webnovel

Pengakuan Psikopat

Febi mempercepat langkahnya. Gadis itu berjalan menyusuri gang kecil dan gelap itu karena itu satu-satunya jalan menuju ke kostnya. Didengarnya suara seperti langkah kaki tapi samar-samar dan terasa jauh. Ia menoleh ke belakang dengan gerakan yang tiba-tiba...tidak ada siapapun. Perasaan apa ini? Seperti perasaan cemas bercampur takut dan kuatir yang tidak pada tempatnya. Sudah kesekian kalinya Febi merasa ada yang mengikutinya di belakang sepulang ia dari kampus. Gadis itu memutuskan cepat-cepat berlari sampai ke kost dan segera masuk ke kamarnya. Gang kecil itu begitu sepi, jauh dari kamar kost Febi. Seorang pria bertubuh tinggi berpundak lebar sedang berdiri setengah tertutup tembok, sedang memperhatikan Febi yang setengah panik masuk ke kost. Pengalaman menegangkan itu membawa kecurigaan Febi pada seorang psikopat yang berusaha menghancurkan hidupnya. Ian adalah seorang pria yang selalu tampil baik dan superior. Tapi Febi mengetahui dibalik penampilan primanya, Ian memiliki kejahatan-kejahatan yang terselubung. Hanya saja semakin Febi berusaha menghubungkan misteri-misteri yang dialaminya dengan Ian, semakin ia terjerembab dalam siasat dan tingkah laku Ian yang tidak normal. Ian yang menjadi tersangka penguntitan Febi akhirnya menjadi tersangka sebuah kasus pembunuhan yang terjadi di kampus mereka. Semua misteri yang terjadi terhubung pada sindrom psikopatisnya. Benarkah Ian yang melakukan tindakan kriminal itu?

Lei Locke · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
41 Chs

Semester Tiga: Pychopath Confirm!

Gadis itu mulai melahap paket makan siang super mahal yang ada di hadapannya. Lagi-lagi keheningan menghampiri mereka. Febi terus sibuk melahap spageti yang ada di hadapannya itu. Tiba-tiba, “Sori kak Ian,” ucap gadis itu setelah menelan makanan yang ada dimulutnya. Ian hanya menatapnya tanpa membalas apapun. “Aku nuduh kak Ian stalker,” lanjutnya dengan suara pelan. Ian masih bungkam tak membalas apapun. Lalu Febi mulai memasukkan makanan ke dalam mulutnya lagi dengan perlahan karena merasa bersalah. Suasana canggung diantara mereka semakin merebak. Kedua insan itu sama-sama irit dalam berkata-kata.

“Sebenarnya, … aku memang nguntit kamu,” ucapnya datar membuat Febi terperangah dan kesulitan menelan makanannya.

“Hh? Apa ini?” pikirnya dalam hati.

“Lebih tepatnya menguntit orang yang menguntit kamu” jelasnya lebih lagi.

ตอนที่ถูกล็อกไว้

สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com