webnovel

OH MY CEO

Luna(24) adalah seorang gadis cantik dan menarik dengan paras bak model, ia bekerja sebagai sekertaris diperusahaan ternama selama enam tahun tapi suatu hari ia dikejutkan karena ternyata bos penggantinya yaitu Kevin (24) pria tampan yang maskulin yang selalu menggodanya ternyata adalah teman sekolahnya saat SMP dulu yang selalu dibullynya. Hidupnya berubah saat cinta menghinggapi mereka berdua, tapi kenyataan jika Kevin telah dijodohkan dengan seorang wanita bernama Monic membuat mereka terjebak dalam situasi yang rumit, Monic sendiri adalah seorang mantan narapidana karena saat kuliah dulu ia mencoba meracuni wanita yang akan dinikahi oleh pria yang dicintainya. Monic ingin membalas dendam melalui Kevin yang tidak lain adalah sahabat dari pria yang dicintainya. Dengan niat yang buruk memisahkan persahabatan mereka Monic nekat meminta dijodohkan dengan Kevin oleh ayahnya, tapi tanpa Monic sadari ia telah jatuh cinta pada Kevin dan membuat hubungan Luna dan Kevin semakin memburuk. Monic yang tidak terima dengan hubungan Luna dan Kevin lantas membuat Luna dan Kevin mengalami kecelakaan dan membuat Luna dan Kevin kehilangan ingatan tentang perasaan cinta mereka melalui Hipnoterapy dengan memanfaatkan adik angkatnya. Akankah Luna dan Kevin bisa menang melawan Monic dan dapat menemukan cinta mereka?? ****************************** Sinopsis vol.2 (Destiny of love ) Mia & Varell Pernahkah kamu membayangkan, menikahi pria yang mencintai sahabatmu sendiri? Bukan karena sebuah perjodohan.. Tapi karena kami memang berjodoh. Aku Mia, Ibuku telah meninggal sejak beberapa tahun yang lalu dan kini aku tinggal bersama dengan Luna sahabatku karena ayahku telah menikahi wanita lain dan membuatnya mengabaikanku. Suatu hari ayahku mencariku, aku sangat bahagia.. Dia telah kembali perduli padaku tapi ternyata aku salah.. Cinta dapat mengubah segalanya.. Bahkan cinta seorang ayah yang berubah karena ia menemukan cinta yang membutakannya. Ayahku menjodohkanku.. Bukan dengan pria kaya dan tampan tapi pria tua yang sudah bau tanah dengan alasan hidupku akan sejahtera tapi sebenarnya hanya untuk menyelamatkan perusahaannya yang hampir bangkrut. Singkat cerita ayahku memaksaku untuk ikut dengannya dan di saat aku hampir tidak dapat menyelamatkan diri, dia datang. Varell namanya, pria yang cukup aku kenal karena ia menyimpan perasaan pada sahabatku Luna. Ia mengatakan pada ayahku bahwa dia adalah kekasihku.. Dan dari situlah kisah kami dimulai... Kami terjebak dalam situasi yang mengikat kami.. Dan dengan hati yang terluka kami memutuskan untuk hidup bersama. Menutupi kesedihan kami dengan hari bersama memulai kebahagiaan kecil yang tanpa kami sadari membuat kami lupa akan luka di hati kami. Apa semua itu disebut dengan cinta? Setahu kami, cinta tidak seperti itu karena kami hanya mengenal cinta yang bertepuk sebelah tangan. Lantas jika hati kami sama-sama memiliki kabut hitam, apakah hati kami akan sembuh jika kami bersama merasakan badai salam hati kami.. Akankah kami dapat melihat pelangi yang sama? **** hi, terimakasih karena sudah membaca novel buatan ku. Aku akan sangat menghargai setiap review serta komen yang kalian berikan. Kalian bisa menghubungi ku di : lmarlina8889@gmail.com

mrlyn · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
196 Chs

Hari yang menyebalkan

"Trinng..tring...tring" Suara bunyi ponsel Luna menggema membuatnya terbangun.

Nafasnya terengah ini sudah hampir seminggu dan selama itu juga Luna selalu memimpikan kejadian itu, kejadian disaat Kevin menggendongnya di hadapan semua orang dan menurunkannya di tempat parkir begitu saja

"Mimpi sialan, dan siapa yang menelponku sepagi ini?" Luna mengacak rambutnya frustasi, dia melirik ke arah jam dan waktu menunjukan pukul 05.45 dan ini masih begitu pagi bahkan ini adalah weekend siapa yang berani mengganggunya. Lalu suara dering ponsel kembali menggema dengan malas Luna berusaha mencari dimana keberadaan ponselnya.

