Daisy menghela napas, berbalik menatap Richard kemudian duduk di tepi ranjang dengan menyilangkan kakinya.
"Kamu tidak ingin aku disakiti dan dihina lagi, memangnya apa yang bisa kamu lakukan untukku?" tanyanya dengan tersenyum sinis.
"Membawamu pergi dari sini, mungkin kita akan menikah lalu hidup dengan layak seperti orang-orang umumnya," jawab Richard sambil berkhayal.
Seketika Daisy terkekeh, melirik Richard yang membicarakan tentang pernikahan. Mengingat ibunya yang hanya dicintai lalu ditinggalkan begitu saja, padahal sudah lama bersama sang ayah membuatnya merasa sulit untuk mempercayai pria di hadapannya itu. Bagaimana pria itu berkata akan menikah hingga hidup bersama sedangkan dia belum mencintainya dan belum ada kecocokan sama sekali. Terlalu banyak hal yang perlu dipertimbangkan maka tidak ada keputusan dalam waktu secepat ini, bahkan Nicole belum tentu mengijinkannya untuk menikah.
"Buang jauh-jauh omong kosongmu itu, Tuan Richard. Jangan buang-buang uangmu hanya untuk berada di sini untuk ngobrol dengan aku ... Itu bukan pekerjaanku,"ucapnya.
"Tapi aku sangat serius, Daisy, Aku ingin membawamu bebas dari tempat ini!" sahut Richard dengan tatapan meyakinkan, lalu duduk di samping Daisy dan meraih tangannya dengan lembut sementara tatapannya sangatlah serius. "Aku janji aku akan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk kamu ... Meskipun tidak mewah, setidaknya kamu tidak perlu berada di sini, tidak perlu melayani pria-pria brengsek itu, dan tentu saja tidak akan ada yang menyakiti kamu!"
"Dan Apa alasanmu menginginkan aku?" tanya Daisy.
"Karena aku mencintaimu. Cinta pada pandangan pertama yang membuat aku merasa ingin memilikimu dan melindungimu. Aku ingin merubahmu ke jalan yang benar," jawab Richard dengan tatapan memohon,. seolah sangat ingin Daisy memahaminya.
Daisy terdiam, menatap Richard yang terlihat begitu tulus namun dia tidak bisa percaya begitu saja. Cinta pada pandangan pertama pada seorang pelacur sepertinya sangat sulit untuk dipercaya, dan mungkin saja pria di hadapannya itu tidak beda jauh dari Nicole yang akan mengambil keuntungan dengan memanfaatkan kecantikannya. Mungkin dia akan dijadikan pelacur di tempat lain, atau hanya akan disakiti seperti ibunya. Gadis itu juga berpikir jika pria ini tulus ingin menolongnya, tentunya butuh kekuatan untuk melawan Nicole dan para penjaganya karena pria itu tidak akan mampu menebus jutaan dolar untuk membawanya pergi dari sini tanpa harus takut ditangkap lagi.
"Please," lirih Richard, mengusap tangan Daisy dengan lembut. "Menikahlah denganku ..."
"Berapa uang yang kamu keluarkan untuk bisa ada di sini sekarang?" tanya Daisy, melenceng dari topik utama.
"Seribu dolar," singkat Richard.
Daisy menghembuskan nafas kasar, lalu menarik tangannya dari Richard. Dia langsung menggeser posisinya duduk di pangkuan Richard dengan posisi berhadapan, lalu mengalungkan tangannya ke lehernya. Gadis itu menatap mata si pria dengan sangat intens, lalu meraba rahangnya yang tegas dan memiliki brewok tipis.
Richard hanya diam menelan salivanya, menatap Daisy yang begitu cantik dari dekat, bahkan dia dapat merasakan halus dan hangat tubuhnya, membuatnya seperti akan bernafsu namun dia mencoba untuk menahan diri.
"Lupakan rencana mu untuk membuat ku bebas dari sini," seru Daisy, perlahan mencium pipi Richard.
"Kenapa?" lirih Richard.
"Kamu miskin, kamu tidak punya kekuatan untuk melawan Madam dan orang-orangnya," ucap Daisy dengan nada sensual. "Dan selain itu aku juga tidak bisa mempercayaimu... Aku tidak percaya pada cinta pandangan pertama, dan aku tidak siap dengan sebuah pernikahan. Aku tidak siap untuk dikejar-kejar oleh orang-orang Madam Nicole ... Aku tidak begitu yakin kamu bisa menyelamatkan aku," lanjutnya, mendorong Richard hingga berbaring kemudian duduk di atas perutnya dan perlahan melepas jubahnya.
"Daisy ... Kamu harus percaya padaku, karena aku sama sekali tidak pernah berniat untuk menyakitimu," sahut Richard, menatap Daisy yang merangkak di atas tubuhnya dan perlahan meraba bagian dadanya yang masih tertutup pakaian. Dia sungguh risih dengan perlakuan itu karena dia tidak suka bercinta dengan cara seperti ini, ini seperti bukan dengan hati dan ketulusan, ini bukan impiannya selama ini, dia tidak ingin keperjakaannya lenyap dengan cara kotor.
