webnovel

Pejuang Cinta, penderita kanker

Apa aku bisa seperti anak lainnya yang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya? Namun, itu mustahil bagiku. Aku hanya seorang gadis sederhana yang selalu diperlakukan kasar oleh keluargaku hanya karena kesalah pahaman. Tapi, aku tidak akan menyerah, aku akan berusaha. Meskipun aku menderita penyakit yang ku alami saat ini aku harus tetap semangat untuk melawannya. Hati ini sakit selalu mendapatkan perlakuan yang tidak terduga, sakit rasanya tapi hanya di pendam tidak di ungkapkan. Bersabar untuk saat ini. Sekuat tenaga untuk tidak tumbang dan tersenyumlah meskipun terluka. "Tuhan aku hanya ingin seperti dulu lagi dan berkumpul kembali." "Tuhan engkau boleh cabut nyawaku. Tapi, izinkalah aku untuk merasakan kebahagiaan." "Aku rela." Selanjutnya baca saja....... Budayakan voting⭐ and follow Ig : @inefitrianingsih08

Inefitrianingsih · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
12 Chs

Bagian 4.

Amel melihat mereka di jendela kamar, mereka  tertawa penuh dengan kebahagiaan tanpa mengajak dirinya, ingin rasanya Amel bergabung dengan meraka dan tertawa bersama. Namun, itu hanyalah khayalannya saja.

Dulu Amel dan keluarganya pernah berlibur bersama, mengunjungi pesta bahkan pernah membuat pesta kecil-kecillan.

Apa mungkin Amel akan seperti dulu lagi? yang penuh dengan canda tawa.

Amel menuruni tangga satu persatu sambil membawa kertas yang ingin Amel berikan kepada orang tuanya.

Tawa itu berhenti ketika Amel datang menghampiri mereka.

"Pah, Mah. Amel mau berikan ini" ucap Amel sambil memberikan kertas tadi kepada orang tuanya.

Namun, seketika mereka bisu dan tuli.

"Pah, Mah" ucapnya lagi.

"Saya tidak ada waktu!" ucap Gema langsung pergi meninggalkan Amel yang di ikuti oleh Mira dan Mala.

"Pah, Mah ini kalian lihat dulu" teriak Amel.

Amel tertunduk sambil menangis, ko mereka bisa setega itu pada dirinya.

Mengapa mereka tidak ada rasa kasihan kepada dirinya?

"Tuhan tolong kuatkan lah aku."

*****

"Gimana jadi malam ini?" tanya seorang pria disambungan telepon.

"Jadi!" jawab Revan langsung memutuskan telepon.

"Semuanya siap-siap!" perintah Revan kepada semua orang yang ada di beskem.

Revan adalah ketua geng motor gengster, meskipun Revan ketua tapi Revan tidak mau di panggil embel-embel Bos.

"Siap Rev" jawab kompak mereka semua.

Geng gengster langsung pergi meninggalkan beskem dan menuju tempat tujuan.

"Akhirnya lo datang juga" ucap Rangga ketua geng motor yang pernah dikalahkan oleh Revan.

"Ternyata lo masih nggak terima kekalahan lo juga yah" ucap Revan sambil mengejek.

"Nggak usah banyak ngomong lo" sinis Rangga.

"Oke kita buktikan siapa yang bakal menang. Lo atau gue!"

"Ayo Rev, lo pasti menang" Semangat geng Revan.

Suara deru motor yang bising di jalanan, membuat antar geng motor Rangga dan geng motor Revan bersorak-sorak.

"1 2 3, mulai"

Motor Revan yang tadinya di belakang akhirnya bisa melewati motor Rangga, sampai garis finish.

"Tuhkan lo kalah lagi!"

"Diem Lo!" sinis Rangga.

"Gue bilang apa lo itu nggak akan bisa ngalahin gue"

Rangga maju lebih dekat menghampiri Revan "Lo liat aja nanti" bisik Rangga tepat di telinga Revan.