"Cowo gilaaaa, mau apa dia menghubungi ku sepagi ini?" Luna memekik dia hampir saja melempar ponselnya saat melihat nama Kevin di layar.

"Hallo,"

"Ku tunggu lima belas menit lagi di rumah ku, ada rapat mendadak jika kamu terlambat aku akan memotong gajimu lima puluh persen bulan ini."

Ada apa ini? Ia belum berkata apapun, tapi pria di balik ponsel itu telah memerintahnya disertai sebuah ancaman. Luna semakin frustasi dibuatnya, saat belum sempat Luna berkata teleponnya telah di tutup.

"Kevin kyaaaa aku ingin membunuhmu!" Pekiknya di balik bantal.

Luna segera melemparkan ponselnya kesembarang arah dengan gaduh, ia berlari kekamar mandi bahkan hingga ia terpeleset dan terjatuh duduk.

"Kevinnnn..." Pekiknya geram, ini masih terlalu pagi untuk memulai hari dengan sebuah kesialan. Dengan sigap Luna beranjak bangun membasuh wajahnya dan menyikat giginya sambil terus mengumpat dengan sumpah serapah yang ditujukan kepada bosnya itu.

"Oh tidak, ini tidak akan keburu!" Ucapnya saat melihat jam, hanya tersisa 10 menit lagi dan dengan frustasi ia lalu meraih pakaian formalnya di dalam lemari secara acak dan memasukannya kedalam tasnya tidak lupa dengan sepatu dan tas makeupnya.

"Luna mengapa kamu seperti siput cepatlah sedikit." Titahnya kepada dirinya sendiri, ia lalu berlari keluar apartemenya dengan tergesah dan dengan piama merah yang masih menempel ditubuhnya dan juga rambut yang terikat berantakan.

"Kevin sialan,,," Pekiknya sepanjang jalan sambil terus berlari sampai menuju halte bus untung saja bus telah beroprasi mulai jam lima pagi jika tidak tamatlah sudah, merelakan gajinya di potong itu tidak akan pernah terjadi.

Dengan gelisah Luna menunggu saat bus yang dinaikinya berjalan pelan, jika menunggu sampai halte berikutnya pasti memakan waktu setidaknya 10 menit maka Luna memutuskan untuk berhenti di halte depan dan berlari dengan cepat memotong jalan menuju rumah Kevin.

"hosh,," nafasnya terengah saat tiba di depan gerbang rumah Kevin.

"mengapa orang kaya memiliki halaman seluas ini? kyaaaaaa menyebalkannnn." pekiknya dengan sisa tenaganya ia berlari di halaman rumah Kevin sedangkan Kevin telah menunggu di depan pintu sambil melihat arlojinya.

"lima, empat, tiga, dua dan sa.." Kevin menghitung mundur tepat saat angka terakhir akan diucapkanya pintupun terbuka.

"Hampir saja." ucap Kevin dengan nada mengejek sedangkan Luna hampir pingsan karena kehabisan nafas.

Kevin menyodorkan segelas air putih di hadapan Luna yang duduk lemas di depan pintu, ia tersenyum setidaknya pria dihadapannya ini masih memiliki sedikit hati yang bersih.

"Terima,,," Belum sepat kata terima kasih terucap dari mulut Luna, Kevin dengan cepat menarik gelasnya dan meminum air itu dihadapan Luna.

"Minum air putih dipagi hari memang sangat menyegarkan." Ucap Kevin tersenyum.

"Kevinnnnn" Pekik Luna tidak tahan, tapi Kevin mengabaikanya dan berjalan meninggalkanya.

"Cepat buatkan aku sarapan." Perintahnya sambil berjalan menuju meja makan.

Dengan perasaan kesal yang masih menyelimuti hatinya Luna berjalan sambil membanting kakinya dan mengerucutkan bibirnya cemberut.

sesampainya di dapur ia lebih dulu mengambil air putih dan meminumnya dengan tidak sabar karena rasa haus yang hampir mencekiknya.

Sambil menyeka bibirnya yang basah iapun mulai memasak.

Tiba-tiba terlintas dipikirannya untuk memberi sedikit pelajaran kepada bosnya itu.

"Apa kamu tidak mandi?" Suara Kevin yang tiba-tiba berada disebelahnya membuatnya hampir terkena serangan jantung terlebih ia baru saja memasukan dua sendok garam kedalam nasi goreng yang dibuatnya.

Dengan perasaan tegang takut perbuatanya diketahui oleh Kevin dia menjawab dengan sedikit gugup.

