Seminggu berlalu....
Selama seminggu ini, Lepus dan Brisa menghabiskan waktu menunggu jawaban Muret dengan jalan-jalan keliling kota Notice dan membeli berbagai jenis buku.
Lepus kebanyakan menghabiskan waktu dengan membaca dan mempelajari soal navigasi, kelautan, meteorologi klimatologi, dll.
Selama seminggu ini, setiap kali mereka berdua datang dan berada di restoran, mereka selalu diamati oleh orang-orang.
Tentunya mereka hanya mengamati saja.
Mereka tak berani melakukan hal-hal yang nekad seperti berusaha merampok ataupun mencuri buah iblis putih yang Lepus simpan.
Buah iblis putih itu Lepus temukan saat dia dan Brisa berada di pulau tak berpenghuni sebelumnya. Mereka menemukannya saat menjelajahi pulau.
Hari ini adalah hari terakhir tenggat waktu yang Lepus berikan untuk jawaban Muret.
(Aku harap dia mau ikut....)
Lepus berharap di dalam hati.
Saat ini hari sudah senja, Lepus dan Brisa menunggu di restoran.
Beberapa lama kemudian, sekelompok anak muda memasuki restoran dan kemudian menghampiri ke meja dimana Lepus dan Brisa berada. Tentunya sekelompok anak muda itu adalah Muret, juga Bellamy cs lainnya.
Semua mata pun tertuju pada mereka.
Lepus kemudian bicara pada Muret.
"Kau datang juga.... Jadi, apa keputusanmu?"
"Aku... ingin tanya sesuatu."
"Tanya saja."
"Berapa banyak kru-mu saat ini?"
"Hanya aku dan Brisa. Tiga jika kau ikut."
"Kau sudah punya kapal?"
"Belum. Kapal tak bisa dikendalikan oleh 2-3 orang saja. Dan selain itu, aku masih harus mempelajari dan mempersiapkan banyak hal lainnya. Aku tak buru-buru."
"Begitu ya.... Tapi bukannya kau punya harga buruan? Apa kau tidak takut dikejar-kejar?"
"Ah~.... Aku tak khawatir soal itu. Kau juga tak perlu khawatir jika ikut dengan kami."
".... Apa aku boleh bawa teman-temanku?"
"Aku hanya menginginkanmu."
Mendengar Muret yang menanyakan pada Lepus apa boleh mereka Muret ajak, teman-temannya menyela.
"Muret! Kau tak perlu mengajak kami!"
"Benar, Muret! Kau tak perlu khawatir meninggalkan kami!"
"Tenang saja dan ambil kesempatan ini!"
"Kau terima saja! Mungkin saja kami akan membentuk kru sendiri. Lagipula kota ini membosankan. Dan mungkin saja kita akan bertemu lagi suatu hari nanti!"
"Benar, Muret! Kau terima saja! Ini kesempatan berharga bagimu!"
Mendengar bujukan teman-temannya, Muret terdiam sejenak untuk berpikir. Kemudian dengan wajah tegas, dia menatap Lepus dan berkata.
"Baiklah. Aku ikut."
Mendengar jawaban Muret, Lepus tersenyum.
"Bagus. Selamat bergabung."
Setelah itu, Lepus mengeluarkan sesuatu dari tasnya, yaitu buah iblis putih dan menyerahkannya pada Muret.
"Seperti yang kujanjikan, ini untukmu."
"Kau... yakin akan berikan buah iblis ini padaku? Bukannya ini sangat berharga?"
"Tidak masalah. Aku sudah berjanji lagipula. Makan saja. Sekarang juga."
"Itu.... Baiklah."
"Oh, sedikit peringatan bagimu, jika kau memakan buah iblis, kau takkan lagi bisa berenang. Dan juga... jika kau berusaha kabur dariku, meskipun kau lari ataupun sembunyi ke ujung dunia, aku bisa menemukanmu."
".... Aku mengerti."
Muret kemudian mengangkat dan mendekatkan buah iblis itu ke mulutnya.
Melihat Muret yang bersiap untuk memakan buah iblis itu, orang-orang merasa berdebar-debar.
Muret kemudian menggigit buah iblis itu.
"Ugh!"
"Ah! Aku lupa memberitahu kalau rasanya sangat tidak enak."
Meskipun merasa jijik dan ingin muntah, Muret pun menelannya.
Beberapa lama kemudian, Lepus bertanya.
"Apa kau merasakan suatu perubahan pada dirimu?
"Aku... Entahlah."
"Cobalah untuk berkonsentrasi dan kemudian lambaikan tanganmu."
"Baiklah."
Kemudian Muret pun memfokuskan diri.
Orang-orang juga merasa berdebar-debar dan bertanya-tanya kekuatan apa yang Muret dapatkan.
Setelah beberapa lama diam berkonsentrasi, Muret kemudian melambaikan tangannya. Dan yang terjadi adalah... keluar sedikit cairan putih dari tangannya!
"""Hm? Itu... apa?""''
Semua orang bertanya-tanya.
Kemudian Muret dengan sedikit tersenyum masam menjawab.
"Sepertinya... Susu?"
""'"Su-su...? Susu!?"""
Orang-orang terkejut!
Kemudian Lepus bicara.
"Hmm.... Susu, ya.... Jadi kekuatan yang didapatkan adalah bisa menghasilkan dan/atau memanipulasi susu. Meski begitu, ini juga tak bisa diremehkan. Karena akan cukup menarik jika membayangkan musuh ditenggelamkan dengan kemewahan mandi susu. Heahahahaha!"
"Apa yang kau katakan!? Hmph!"
Melihat Muret yang sedikit sebal dan cemberut, Lepus kemudian berkata padanya.
"Baiklah.... Muret, kau bisa namakan buah iblis baru yang kau dapatkan berdasarkan kekuatan yang diberikan. Lalu, akan kau namakan apa?"
"Hmm.... Karena kekuatan ini adalah menghasilkan susu, aku namakan saja.... Miru Miru no Mi!"
"Miru Miru no Mi? Miru dari Miruku, ya? Yah, terserah kau lah."
Kemudian Muret kembali bertanya.
"Lalu.... Kapan kita akan pergi?"
"Oh.... Akan kuberi kau waktu 3 hari untuk persiapan dan perpisahan."
".... Baiklah. Terima kasih."
"Sama-sama."
Kemudian Lepus berdiri dan berkata dengan lantang.
"Baiklah! Perhatian semuanya! Untuk merayakan ini, aku akan traktir semua makan dan minum kalian untuk malam ini! Kita pesta!"
"""Ooooohhhhhh!"""'
Mendengar pernyataan Lepus, orang-orang di restoran pun bersorak!