"Cabut!" perintah Rangga kepada gengnya.

"Wihhh Revan menang, siap-siap teraktir" ucap Beta sambil merangkul pundak Revan dan menarik-narikkan alisnya.

"Teraktiran mulu lo kriwil" timpal Toni.

"Ehhhh diem lo tayo, bilang aja lo mau kan?" sambil menowel-nowel pipi Toni.

"Lo bisa gak sih jangan panggil gue tayo. gue itu Toni!" kesal Toni sambil menatap Beta.

Beta tertawa "Gue maunya juga tayo, kata orang kalau panggilannya beda berarti tanda sayang"

"Dih ogah gue disayang sama lo, mending gue disayang sama janda dari pada sama lo."

Semua tertawa sambil gelang-gelang kepala, pasti Beta dan Toni setiap ketemu berantem mulu.

"Yuklah cafe."

*****

"Huaaaaa mamah Ara pengen dicium cogan" teriak Ara sambil guling-guling di lantai.

Sang mamah melihat Ara sambil geleng-geleng kepala, kenapa anak perempuan ini ingin dicium cogan? padahal umurnya masih 5 tahun masih kecil.

"Aduhh Ara kamu ini, jangan kaya gini nanti temen bang Revan sebentar lagi datang, nanti kamu tinggal pilih aja mana yang mau nyium kamu."

Ara menghentikan tangisnya dan langsung menatap sang mamah dengan mata yang berbinar.

"Benel mah? tanya Ara dengan suara cadel.

"Iya sayang" jawab Nia mamah Ara dan juga mamah Revan sambil membangunkan Ara yang tadi guling-guling di lantai.

"Asik Ara bakal dicium cogan" teriak Ara sambil loncat-loncat.

Revan yang mendengar teriakan sang adik, yaitu Ara. Langsung keluar kamar menghampiri Ara.

Revan geleng-geleng kepala, kenapa adiknya ini selalu ingin dicium? diciumnya pengen yang ganteng-ganteng pula.

Ting nong

Ara mendengar suara bel dan langsung buru-buru menuju pintu, karena sudah tidak sabar ingin dicium cogan.

Mata Ara berbinar dan langsung berteriak.

"Huaaaa cogan Ara"

Revan melihat Ara cuman geleng-geleng kepala, setiap temennya ke rumah pasti akan seperti itu.

Ara menarik-narik ujung baju Vino "Bang cogan cium Ara dong" sambil menunjukkan pipinya agar dicium.

Vino dan lainnya pun terkekeh geli melihat tingkah adiknya Revan, pasti selalu saja minta dicium setiap datang ke rumahnya.

Beta maju menghampiri Ara "Ara mending sama bang Beta aja, mau ya dicium sama bang Beta.

Ara memutar bola matanya malas "Enggak mau bang Beta jelek!" tolak mentah-mentah.

Semuanya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Ara, ia menolak mentah-mentah tidak mau dicium oleh Beta dan satu lagi katanya Beta jelek.

Beta menatap Ara cemberut.

"Ara gitu sama bang Beta, bang Beta ngambek nih."

"Bodo" judes Ara.

"Gila Rev adek lo judes amat sama gue" ucap Beta kepada Revan.

Semuanya yang menyaksikkan hanya tertawa melihat Beta.

Ara kembali menatap Vino membuat Vino menaikkan satu alisnya.

"Ihhh bang Vino nggak peka banget sih!" cemberut Ara.

Vino terkekeh dan langsung mencium pipi Ara.

Ara tersenyum bahagia dan langsung menghampiri satu persatu teman Revan untuk menyium Ara kecuali Beta. Ara tidak mau dicium oleh Beta.

Beta yang melihatnya hanya cemberut pasti Ara selalu judes padanya.

"Makasih Abang cogan" ucap ara

"Iya sama-sama Ara cantik" jawab kompak teman-teman Revan, kecuali Beta tidak menjawab karena ia sedang ngambek pada Ara.

Semua melihat wajah Beta yang sedang ngambek membuat terkekeh.

