"Baiklah sekian. Persiapkan diri kalian untuk memulai magang. Semoga berhasil." Dosen berkaca mata petak itu tersenyum kecil dan melangkah keluar kelas. Meninggalkan suara erangan keras dari seluruh penghuninya.
Lucas salah satunya.
"Jesper, kau sudah dapat tempat magang?" Ini pertanyaan yang akan membuatnya repot saja nanti.
Melirik sekilas dan kembali memasukan buku dalam tasnya, "belum."
"Bagaimana dengan kalian berdua?" Kali ini berpindah objek pada Lucas dan Xukun.
"Belum."
"Like Jesper like we."
Jesper tersenyum kecil. Teman satu jurusannya itu hanya berbicara saat ia rasa akan membawa manfaatnya. Beda halnya dengan Jesper yang mau bermanfaat atau tidak Jesper tidak peduli, asal suaranya jangan keluar saja. Itu menghabiskan tenaga.
Sret.
"Come on my husband." Ini si sinting Lucas. Menggaet lengan Jesper dan bersandar manja pada bahu lebar si tembok berjalan.
"Ingin rasanya aku mengumpat." Gumam Xukun. Entah apa yang salah pada mereka berdua, Xukun juga tidak mengerti. Memilih untuk berpura-pura tidak peduli lalu mengangguk-angguk paham entah untuk apa.
"Ya! Wajahmu itu santai saja Caikun!" Seru Lucas. Melepas begitu saja dekapannya pada lengan Jesper hanya untuk memiting kepala Xukun diantara ketiaknya.
"Uhuk. Lepas!" Hampir saja jantung Xukun jatuh hingga ke perutnya karena pitingan Lucas yang begitu tiba-tiba.
"Jika kau cemburu, tell me saja. Aku bahkan rela menciummu disini sekarang juga." Ujar Lucas tanpa tau malu. Itu bukan hal yang aneh juga sebenarnya.
Puk... puk...
"Nikmati waktumu teman." Bisik Jesper setelah menepuk pelan bahu Xukun. Biarkan pemuda itu merasakan bagaimana rasanya di tempeli Lucas.
"Ya! Ya! Ya! Jangan pergi begitu saja! YAAA!!!" Teriak Xukun. Madekusu jika ia berlama-lama dengan manusia sinting macam Lucas ini.
Masa depanku suram!
Oh my god!
Tak.
"Jangan berteriak pada kesayanganku!" Jitakan penuh cinta Lucas mendarat tepat pada dahi seksi milik Xukun. Berdoa saja semoga tidak meninggalkan bekas.
"Aakh! Sakit." Ringis Xukun. Bisa-bisanya pria ini pilih kasih antara Jesper dan dirinya.
Mereka itu sama.
Dalam segala hal dan segala aspek. Jadi berilah Lucas ini pencerahan agar pria itu sadar walau hanya sedikit saja.
Xukun merasa tersakiti jika seperti ini.
**
Tok... tok... tok...
Sehun mengeryit heran, ini jam makan siang dan siapa yang mengetuk pintunya pada saat-saat seperti ini?
Ceklek.
Belum juga Sehun suruh masuk dan apa ini? Pintu sudah di buka?
"Dad?" Panggil Jesper setelah menutup pintu ruangan Sehun.
"Oh, Jesper?" Sehun meletakan pena dan kaca mata yang bertengger di matanya. Ada apa? Tumben sekali anak ini datang tanpa kehebohan Suho.
"Sudah makan siang?" Tanya Jesper basa-basi. Meletakan bekal yang ia bawa keatas meja Sehun lalu tersenyum kecil. "Aku membawakan ini." Ujar Jesper.
"Kebetulan belum. Kau sudah?" Membuka bungkusan yang Jesper bawa lalu tersenyum setelah melihat isinya. Ini buatan Jesper sendiri.
"Sudah, bersama dengan si dua bocah lagi." Raut wajah Jesper datar seketika mengingat bagaimana kurang ajarnya dua saudaranya itu.
"Ada apa dengan wajahmu?" Heran Sehun. Menyuap telur gulung di depannya dengan raut wajah geli. Pasti dua anak kecil itu berulah lagi.
"Setelah memberantakan dapur dan mengacaukan meja makan. Mereka langsung kabur entah kemana, meninggalkan rumah dengan keadaan yang benar-benar parah." Sehun rasa ia harus memberi uang tambah pada Jinyoung dan Haowen yang sudah membuat saudara sulung mereka berbicara panjang lebar seperti tadi. Aneh saja bukan?
"Ada apa? Sesuatu terjadi?" Sehun menunjuk bekal di depannya dengan sumpit lalu menatap Jesper yang hanya diam menanti kelanjutan dari ucapan daddynya ini. "Tidak biasanya bukan?" Alis Sehun bergerak melawan gravitasi. Terkekeh pelan saat ia melihat bagaimana raut wajah canggung Jesper.
"Mmm dad, aku akan magang beberapa bulan lagi." Jesper memulai. Sedikit bingung harus memulai dari mana karena ia juga belum menyusun kata-kata yang bagus dalam perjalanan kemari tadi.
"Lalu? Sudah mendapat tempata magang?" Tanya Sehun. Nah, Sehun juga jika Jesper seperti ini.
Menggeleng. "Belum."
"Ingin magang di sini?" Tawar Sehun. Jesper sudah kesulitan mencari kata-kata sepertinya. Dan sebagai ayah yang baik, Sehun tentu saja mengerti.
