webnovel

Teman masa lalu

Luna tersenyum sambil memegang sebuah pisau dan garpu memakan potongan steak yang telah dipotongnya terlebih dahulu. Senyum merekah terukir diwajahnya sambil sesekali bercanda dengan teman-teman sebayanya yang juga sedang menyantap makan malam menyenangkan itu.

Malam ini adalah reuni SMP-nya yang memutuskan berkumpul bagi mereka yang kini menetap di

Jakarta. Luna sangat ingin mengikuti reuni ini karena selama ini ia selalu tidak dapat hadir tapi kali ini ia harus hadir jika tidak teman-temannya akan terus menerornya melalui chat-chat meneyebalkan yang menyudutkannya. Dengan susah payah Luna mendapatkan ijin pulang lebih cepat dengan alasan sakit agar Kevin mengijinkannya pulang lebih awal, lagipula selama ini ia selalu pulang larut malam mengikuti jadwal kerja Kevin yang padat jadi meskipun sedikit berbohong bukanlah sebuah masalah besar toh Kevin tidak akan mengetahuinya.

Luna tersenyum mengingat ia dapat lepas dari perkerjaan yang sangat mengekangnya itu dan reuni ini sangat menyenangkan karena ia selalu bekerja Luna tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengikuti acara seperti ini, melihat teman lamanya yang kebanyakan telah menikah dan bahkan memiliki seorang anak membuatnya sangat bahagia setiap mendengar cerita teman-temannya yang menceritakan kisah cinta mereka dan juga tingkah lucu anak mereka dan juga hal menyebalkan dimana banyak dari mereka menyombongkan diri mereka sendiri dengan pencapaian yang mereka dapatkan sejauh ini.

"Apa kamu sudah menikah?" Tanya gadis berambut sebahu dengan lesung pipinya yang membuatnya terlihat manis kepada Luna yang membuat Luna hampir tersedak.

"Aku bahkan belum pernah berpacaran." Jawab Luna malu-malu membuat teman-temanya tidak percaya terlebih dengan parasnya yang begitu rupawan rasanya mustahil jika Luna belum pernah berpacaran sepanjang hidupnya.

"hei, kamu bergurau. Kamu gadis tercantik yang pernah ku kenal, bagaimana mungkin kamu belum pernah berpacaran?" ucap pria berbetel licin yang duduk berhadapan dengan Luna menatap Luna penuh makna seakan menggodanya, membuat Luna sangat tidak nyaman dan hanya dapat memaksakan senyumnya.

"Astaga, apa jangan-jangan kutukan Kevin sicupu masih melekat padamu?" Celetuk salah seorang temanya yang berbadan gempal, terlihat jelas jika dia sudah memiliki seorang anak. Mendengar perkataan temannya itu, Luna merasa bulu kuduknya merinding seketika, ingatan tentang Kevin pria cupu yang selalu mengikutinya bagai ekor saat di sekolah dulu.

"Oh aku ingat, dia berkaca mata tebal dan bergigi kawat bukan? dia berkata seperti ini..." Si gadis berlesung pipi itu mengejek sambil menirukan perkataan Kevin dulu saat Luna mendorongnya di depan kelas.

"Lihat saja, kamu terus mengacuhkan ku, jika dewasa nanti akan aku buat kamu menjadi pengantinku!" Astaga, suara itu terasa mengerikan bahkan masih terdengar dengan jelas suaranya yang begetar saat mengatakan itu membuat ingatan Luna berputar mengingat siapa Kevin yang selalu mengikutinya sehingga ia harus membullynya agar Kevin menjauhinya tapi bukan malah jauh pria itu malah semakin mendekatinya hingga membuat Luna geram dan akhirnya mendorong kasar Kevin hingga ia terjatuh di depan kelas dan menjadi bahan tertawaan dan disitulah sumpah itu terucap.

"Sudahlah jangan membahasnya, kalian membuat Luna tidak nyaman." Varell yang dulu adalah sang ketua osis yang tampan dan populer itu akhirnya membuka suara membuat Luna merasa tenang.

"Lihatlah, waktu telah berlalu kalian berdua masih sangat mengesankan. mengapa kalian tidak menjalin hubungan saja?" Wanita bertubuh gempal itu menyarankan tapi Luna dan Varell memang terlihat sangat serasi terlebih saat duduk berdampingan seperti ini.