Farel menepuk pundak Beta "Sabar bet, semua indah ada waktunya" sambil terkekeh.

"Au akh" ucap Beta sambil masuk kedalam rumah Beta.

"Berasa rumah sendiri lo bet" ucap Alvaro sambil masuk kedalam dan dikuti oleh yang lainnya juga.

*****

Amel prov

Aku melangkah menuju taman komplek, sering sekali aku pergi ke sana entah kenapa aku lebih suka di taman dari pada di rumah yang akan membuatku menderita.

Langkah demi langkah ku lalui menuju taman yang indah, bagiku. Aku duduk di salah satu kursi taman yang disana banyak sekali orang-orang tertawa bahagia, aku tersenyum kecut ingin sekali meresakan seperti mereka. Namun, itu tidak akan mungkin bagiku.

Aku menghela napas sabar, semoga suatu saat nanti aku bisa seperti itu merasakan kebahagiaan.

Mata Ku tertuju pada keluarga yang begitu humoris dan di sana aku melihat seseorang yang sangat femilir bagiku, aku terus mengerjapkan mataku berkali-kali sampai tidak sadar ternyata aku ditatap balik olehnya, aku memalingkan wajahku saat ditatap olehnya.

Langkah kaki terdengar di pendengaran ku sampai berhenti tepat di hadapanku, aku menatapnya kaget mengapa ia menghampiriku?

"Mau gabung?"

Tanya peria kepdaku, membuatku bingung dan langsung menatapnya.

"Tidak usah ka" tolak ku secara halus

"Tidak apa-apa, yuk" ucapnya langsung menarik tanganku menuju keluarganya.

"Mah Pah, kenalin ini Amel"

Ka Revan mengenalkan aku kepada keluarganya membuatku tersenyum malu.

Mamah Revan tersenyum dan langsung menarik lembut tanganku untuk duduk bersamanya.

"Sini sayang duduk di sebelah mamah"

"Iyah tante terima kasih"

"Jangan panggil tante panggil mamah Nia aja. Lebih tepatnya mamah aja"

Aku tersenyum dan mengangguk pelan.

"Hallo kakak cantik, aku Ara" ucap anak kecil yang begitu menggemaskan sambil mengulurkan tangannya.

Aku mengulurkan tanganku menerima ulurannya sambil tersenyum "Kakak Amel."

"Kakak cantik, Ara suka"

"Kamu juga cantik" ucapku sambil mencubit kedua pipi Ara dengan gemes.

"Ouiyah sayang kamu pacarnya Revan?"

Aku menatap mamah Revan kaget, pertanyaan yang membuatku bingung. "Eum enggak tante eh maksudku mamah, aku sama ka Revan enggak pacaran. Ka Revan kakak kelas di sekolah dan ka Revan juga dulu pernah nolongin aku pas terkunci di gudang" jelasku.

"Owalah dikira pacarnya Revan" ucap Nia sambil melirik-lirik Revan.

Revan yang dari tadi main handphone sambil menyimak obrolan mamahnya dan Amel dan langsung menatap mamahnya.

"Bentar lagi mah otw" jelas Revan

"Jangan lama-lama nanti ada yang mepet lagi" bisik Adit papah Revan.

Hatiku berdenyut kencang tidak seperti biasanya karena ucapan Revan tadi.

Ada apa dengan diriku?

*****

Hari ini adalah hari yang buruk bagiku, di tempat ini aku mengenang kenangan indah bersama dia sampai pada akhirnya kita berpisah sampai sekarang.

Aku duduk di dekat sungai sambil mengingat-ingat kenangan yang manis saat dulu.

Apa ia masih ingat kepadaku? atau melupakanku?

Andai kamu tahu aku disini merindukanmu sampai sekarang dan menunggumu sampai kau kembali.

Andai kamu tahu aku disini tidak bahagia pasti kamu akan membuatku tersenyum kembali dan sejenak melupakan kesedihanku.

"Aku rindu."