webnovel

Pejuang Cinta, penderita kanker

Apa aku bisa seperti anak lainnya yang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya? Namun, itu mustahil bagiku. Aku hanya seorang gadis sederhana yang selalu diperlakukan kasar oleh keluargaku hanya karena kesalah pahaman. Tapi, aku tidak akan menyerah, aku akan berusaha. Meskipun aku menderita penyakit yang ku alami saat ini aku harus tetap semangat untuk melawannya. Hati ini sakit selalu mendapatkan perlakuan yang tidak terduga, sakit rasanya tapi hanya di pendam tidak di ungkapkan. Bersabar untuk saat ini. Sekuat tenaga untuk tidak tumbang dan tersenyumlah meskipun terluka. "Tuhan aku hanya ingin seperti dulu lagi dan berkumpul kembali." "Tuhan engkau boleh cabut nyawaku. Tapi, izinkalah aku untuk merasakan kebahagiaan." "Aku rela." Selanjutnya baca saja....... Budayakan voting⭐ and follow Ig : @inefitrianingsih08

Inefitrianingsih · Teen
Not enough ratings
12 Chs

Bagian 3.

Segerombolan wanita cantik yang sedang makan-makan sesekali bercanda tawa di salah satu cafe.

"Silahkan dinikmati" ucap Amel sambil menaruh makanan yang di pesan oleh pembeli.

"Ehhh, Mal ko itu muka mirip lo ya?" tanya wanita dengan rambut sebahu berwarna coklat sambil menyenggol lengan Mala yang sedang main hp.

"Mana-mana? tanya wanita manis dengan rambut di capol.

Mala yang sandari tadi main hp menoleh apa yang tadi Rara bilang.

Deg!

"Iyah yah Mal, ko mirip ya sama lo. Atau jangan-jangan lo punya saudara kembar? tanya Lisa yang tadi rambut di capol.

"M-mada ada mirip! ya kali gue punya saudara kembar kan gue anak ke dua dan yang pertama bang Andre" jelas Mala dengan sedikit gugup.

Mala melihat Amel tidak suka. Tapi kenapa Amel ada di sini dan memakai pakaian pelayan? Apa dia kerja? tapi ko dia kerja? apa uang yang Papah berikan tidak cukup? Banyak pertanyaan yang ingin Mala tanyakan tapi ia urungkan untuk apa toh ia peduli.

"Mbak" panggil Rara

Amel menghampiri yang tadi memanggilnya untuk memesan makanan.

"Iyah mbak ada yang mau di pesan lagi?" ucap Amel sambil memberi menu makanan di cafe ini.

"Hehehe nggak Mbak tadi kita-kita udah pesan sama pelayan lain" cengengesan Rara.

"Tuhkan mirip!" ucap Rara kepada Mala.

Lalu Mala menatap Amel dan Amel pun menatap Mala kaget.

"Ma-, ucapan Amel terpotong karena dapat pelototan dari Mala. Amel tahu bahwa Mala tidak mau mempunyai saudara seperti dirinya.

"Kalau begitu saya permisi" Saat ingin jalan langkah Amel berhenti.

"Ehhh, tunggu Mbak!" Rara mencekal tangan Amel, agar Amel jangan dulu pergi.

"Mbak ko mirip sama teman saya yah? namanya Mala" tanya Rara.

Amel tersenyum simpul ia ingin sekali memberitahunya kalau ia dan Mala kembar, tapi Amel tidak mau membuat Mala malu sekaligus marah.

"Apaan sih Ra orang gak mirip juga!" sinis Mala.

"Iyah benar Mbak, kalau kembar juga mungkin saya namanya pasti ada mirip-miripnya" jawab Amel.

"Emang nama Mbak siapa? tanya Lisa.

"Amel mbak" jawab Amel.

"Tuhkan orang namanya aja beda, ya kali gue punya kembaran! apa lagi kembaran kaya dia. Ogah gue!" sinis Mala

Sakit itu yang dirasakan Amel saat ini. Amel menahan air matanya agar tidak jatuh, buru-buru Amel pergi dan langsung ke kamar mandi.