"Maaf aku terlambat, sekretarisku mengatakan jika dia kurang sehat jadi aku harus mengurus semuanya sendiri." Tiba-tiba pria bertubuh tegap dengan setelan suit bewarna abu-abu dengan rambut tersisir rapih dan wajah rupawan memberikan kesan maskulin dan mewah dalam dirinya datang dan langsung duduk di kursi kosong sebelah Luna.

Semua orang tertegun, begitu juga dengan Luna dia merasa familiar dengan suara berat ini, dan wangi parfume ini.

"Kevin?" Luna tanpa sadar menyebut nama Kevin yang tidak lain adalah atasanya membuat semua orang terkejut dan suasana berubah menjadi gaduh.

Benarkah dia Kevin yang tadi di bahas oleh mereka, sicupu yang seperti ekor? tapi pria ini sangat jauh berbeda, dia seperti seorang model internasional dengan paras seorang aktor.

"Kamu sungguh Kevin?" Tanya wanita gemuk itu tidak percara dengan mata melotot.

"Apakah ada Kevin lain dikelas kita Anna?" Kevin balik bertanya membuat pisau yang di pegang Anna terjatuh, sedangkan Luna masih tidak berani menoleh kearah pria yang duduk persis disebelahnya itu jika Kevin bosnya adalah benar Kevin yang dulu selalu di bully olehnya maka tamatlah sudah riwayatnya.

"Aku baru tahu, jika obat sakit adalah makan malam bersama teman-temanmu, sungguh luar biasa." bisik Kevin tanpa menoleh, benar sudah jika ternyata Kevin si cupu adalah atasanya maka riwayatnya benar-benar telah tamat hari ini juga.

"Apa kamu melalukan oprasi pelastik?" Tanya pria yang duduk dihadapan Luna dengan tatapan mengejek.

"Tidak, kalian hanya tertipu oleh penampilanku dulu saat sekolah, sebenarnya aku hanya pura-pura dengan kecupuanku. Dalam hidupku hanya saat berada dikelas aku menjadi buruk rupa."

Mendengar jawaban Kevin semua orang menganga tapi tidak dengan Luna yang tertunduk lesuh.

"Aku hanya ingin menggodanya, kalian tahu dia sangat menggemaskan tapi sepertinya dia tidak tertarik dengan pria dengan paras tampan jadi aku mengubah penampilanku." Lanjutnya menjelaskan dengan sedikit senyuman membuatnya terlihat benar-benar tampan dan juga tidak Lupa sentuhan lembut di kepala Luna yang membuat semua orang semakin tidak menyangka, sentuhan yang menyalurkan racun bagi Luna kini karena membuat hatinya berdebar sekaligus gundah karena kebohongannya terungkap dan juga kenyataan jika Kevin bosnya adalah Kevin yang dulu ditindasnya.

"Wahh, apakah itu yang disebut cinta pertama?" Celetuk wanita gemuk itu disambil dengan sorak menggoda.

"a,, aaa aku harus pulang lebih dulu." Luna beranjak bangun ia tiba-tiba menjadi gugup, lidahnya sungguh keluh dan kakinya mendadak lemas. Dia adalah Kevin yang sungguh sangat berbeda.

"Aku akan mengantarmu!" Varell dengan sigap menawarkan diri dan beranjak bangun.

"Jadi berhadapan denganku membuatmu mendadak menjadi sakit lagi? Apa kamu sedang mencari perhatianku nona Luna sekretarisku?" bagai dunia runtuh pria ini mengumumkan statusnya di depan semua teman kelasnya dulu dan sudah dipastikan jika dia akan menjadi bahan olok-olok setelah ini.

"Pak.. saya rasa ini bukan jam kerja, anda tidak perlu bersikap seperti bos saya." ucap Luna mengeratkan giginya semua orang kini memandangnya dengan tatapan mengejek.

"Apa kamu sungguh demam?" Kevin beranjak bangun, ia menyeka keringat dikening Luna dan menempelkan punggung tanganya di leher jenjang Luna membuat Luna diam mematung.

"Ku mohon jangan lewati batasmu!" Bisik Luna membuat Kevin tersenyum miring.

"Kamu bilang jangan bersikap seperti bos mu maka aku bersikap seperti Kevin si ekor culun." Bisik Kevin hembusan nafas Kevin semakin mengintimidasi Luna, tanpa aba-aba Kevin lalu menggendong Luna ditanganya meninggalkan restoran yang dipenuhi orang-orang yang penasaran dengan hubungan sebenarnya mereka.

Next chapter