Chapter (10)
...
"Hehe, iya dok..." Jawab Andin sambil tertawa kecil. "Tidak tahu saja kamu dok kalau yang menolong ku itu meminta balas budi menggunakan tubuh ku, ya itung - itung memang balasan setimpal mungkin!" Pikir Andin yang berkata dalm hati nya demikian.
Dokter Isal pun hanya menjawab nya dengan tersenyum pada Andin.
"Ternyata wanita ini lumayan juga ya! Sedikit nyambung di ajak bicara, jadi enaknrasa nya, seperti punya teman baru di sini!" Pikir dokter Isal yang berkata dalam hati nya demikian. "Ehemmm..." Dokter Isal bergumam.
Lalu Andin menatap ke arah dokter Isal.
"Andin.. Apa mau aku bantu suapi kamu, agar kamu bisa makan?!" Seru dokter Isal yang menawari menyuapi Andin.
"Eh, itu.. Tidak perlu dok, nanti akan merepot kan mu, saya bisa memakan nya nanti saja!" Jawab Andin yang menolak dengan sopan karena merasa tidak enak.
"Tidak apa, dari pada kamu nggak makan - makan! Kamu sudah mau pulih, jaga kesehatan dan kondisi tubuh mu, jangan sampai telat makan!" Tegas dokter Isal yang mengingat kan Andin.
"Oh, baik lah dok..." Jawab Andin yang menurut.
Lalu dokter Isal mulai mengambil piring dan mulai menyendok sesendok nasi untuk menyuapi Andin, sebelum sendok masuk tiba - tiba saja suasana nya sekejap menjadi hening, karena sama - sama merasa canggung. Lalu setelah itu dokter Isal langsung mulai menyuapi Andin perlahan - lahan, dan Andin juga langsung membuka mulut nya untuk makan.
Beberapa menit kemudian ~
Makanan yang ada di piring sudah hampir habis, dan kira - kira tinggal 3 sendok makan lagi, tiba - tiba saja ada seorang yang langsung masuk tanpa mengetuk pintu.
Ya, itu adalah Dipta, yang sudah berdiri di luar pintu kamar sekitar 2 menit yang lalu, dan tiba - tiba kangsung saja masuk. Dipta yang datang ke kamar Andin itu sambil membawa map yang di dalam nya berisi surat kontrak yang sudah dia siapkan baru saja untuk meminta Andin menandatangani nya.
Tapi entah kenapa Dipta datang dengan perasaan nya yang buruk, setelah masuk ke dalam ruangan kamar rawat Andin itu.
"Dipta...!" Seru Andin yang terkejut melihat Dipta yang tiba - tiba saja datang ke situ dan langsung masuk tanpa mengetuk pintu.
Dokter Isal pun hanya melihat nya saja tanpa bicara, dokter Isal sebenar nya juga sudah mengetahui tentang Dipta di rumah sakit itu, karena Dipta jadi sering ke rumah sakit itu sejak Dipta membawa Andin untuk di rawat di sana.
Dokter Isal masih memegangi piring yang masih ada sekitar 2 sendok nasi di dalam nya, tapi dia belum berani untuk lanjut menyuapi lagi sebelum dapat perintah dari Andin.
"Kenapa? Apa aku mengganggu mu saat ini?" Jawab Dipta dengan nada sedikit sinis.
Lalu Andin menoleh ke arah dokter Isal, dan dokter Isal juga menoleh ke arah Andin secara bersamaan.
"Hmm, maaf kalau aku megganggu kalian! Sekarang kan sudah ada pak Dipta di sini, jadi Andin aku mohon permisi dulu ya, mau mengurus pasien yang lain nya." Ujar dokter Isal yang berpamitan pada Andin ingin pergi dari sana, sambil meletakan piring di atas nampan nya lagi.
"Kelihatan nya Anda sedang tidak terlalu sibuk ya pak Dokter?!" Ujar Dipta yang tiba - tiba menyelak.