Amel menangis tak bersuara, sakit saat kembarannya tidak menganggapnya sebagai saudaranya. Mungkin menurut mereka itu lebay! tapi tidak dengan Amel ia sangat sakit tidak dianggap oleh saudara kembarnya apa lagi oleh keluarganya.

"Mal kenapa kamu seperti ini? apa salah Kakak  sama kamu Mal? Amel menangis saat dirinya tidak dianggap oleh adiknya sebagai saudara kembarnya.

Amel meremas rambutnya kenapa tiba-tiba kepalanya pusing sekali? ini pusing yang tidak biasanya.

Brukkk

Brakkk

"Amel."

*****

Seorang gadis cantik yang sedang menunggu seorang gadis untuk sadar dari pingsannya di ruangan serba putih.

Ia begituh khawatir akan keadaannya.

"Amel, ayo dong sadar" khawatir Clara.

Tak lama jari-jari Amel bergerak membuat Clara tersenyum.

"Euhhh, kak Clara"

"Akhirnya lo sadar juga"

"Aku haus kak"

Clara langsung memberikan minuman kepada Amel.

"Kak aku ko bisa ada disini?" tanya Amel bingung kenapa ia ada disini? bukannya tadi ia ada di cafe.

"Tadi lo pingsan di kamar mandi cafe dan kebetulan gue ada di situ"

Clara merasa kasihan melihat keadaan Amel, awalnya Clara tidak tahu kalau Amel kerja di cafe kakaknya.

"Kakak ko bisa bawa aku ke sini?" Amel bingung mengapa ia dibantu oleh Clara.

"Tadi pas di cafe, awalnya gue mau ke Abang gue ka Angga. Trus gue liat lo nangis gitu ke kamar mandi dan gue penasaran takut Lo kenapa-kenapa. Benar apa yang gue duga ternyata lo kenapa-kenapa gue denger ada suara jatuh dan gue buru-buru minta tolong terus kebetulan deh ada abang-abang gue minta tolong ke Abang itu aja buat dobrak pintu kamar mandi" jelas Clara.

"Ka Angga?"

"Iyah abang gue"

Amel langsung memeluk Clara "Makasih yah ka, udah mau nolong aku."

"Iyah sama-sama" sambil membalas pelukan Amel.

*****

Pagi hari yang begitu cerah memancarkan cahaya matahari tembus ke jendela kamar membuat seorang pria terusik tidurnya.

"Euhhh, silauw banget sih" sambil membalikkan tubuhnya membelakangi cahaya yang tembus ke jendelanya.

"Revan bangun!' gedoran pintu membuat ia terganggu tidurnya.

"Revan mamah dobrak nih pintunya" teriak sang mamah.

"Iya-iya Revan bangun" sambil membuka pintu.

"Dari tadi di gedorin juga! Liat udah jam berapa sekarang? kamu itu harus sekolah Revan! baru masuk kemaren masa kamu telat!" ngomel mamah Revan.

"iya-iya bawel"

"Ngomong apa tadi? coba sekali lagi mamah nggak denger?"

"Mamah bawel" jelas Revan.

"Dasar anak lucnut, Mamah bawel itu karena sayang sama anaknya. Udah cepet siap-siap mamah tunggu di bawah!" langsung pergi meninggalkan kamar Revan.

"Udah mah dikatain anak lucnut lagi, untung Mamah kalau nggak ehhh udah di pites. Astaghfirullah berdosa banget kamu nak" gumam Revan.

*****

Sesampainya di sekolah banyak orang melihat kagum pada Revan apalagi kaum hawa.

"Anak baru deh kayanya"

"Huaaa cogan tambah lagi"

"Pacar gue. Awas kalau ada yang rebut, gue sumpahin burutan"

"Buset ganteng amat"

"Bang ini pawangmu tertinggal"

"Etdass pacar halu gue nambah satu"

Masih banyak lagi bisikan Bahakan sampai terang-terangan ngomong, membuat Revan cepet-cepet menuju kelasnya XII MIPA 1.