"Bolehkah?" Tanya Jesper. Dia memang ingin magang di Perusahaan Sehun, hanya saja ia masih ragu apa bisa magang di sana apa tidak?
"Tentu saja." Dan jawaban Sehun adalag kata-kata pelepas dari semua beban yang ada di pundaknya. Nasibnya aman, tapi bagaimana dengan dua manusia karatan lagi?
"Apa temanku juga boleh?" Diam-diam Jesper berdoa dalam hati, semoga saja dua manusia itu juga boleh magang di sini.
"Lucas?" Jesper lupa jika ia belum mengenalkan Xukun pada ayahnya. Minggu lalu pria itu pulang kampung tapi 'kan.
"Mmm ya. Dan satu lagi, Xukun."
Dahi Sehun berkerut dalam. Itu bukan nama Korea, benar? "Xukun? Orang China lagi?" Tanya Sehun penasaran.
Jesper mengangguk dan tersenyum simpul.
"Baiklah. Suruh mereka datang nanti malam." Sehun tersenyum hangat. Urusan magang bisa ia diskusikan dengan Suho tadi.
"Baiklah. Terima kasih dad." Ujar Jesper. Selesaj sudah urusannya, hanya tinggal menghadap Suho saja nanti.
"Tak masalah. Jika ada masalah jangan ragu untuk berbicara pada daddy oke?"
"Oke."
**
Haowen dan Jinyoung, si manusia berstatus adik dari Jesper yang saat waktu makan siang tadi kabur begitu saja, sekarang sudah bertengger manis di tempat Baekhyun. Di tempat les musik lebih tepatnya.
"Baek hyung." Panggil Haowen. Duduk manis di atas kursi Baekhyun lalu mengusap-ngusap perut kecilnya yang rata.
"Ya? Haowen ingin sesuatu?" Tanya Baekhyun. Mengusak rambut hitam legam milik Haowen yang masih menatapnya dengan tatapan anak anjing miliknya.
"Mm!" Anggukan Haowen berikan. Telunjuknya mengarah pada Jinyoung yang saat ini tengah belajar bermain piano dengan Moon Kevin dan juga belajar bermain gitar dengan Jacob. "Ingin theperti Jinyoung hyung." Pinta Haowen.
"Belajar seperti itu? Tapi itu akan sulit, Haowen sungguh-sungguh?" Baekhyun memindahkan Haowen pada salah satu bangku untuk bermain piano. Mendudukan Haowen pada pangkuannya.
"Apa haruth thulit? Tidak ada yang mudah?" Tanya Haowen. Seharusnya untuk anak kecil harus mudah, tidak boleh yang sulit. Haowen tidak suka.
"Jika Haowen sudah terbiasa maka akan mudah." Ujar Baekhyun. Mengusak asal rambut Haowen, sehingga helai hitam itu berantakan.
"Kalau begitu akan Haowen coba." Baekhyun tersenyum simpul. Tipikal Suzy sekali. Keras kepala, pantang menyerah, dan pantang kalah.
"Baiklah, kita mulai."
"Oke."
Jinyoung tersenyum kecil, menatap Haowen yang tengah menekan-nekan tuts piano diiringi dengan tangan Baekhyun yang berada di atas tangan kecilnya.
Ini yang Jinyoung suka, Haowen itu adalah definisi dari semua kebahagiaan. Untuk dirinya sendiri, Jinyoung, Jesper, Sehun, dan juga ibu mereka, Suzy. Jangan lupakan orang-orang di sekitarnya.
**
"Hey beruk. Datang ke rumahku nanti malam." Ujar Jesper. Memandang ogah-ogahan pada layar ponselnya yang tengah menampilkan wajah Lucas dan juga Xukun.
"Kenapa?" Ini si Lucas. Pemilik senyuman paling Joker diantara mereka bertiga, lebar sangat!
"Ada apa?" Jika yang seperti ini, ini tipikal Xukun sekali. Kalem, adem, tenang. Tidak akan protes asal dia dapat penjelasan.
"Datang saja tidak usah banyak tanya!" Dan Jesper itu tipikal manusia pelit, irit bicara. Jangan harap akan dapat penjelasan. Itu hanya angan semata.
"Siapa yang menyuruh? Aku terlaku mal-" Lucas merosot lelah. Kasurnya terlalu menggoda untuk di tinggalkan.
"Oh Sehun." Bukan Jesper namanya jika tidak bisa mengatasi kemalasan manusia bebal macam Lucas ini.
"Okey, aku bersiap-siap. Sampai jumpa." Memutuskan sambungan telpon dan berlari kencang menuju lemari pakaiannya guna memilih pakaian terbaik yang akan ia gunakan untuk bertemu Sehun. Oh Sehun.
"Kenapa dia?" Heran Xukun. Perasaan Xukun ya, pria itu baru saja akan mengucapkan malas dengan nada lesu dan setelah mendengar nama Sehun, tiba-tiba saja dia begitu bersemangat hingga mematikan sambungan telpon? Aneh bukan?
"Tidak urus. Jangan lupa nanti malam."
"Oke."
Mengendikan bahunya acuh, Jesper mengetik beberapa kata dan mengirimnya di group obrolan mereka bertiga.
**
"Harus rapi. Oh Sehun ingin bertemu sebagai atasan dari perusahaan dan kalian sebagai calon pegawai magang."
"WHAT THE FUCK?!"
"WHAT THE HELL IS GOING ON?!"
TBC.
SEE U NEXT CHAP.
THANK U.
DNDYP.