"ba.. bagaimana aku bisa mandi, kamu tidak memberitahu sebelumnya jika akan ada rapat di hari libur dan memberikanku ancaman yang kejam saat aku bahkan belum benar-benar membuka mata." Jelasnya kesal, Kevin lalu menunduk menyembunyikan senyumnya.

"Tapi aku sudah membasuh wajahku dan menyikat gigiku, tidak bau kan?" Jelas Luna sambil meniup sedikit udara dari mulutnya karena ia tidak ingin Kevin mengira dia sangat jorok.

"Kamu ingin menciumku?" Kevin mendekatkan wajahnya membuat Luna melengkungkan tubuhnya kebelakang dan membuatnya hampir terjatuh tapi Kevin meraih pinggangnya dan menariknya hingga tidak ada jarak diantara mereka.

"Perasaan apa ini?" Kevin berkata mengambang membuat Luna penasaran.

"Ah ini perasaan seperti pengantin baru." Lanjutnya berbisik membuat mata Luna membulat, apa yang ada dipikiran bosnya ini.

"Saya telah sering membuatkan anda sarapan, jangan berlebihan pak." Ucap Luna melepaskan dirinya dan melanjutkan memasak.

Kevin tersenyum karena telah berhasil mengoda Luna, jelas terlihat wajahnya memerah.

"Cepatlah, kamu ingin membiarkan suamimu ini mati kelaparan?" Luna memasang wajah jengkel bagaimana bisa bosnya ini sungguh gila dengan berkata begitu.

"Sejak kapan aku menikah denganmu?" Luna berceloteh pelan dan terdengar samar-samar oleh Kevin sambil meletakan nasi goreng dihadapan Kevin setelah itu Luna hendak beranjak pergi tapi Kevin mencegahnya dengan memegang pergelangan tangan Luna.

"Jadi kamu ingin aku segera meresmikannya?" Luna tidak mengerti apa yang dikatakan Kevin dengan senyum penuh maknanya.

"Apa yang anda katakan pak? tolong bersikap profesional-lah!" Luna berusaha tersenyum mengapa Kevin dilahirkan dengan sifat menyebalkan yang alami seperti ini kapan saja dirinya membuka suara pasti itu terdengar menjengkelkan bagi Luna.

"Kamu mengatakan kapan kita pernah menikah bukan? jadi ku bilang apa kamu ingin aku meresmikannya secepatnya?"

"Apa kamu sudah kehilangn akal?" Pekik Luna menarik tanganya mengapa ia begitu bodoh mau mendengarkan kalimat menggelikan itu dari Kevin.

"Wajah marahmu masih sama seperti dulu." Kevin tertawa penuh kemenangan dia telah berhasil membuat Luna kehilangan kesabarannya dan melupakan sikap formalnya.

"Makan saja, Kamu bilang bukankah kita ada rapat mendesak." Ucap Luna sambil menyuapi Kevin dengan tidak sabar.

"eum enak sekali masakan istriku." Puji Kevin.

"Apa dia mati rasa?" Gumam Luna dalam hati.

Tunggu dulu, istri dia bilang? Luna segera meletakan sendoknya dan duduk di sebelah Kevin dengan wajah kesal.

"Kamu tidak makan?" Tanya Kevin sambil memasukan kembali nasi goreng buatan Luna kedalam mulutnya, terlihat dia sangat menikmati makanannya.

"Tidak, aku tidak lapar!" Jawab Luna ketus, ia menunggu Kevin menghabiskan sarapannya dan berharap dapat melihat wajah Kevin yang jengkel karena nasi goreng asin buatannya tapi sepertinya Kevin tidak merasakan apapun. Ia makan cukup lahap, apa ia terlalu sedikit menaruh garam untuk mengerjainya?

"Makanlah, aku tidak ingin di buat repot olehmu karena sakit perut disaat rapat nanti."

"Aku akan membuatnya lagi." Luna baru akan beranjak bangun Saat Kevin memegang tangannya dan membuat Luna mengurungkan niatnya.

"Tidak perlu, aku rasa nasi goreng ini cukup untuk kita berdua." Mata Luna melotot saat Kevin meletakan sendok di tangan Luna sambil tersenyum.

"Makanlah" Perintahnya sambil tersenyum.

"Enak bukan?"Tanya Kevin saat Luna mengunyah makananya dengan wajah terpaksa.

"Cukup enak sampai membuatku terkena hipertensi." Lanjutnya dengan wajah kesal.

"Karena aku sangat perhitungan, jadi habiskan makanan ini jangan sampai tersisa satu butirpun" ucap Kevin tersenyum menatap Luna dengan tatapan intimidasi membuat Luna mau tidak mau memakan nasi goreng penuh garam itu.

....