"Buset baru masuk kemaren aja lo udah banyak yang suka" ucap Beta sambil duduk disebelah Revan.

"Padahal gue juga anak baru di sini bareng sama lo, tapi nggak ada yang muji gue. Bukannya muji malah ngatain gue kriwil lagi utung yang ngatain gue bening-bening. lanjut Beta.

"Emang lo kriwil!" 

"Buset pedes amat mulut Lo"

"Emang" langsung pergi meninggalkan Beta.

"Untung temen, sabar bet orang sabar di sayang cewe bening" sambil ngelus-ngelus dada sambil nyusul Revan.

"Woy Beta!" teriak seorang pria ganteng dengan dasi di ikat di kepala.

Beta merasa terpanggil dan langsung berbalik.

"Lo nyah ku Akoh digorowokin" cemberut pria tadi

"Beisik kutu kuda"

"Gue ganteng gini dikatain kutu kuda dasar kriwil"

"Ehhh, tunggu es beku mana? bukannya tadi Ama lo Wil"

"Lo sih berisik jadi gue kehilangan jejak kan!"

"Yaelah maaf deh" dengan cengiran sambil menunjukan deretan giginya.

Pria ganteng tadi adalah Farel lebih tepatnya sepupuan sama Revan dan teman Beta juga.

*****

"Baik anak-anak kita sudah belajarnya sampai sini nanti kita lanjut besok" ucap Bu Linda.

"Iya Bu" jawab seisi kelas.

"Ehh, kayanya kursi gue rusak deh" ucap Tamara.

Amel yang dari tadi nulis merasa terpanggil.

"Ehh, Amel tolong dong ambilin kursi buat gue di gudang" ucap Tamara dengan sedih.

"Maaf Tamara aku nggak bisa aku lagi nulis" tolak Amel dengan halus.

"Lo jahat banget sih sama temen sendiri juga, masa gk mau bantuin gue" sedih Tamara

"Emangnya Yura sama Mila kemana?"

"Mereka pergi ke kantin ninggalin gue, plis dong bantu gue soalnya kaki gue lagi sakit. Lo gak kasian apa sama gue"

Amel tidak tega melihat Tamara

"Iya aku bantu"

"Makasih yah Amel, lo baik banget"

Amel pergi ke gudang sekolah yang tempatnya jauh dari kelasnya, ia sambil membawa kursi yang sudah rusak untuk diganti dengan yang lebih bagus. Namun, saat ingin balik kekelas pintu tertutup dan terkunci dari luar.

"Yess, rencana kita berhasil" ucap Yura bersama gengnya.

"Rasain lo, yuk cabut"

"Tolong, tolong, tolong aku siapapun itu" teriak Amel sambil ngendor-ngedor pintu

"Hiks..hiks.. Mamah Papah, Amel takut" tangis Amel sambil menyenderkan tubuhnya pada pintu.

"Tolong siapapun, tolong Amel hiks..hiks, disini gelap tolong Amel"

"Aaaaaaaaaa kecoa, tolong, tolong" teriak Amel.

Revan yang dari tadi jalan mendengar suara minta tolong dari arah gudang, suara itu ia sangat mengenalnya.

Buru-buru Revan lari ke arah gudang.

Tok tok tok

suara ketukan di kaca membuat Amel dan bangkit ke arah kaca.

"Amel ini aku, sebentar yah aku dobrak dulu pintunya"

"Tolong, Amel udah gk kuat lagi"

Brakkkk

"Amel"

Revan langsung memeluk Amel dengan erat.

"Kepala aku pusing."

"Kamu bertahan yah kita ke rumah sakit sekarang."

Revan langsung membawa Amel ke rumah sakit.

Banyak pasang mata yang melihat dirinya dan juga Amel, ada rasa kasihan pada Amel ada juga yang merasa iri pada Amel karena dibawa oleh pria ganteng yang mereka Kagumi.

Revan hiraukan tatapan mereka karena yang jauh penting adalah keadaan Amel.

Dan membawa Amel menuju ke rumah sakit.

