-apa kita lakukan setelah audisi. Apakah berhasil atau tidak, kita akan tetap berpesta untuk merayakannya. Ayahku sudah memberi ijin untuk aku bisa minum!" ujar Honey masih tersenyum manis dengan suara kecilnya.

"Ya sudah kalau begitu, ayo kita cari restoran cepat saji. Aku lapar!" rengek Besse yang manja sambil merangkul Amber. Honey tersenyum dan mengangguk, ia lalu menarik lengan Angelica untuk ikut bersama mereka ke sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari stasiun kereta berada. Charlotte tak ada yang memedulikan. Dengan wajah kesal, ia berjalan sendiri mengikuti empat temannya yang lain.

Usai makan, kelimanya lantas menginap di rumah Nenek Angelica yang tinggal di pusat kota Boston. Rumah sederhana yang diapit oleh beberapa bangunan tinggi. Rumah itu begitu nyaman dan membuat betah kelima gadis cantik itu.

Besok, Honey dan Charlotte akan kebagian jatah audisi yang diselenggarakan dari pagi hari. Begitu banyaknya peserta yang mendaftar dan mereka tak memiliki gambaran apakah akan diterima atau tidak. Ketika tengah mengobrol, Honey kemudian di hubungi oleh sang ayah, Abraham Clarkson.

"Hai, Daddy!" sapa Honey begitu bahagia.

"Hai, Sweetheart, bagaimana? Apa kamu sudah sampai di rumahnya Angelica?" tanya Abraham dengan nada tenang.

"Yup, rumahnya menyenangkan!"

"Hehe, aku senang jika kamu menyukainya!" Honey mengangguk dan menoleh sekilas ke belakang melihat ke empat temannya tengah mengobrol seru.

"Kalian sedang apa?" tanya Abraham lagi.

"Uhm, girls night!" Abraham terdengar terkekeh kecil.

"Sebentar, Axel ingin bicara ..." Honey pun menunggu ponselnya diserahkan pada Axel adiknya.

"Honey ... bagaimana kabarmu, Sayang?" tanya Axel dengan nada riang seperti biasa.

"Aku baik-baik saja. Aku sedang di tengah Boston dan kota ini besar sekali. Seperti New York!" pekik Honey sedikit tertahan dan semringah. Axel tak terdengar menanggapi dan itu membuat Honey sadar. Axel tak begitu suka dengan New York karena mereka kehilangan segalanya saat tinggal di sana sewaktu kecil.

"Uh, maaf aku tidak bermaksud ..."

"Tak apa. Bagaimana audisimu?" tanya Axel langsung memotong.

"Oh, audisinya besok dan aku sangat gugup!" jawab Honey lagi.

"Jangan gugup, nanti suaramu jadi jelek, hahaha!" Honey jadi mengerucutkan bibirnya sedikit merajuk.

"Doakan aku agar aku berhasil!"

"Tentu saja, Honey. Aku pasti akan berdoa untukmu. Sampaikan salamku pada Angelica!" Honey tersenyum lebih manis. Ia lalu melirik lagi pada Angelica dan kembali sedikit berbisik pada Axel.

"Aku rasa dia menyukaimu juga. Kenapa kamu tidak bilang perasaanmu?"

"Honey, aku tidak mungkin melakukannya. Dia sahabatmu. Sudah jangan bicarakan itu lagi, nanti Daddy mendengar. Akan kuberikan ponselnya kembali ... daaaghh, aku sangat mencintaimu!" Honey hanya bisa terkekeh dan menunggu suara Ayahnya kembali.

"Apa yang kalian bicarakan?" goda Abraham kemudian.

"Ah, Daddy. Besok aku akan menghubungimu lagi. Sebentar lagi aku harus tidur, besok aku tak ingin terlambat!"

"Tentu Sayang, tidurlah yang nyenyak, jangan sampai kutu kasur menggigitmu!" Honey terkekeh pada ucapan selamat tidur Ayahnya yang selalu sama dari mereka masih kecil.

"Kamu juga Daddy. Sampai jumpa besok. Aku mencintaimu!"

"Sampai jumpa besok, selamat malam, Daddy sangat mencintaimu, bintang utaraku!" Honey makin menyengir bahagia saat mendengar sebutan bintang utara yang disematkan untuknya dari sang Ayah. The North Star adalah bintang paling terang dan tidak pernah berpindah tempat, tidak pernah terbit, serta tidak akan pernah tenggelam atau terbenam.

Honey adalah bintang utara bagi ayah dan adiknya. Ia seperti petunjuk jalan yang diberikan Tuhan untuk mereka. Kemana pun dan dimana pun, Abraham dan Axel akan selalu pulang untuk Honey.

"Ayahmu yang menelepon?" tanya Angelica menyentuh bahunya. Honey mengangguk.

"Axel mengirimkan salamnya padamu!" ucap Honey lagi sambil menarik selimutnya. Angelica tak menjawab dan hanya tersenyum saja. Ia kemudian ikut tidur di ranjang yang sama dengan Honey saling berhadapan dan tersenyum menggenggam tangan. Sedangkan tiga temannya yang lain tidur di lantai beralaskan kasur ekstra.

"Aku yakin besok kamu pasti akan berhasil. Kamu pasti akan lulus audisi!" gumam Angelica menyemangati Honey.

"Terima kasih, tidurlah. Besok kita harus berangkat pagi-pagi!" balas Honey sembari berbisik. Angelica tersenyum dan mengangguk lalu memejamkan matanya.

Honey lantas menggenggam kalung yang diberikan oleh Ayahnya berupa liontin dengan bentuk kunci dengan kepala berbintang. Sambil menggenggam, Honey memejamkan mata dan mengucapkan doa dalam hatinya.

'Lindungi aku. Mommy ... Daddy. Bantulah aku esok hari.'