"Diam lah, lebih baik terima saja pelayanan yang aku berikan karena kamu sudah membayar ... Lagipula waktumu di sini tidak banyak!" seru Daisy, kemudian menunduk menciumi leher Richard.
Richard yang tidak suka dengan sikap Daisy, segera mendorongnya ke samping hingga berbaring, lalu setelah itu dia beranjak dari kasur dan berdiri.
Pria itu segera memperbaiki pakaiannya yang agak berantakan karena ulah si pelacur.
"Maaf, aku tidak bisa," ucapnya dengan cemas.
Daisy menghela napas, lalu berbaring menekuk kaki kanannya dan melirik Richard dengan malas. Dia sungguh tidak tau kenapa pria itu berlagak sok suci, seolah tidak tergoda pada penampilan saat ini.
"Kamu adalah satu-satunya customer yang tidak ingin mendapat pelayanan dariku," ucapnya. "Ada banyak sekali pria yang ingin ke sini untuk mendapatkan pelayanan dariku. Tapi kamu menolak saat kamu hampir mendapatkannya. Kamu benar-benar aneh, Jangan-jangan kamu tidak normal, kamu gay ... Kamu bahkan tidak tergoda dengan tubuh saksiku!" lanjutnya dengan kesal, merasa seperti tidak dihargai oleh Richard.
Richard tersenyum tipis, melirik Daisy yang kesal karena dia menolaknya. "Daisy ... Aku bukan gay, aku tidak aneh dan aku sangat tergoda oleh kamu. Kamu sangat cantik dengan tubuhmu yang sempurna ... Aku sangat menginginkanmu tapi tidak begini caraku mendapatkanmu.. tidak di sini, tidak sekarang ..."
"Lalu bagaimana?" tanya Daisy dengan malas, beralih posisi memunggungi Richard.
"Kita pergi dari sini dan menikah ... Aku punya sebuah rumah yang cukup jauh dari sini. Aku pastikan kita akan aman di sana," jawab Richard, perlahan duduk di tepi ranjang, melirik tubuh indah Daisy.
"Terlalu banyak pria menjanjikan hal yang seperti kamu janjikan, dan tidak ada satupun yang bisa aku percaya. Manusia terkadang baik saat memiliki tujuan, bukan untuk ketulusan. Banyak penipu, banyak pria yang ingin memiliki karna penasaran, bukan karena cinta, lalu bagaimana aku bisa percaya padamu?" Daisy mengingat saat pertama kali mengenal Nicole, sangat mempercayainya dan mengangkatnya sebagai Dewi keberuntungan sebagai Dewi penolongnya, namun setelah itu dia dibuat kecewa karena setelah dewasa dia hanya dijadikan pelacur.
"Tapi tidak semua manusia itu buruk," ucap Richard.
"Dan kamu akan bilang bahwa kamu adalah manusia yang baik?" tanya Daisy dengan tatapan kosong, mengarah pada cermin yang memantulkan sebagian tubuhnya yang hanya memakai lingerie hitam. Dia juga bisa melihat Richard di belakangnya tak berani menyentuhnya sama sekali.
"Aku tidak mengatakan bahwa aku yang terbaik tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk membuatmu bahagia," jawab Richard.
"Kamu bodoh."
"Kenapa?" tanya Richard dengan mengerutkan keningnya.
"Kurasa waktu mu sudah hampir habis. Itu berarti kamu menyia-nyiakan uangmu hanya untuk mengobrol dengan gadis sepertiku. Lain kali jangan pernah datang ke sini lagi jika itu hanya untuk mengajak aku mengobrol," jawab Daisy kemudian beranjak duduk sambil meraih jubah berwarna krem yang terletak di atas ranjang. "Tidak akan ada yang berubah ... Dan kalaupun Aku ingin merubah nasibku, itu bukan dengan kamu. Lebih baik kamu cari gadis yang lebih cantik dan lebih terhormat daripada aku. Mendapatkan ku hanya akan membuatmu dalam masalah," lanjutnya sambil memakai jubah.
"Jadi, kamu menolak aku?" tanya Richard dengan kecewa.
"Justru kamu yang menolak aku karena aku sudah menawarkan pelayanan," jawab Daisy dengan kesal.
"Tapi aku melamarmu barusan."
"Tidak ada cincin, tidak ada benda apapun, dan aku yakin kamu tidak akan bisa membawaku pergi dari sini karena 1000 dolar sangat tidak cukup. Jika kamu ingin menculikku, maka kamu akan berakhir di tangan orang-orang madam Nicole," jelas Daisy kemudian turun dari ranjang lalu berjalan menuju jendela. Dia sengaja menjauh dari pria itu karena tidak ingin mendengar perkataannya atau janji-janjinya, karena rasa trauma membuatnya sulit untuk bisa percaya kecuali percaya pada dirinya sendiri dan sahabatnya.
Richard menghela napas, mencoba untuk tetap sabar menghadapi Daisy yang begitu keras kepala dan menganggap buruk semua orang.