"Dokter!" teriak Revan dengan lari tergesa-gesa.

"Sus cepat bawa pasien" ucap dokter kepada suster.

Namun, saat Revan mau masuk di cegah oleh suster.

"Maaf dek, adek dilarang masuk silahkan adek tunggu diluar" jelas suster.

"Jangan buat aku khawatir Mel, aku gak mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya" batin Revan.

Setelah menunggu lama akhir pintu terbuka menampilkan seorang dokter.

"Gimana dok?" tanya Revan kepada dokter yang memeriksa Amel.

"Alhamdulillah pasien baik-baik saja, Sekarang pasien telah sadar. Kalau begitu saya permisi" jawab dokter.

Revan langsung masuk yang dimana Amel sedang berbaring lemah.

"Kamu nggak kenapa-kenapa?" tanya Revan sambil mengelus-elus kepala Amel.

Amel menatap Revan bingung pasalnya ia baru kenal dengan kakak kelasnya. Tapi, Amel merasa begitu dekatnya.

Amel mengingat-ngingat. Namun, hasilnya nihil. Amel tidak mengingat apa pun.

"Hey ko bengong, lagi mikirin apa? apa ada yang sakit?" cemas Revan.

Amel menggeleng pelan "Enggak ka, aku nggak kenapa-kenapa."

Revan langsung mengambil minum yang ada di nangkas dan langsung memberikan pada Amel "Nih minum dulu yah"

"Eummm ka"

"Iya"

Belum sempat Amel lanjut bicara.

Kriuk kriuk

Revan tersenyum saat mendengar suara perut Amel.

"Kamu lapar?"

Amel mengangguk malu "Heheheh iya ka"

"Ya udah biar kakak beliin bubur dulu" sambil mengelus-elus kepala Amel.

Amel mengangguk pelan sambil tersenyum malu.

Setelah Revan pergi untuk membeli bubur dan datang seorang dokter masuk ke kamar rawat Amel.

"Maaf mengganggu waktu istirahat"

"Iya dok tidak apa-apa"

"Saya ingin memberikan hasil dari pemeriksaan uji lab tadi dan ini hasilnya" sambil menyerahkan hasil uji lab kepada Amel.

Amel menerima dan langsung membuka semoga ia baik-baik saja.

Butiran bening membasahi pipi Amel dan tangannya bergetar "Kanker?"

"Iya anda terkena penyakit kangker stadium 3, sebaiknya anda beritahu kepada orang tua anda. Dan tetap semangat melawan penyakitnya semoga cepat sembuh" ucap dokter dan langsung meninggalkan Amel.

Amel menangis histeris "Enggak mungkin hiks...hiks..aku nggak mau"

Dan buru-buru Amel masukan kertas tadi ditas miliknya.

"Mengapa disaat seperti ini engkau berikan cobaan yang begitu besar? Tuhan izinkanlah aku untuk merasakan kebahagiaan sebelum engkau memanggilku."

*****

"Makasih ya kak, kakak udah mau nolongin Amel terus ngantarin Amel pulang juga" ucap Amel.

Revan tersenyum "Iyah sama-sama, jangan lupa istirahat. Kalau gitu kakak pamit."

Sebelum masuk ke rumah Amel menghela napas pelan, semoga orang tuanya ada. Amel ingin memberikan hasil tadi kepada orang tuanya.

"Bi mamah sama papah dimana yah bi, ko nggak ada?" tanya Amel pada bi Ana.

"Anu non, tadi katanya orang tua non sama Mala pergi liburan" jawab bi Ana, jujur bi Ana sebenarnya tidak mau memberi tahu Amel bi Ana takut Amel akan sedih dan benar dugaannya.

"Mereka liburan tanpa ngajak Amel, ya sudahlah bi. Amel ke kamar dulu"

Ada rasa sakit tapi Amel hanya bisa pendam.

Ini bukan pertama kalinya Amel ditinggal oleh orang tuanya berlibur dan di tinggal orang tuanya jika ada acara-acara lainnya.

Amel sudah terbiasa akan hal itu.

"Ka aku kangen kakak."