Setelah diperhatikan lebih lanjut ternyata laki-laki itu adalah sekretaris Raja Scarka yang mengantarkan Rowena ke kamarnya di hari pertama Rowena berada di Istana Scarka. Rowena menarik kerah baju pria itu dan mulai menginterogasinya.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Aku hanya ingin membantumu untuk kabur dari istana ini. Apakah kau tidak tahu sekarang para rakyat Scarka sudah melakukan kudeta besar-besaran di luar istana ini? Hanya dalam waktu satu hari mereka pasti akan berhasil menembus penjagaan ketat dari istana ini dan mulai membunuh siapapun yang ada di sini termasuk kau dan Yang Mulia Raja," jelas pria itu.
"Lalu apa alasanmu menyelamatkanku? Bukankah kau sekretaris Yang Mulia Raja yang berarti kau adalah bawahannya? Berarti kau harusnya menyelamatkan rajamu terlebih dahulu dan bukan aku."
"A-Aku..." Pria itu mulai kebingungan untuk menjawab ucapan Rowena.
Rowena meletakkan telapak tangan kanannya tepat di wajah pria itu dan mulai melafalkan mantra sihir cahaya. Dalam beberapa menit wajah sekretaris tua itu berubah menjadi wajah pria muda yang sangat tampan dengan rambut yang berwarna putih seperti salju serta iris mata yang berwarna merah seperti darah. Rowena memegang dagu pria muda dan tampan itu.
"Duke muda Vinette, sebentar, seharusnya sekarang kau sudah menjadi Duke Vinette, ya? Apa yang kau lakukan disini dengan menyamar menjadi sekretaris Raja Scarka?" tanya Rowena dengan tatapan tajam yang sanga menusuk.
Duke Vinette yang sekarang atau pria muda yang memiliki nama lengkap Ash Wright de Vinette. Ash merupakan anak dari adik ayah kandung Rowena sehingga bisa dibilang kalau dia adalah sepupu Rowena. Mereka sudah saling kenal sejak masih kecil dan jujur saja dibandingkan saudara tiri Rowena yang lain, Ash lebih akrab dengan Rowena. Bahkan selama Rowena disiksa oleh ibu dan saudara tirinya, Ash selalu saja melindunginya.
Pernah sekali Ash membantu Rowena dan ibunya, Erica, untuk kabur dari istana Edelle, meskipun pada akhirnya hal itu digagalkan oleh para pasukan penjaga istana. Yang diingat oleh Rowena adalah kedua orang tua Ash sudah dihukum mati atas tuntutan perencanaan pemberontakan. Tentu saja itu adalah kebohongan. Raja Edelle melakukan hal yang sama pada kedua orang tua Ash seperti yang telah ia lakukan pada Rowena.
"Aku hanya ingin menyelamatkanmu saja. Kau kira aku tidak khawatir semenjak kau diusir dari istana. Aku dibuat terkejut saat tahu kau telah dilempar ke Medan perang oleh Baginda raja. Setiap hari dan malam aku selalu memikirkan dirimu. Kau tahu seberapa sakitnya hatiku saat mendengar kalau kau sudah tewas salam peperangan itu," ucap Ash sembari bangkit berdiri.
Rowena menghela napas karena ia sudah mengerti sebagian tujuan Ash. "Baiklah, kalau begitu. Namun kenapa kau ada di sini? Bukankah kau harusnya berada di Edelle sebagai seorang Duke? Apakah bajingan itu tidak mencurigaimu karena kau tiba-tiba menghilang?"
Ash yang tadinya meringgis kesakitan tiba-tiba tertawa setelah mendengar pertanyaan Rowena yang tidak ada habisnya itu. "Sepertinya semenjak keluar dari istana, gaya bicaramu telah berubah drastis, ya? Sampai-sampai kau memanggil ayahmu sendiri dengan sebutan bajingan."
"Bukankah itu sangat cocok dengannya? Lagipula pria itu kan memang bajingan," jawab Rowena dengan santainya.
"Ya, meskipun itu tidak sopan tetapi aku sangat setuju denganmu. Lalu kumohon padamu untuk berhenti menjadi ksatria Sunverro lagi. Itu adalah hal yang berbahaya, kau lihat saja bahkan mereka mengkhianatimu dengan menyerahkanmu sebagai selir Raja Scarka. Lebih baik kau ikut aku kembali ke Edelle dan menjadi Duchess Vinette. Kemudian kita akan merencanakan pemberontakan untuk mengambil alih Kerajaan Edelle," jawab Ash.