"Ehh... (dokter Isal menoleh ke arah Dipta) Maaf pak Dipta, bukan begitu maksud saya! Saya bisa menjelaskan semua nya!" Ujar dokter Isal yang ingin memberitahu Dipta agar tidak salah paham.
"Tidak perlu di jelaskan lagi, aku sudah melihat nya kok! Apa begini cara kerja mu melayani pasien - pasien muda?!" Jawab Dipta yang tidak ingin tahu, dan mengejak dokter Isal.
"Tidak, mana pernah saya begitu! Ini karena tadi Andin tangan nya sakit, dan tidak bisa untuk mengangkat, lalu saya yang membantu menyuapi dia karena memang dari pagi tadi kata nya Andin belum memakan apa pun, jadi saya membantu nya agar Andin bisa makan!" Tegas dokter Isal yang tidak terima dengan perkataan Dipta, lalu menjelaskan semua nya.
"Hmm, tapi aku tidak butuh penjelasan mu barusan ini!" Jawab Dipta dengan acuh.
Andin hanya melihat saja, dan tidak berani berkata - kata, dan Andin merasa kesal melihat sikap Dipta yang seperti itu.
Lalu dokter Isal pun memilih diam dan tidak menjawab nya, karena dokter Isal sudah lama mendengar rumor tentang sifat Ceo pemilik sah dari Emperor Grup ini, yaitu Dipta Ramadhan.
Dokter Isal mulai mengemas barang - barang nya lagi yang tadi dia bawa untuk memeriksa, dan setelah itu dokter Isal ingin segera pergi, agar tidak membuat masalah dengan Dipta.
"Hmm, maaf kalau begitu saya permisi undur diri dulu ya pak Dipta, maaf atas apa yang sudah menjadi anda kepikiran yang tidak - tidak! Andin aku pergi ya!" Seru dokter Isal yang berpamitan pada Andin dan Dipta kalau dia akan pergi.
"Baik lah, terimakasih.." Jawab Andin sambil tersenyum.
Lalu dokter Isal membalas senyuman nya, sedang kan Dipta hanya terdiam dan tidak berkata apa pun.
"Heh, senyum palsu!" Ujar Dipta yang berkata dalam hati nya, merasa kesal pada mereka berdua.
#Mengulang 2 menit yang lalu, ketika Dipta berada di luar ruangan kamar rawat Andin.
Dipta sudah sampai di depan kamar Andin setelah berjalan dari tempat parkir mobil nya. Lalu saat di depan pintu kamar Dipta melihat dari kaca jendela yang ada di pintu, kalau Andin sedang berduaan bersama seorang pria, yaitu dokter Isal, dan Dipta melihat kalau dokter Isal sebelum nya sedang meyuapi Andin, lalu tiba - tiba dokter Isal medekat kan wajah nya ke wajah Andin. Dipta mengira kalau mereka berdua sedang berciuman, lalu Dipta langsung menyerobot masuk ke dalam ruangan itu tanpa mengetuk pintu, yang membuat Andin dan dokter Isal pun tiba - tiba terkejut, dan membuat ke salah pahaman antara mereka terjadi.
"Dipta! Kamu kenapa..?" Ujar Andin yang tidak paham dengan sikap Dipta barusan.
"Aku nggak pa - pa!" Jawab Dipta yang acuh, lalu langsung duduk di sofa, dan membuang muka nya ke arah lain.
"Kamu ini aneh tahu nggak? Kamu masih marah sama aku soal yang tadi?!" Seru Andin yang bertanya ke Dipta.
Dipta saat itu masih melihat ke arah lain, dan berdiam diri, tidak menjawab pertanyaan dari Andin barusan.
**Bersambung .....
#Jangan Lupa Beri Gift Jika Kalian Suka! Juga Batu Kuasa/Power Stone Kalian, dan Tambah ke Daftar Favorit Kalian yaa.. Makasih😉