"Tidak, aku tidak bisa melakukan itu. Pemberontakan itu adalah hukuman yang sangat ringan untuk bajingan itu. Aku menjadi ksatria Sunverro itu untuk merencanakan pembalasan dendam yang menarik dan menyiksa sehingga aku akan dikenal sebagai mimpi buruk Edelle suatu saat nanti," ucap Rowena dengan penuh keyakinan.
"Lalu menjadi selir Raja Scarka, itu adalah strategi yang kubuat sendiri. Bukan pihak Sunverro yang menumbalkanku," tambah Rowena.
Ash mengacak-acak rambutnya itu karena stress dengan keputusan Rowena. "Baiklah, jika itu maumu. Aku juga tidak akan memaksamu. Kalau begitu ayo kita keluar dari sini, kereta kudaku sudah menunggu di luar."
Sebelum pergi Rowena memotong rambutnya dengan belati milik Ash sehingga sekarang rambutnya hanya mencapai bahunya. Setelah selesai mereka pun berjalan melewati jalur rahasia yang menembus ke arah luar istana sehingga dapat dipastikan tidak ada seorangpun rakyat Scarka yang akan menemukannya ataupun menangkapnya.
"Bagaimana kau bisa menjadi sekretaris Raja Scarka? Bukankah itu adalah hal yang sangat mustahil untuk dilakukan?" tanya Rowena yang merasa penasaran.
"Itu adalah hal yang sangat mudah bagiku. Setelah mendengar kabar kematianmu, aku langsung menyuruh orang-orang guild informasiku yang sudah tersebar luas di semua benua untuk mencari kabar tentang dirimu. Salah satu anak buahku menemukan seorang wanita yang memiliki ciri khas yang sama denganmu tetapi wanita itu memiliki rambut berwarna hitam dan dia berada di hutan Richella."
"Setelah mendengar hal itu aku langsung bergegas pergi ke sana untuk memastikannya. Ternyata itu benar, wanita itu adalah dirimu yang telah mengubah warna rambutmu dengan sihir kegelapan," tambahnya.
"Kalau begitu kenapa kau bisa ada di Scarka?" tanya Rowena lagi.
"Aku selalu berada di manapun kau berada, Rowena. Saat kau di hutan Richella, Valeccio, Duchy Ellien, maupun Scarka, aku selalu mengikuti dan menjagamu dari belakang," jawan Ash.
Rowena menunjukkan ekspresi syok yang bisa dibilang agak berlebihan. "A-Apa? Kenapa kau melakukan hal semengerikan itu? Apakah saat aku mandi, kau juga mengawasiku?"
"Tentu saja tidak," jawab Ash dengan tegas.
Akhirnya sampailah mereka berdua di luar istana Scarka. Di sana sudah ada sebuah kereta kuda yang menunggu mereka. Rowena yang baru melihat kereta kuda itu dari luar saja sudah ingin mengeluarkan semua isi perutnya. Lagi-lagi ia harus menaiki kereta kuda sialan itu. Ash pun membantunya untuk naik ke dalam kereta kuda itu. Rowena duduk dengan tegang di dalam sana karena takut perutnya akan kembali mual seperti sebelum-sebelumnya.
Untungnya saat kereta kuda itu mulai berjalan, Rowena sama sekali tidak merasakan apa-apa. Rowena pun menatap Ash dengan kebingungan.
Ash yang sudah mengerti dengan maksud tatapan Rowena pun berkata, "Aku sengaja memilih kereta kuda yang sangat nyaman dan mahal agar kau tidak mabuk selama perjalanan."
Rowena mengacungkan kedua jempol nya pada Ash. "Kau benar-benar sangat mengerti diriku."
Suasana kerajaan itu sekarang benar-benar sangat tidak kondusif. Banyak orang yang berkeliaran di luar dan memukuli para pasukan kerajaan. Setelah dua jam perjalanan, akhirnya sampailah Rowena di depan penginapan, tempat Pangeran Helios berada.
"Apakah kau tidak ingin ikut denganku?" tanya Rowena yang sudah bersiap-siap akan turun dari sana.
Ash menggelengkan kepalanya. "Tidak. Lagipula kita akan bertemu lagi saat di Sunverro. Jangan lupa jaga dirimu baik-baik."
Rowena tersenyum dan membalasnya, "Kau juga."
Rowena segera turun dari kereta kuda itu dan memasuki penginapan tersebut.