Lucas sudah mencak-mencak tidak karuan sedari tadi. Menjambak-jambak kecil rambut Jesper yang sebentar lagi akan menendangnya turun dari kasur.
"Oh my gosh! Oh Sehun keren sekali tadi." Lucas berseru tertahan. Memeluk erat leher Xukun yang bahkan hampir tercekik karena kalungan lengannya.
Jesper dan Xukun memutar bola mata malas, Lucas itu kenapa bisa berlebihan sekali? Padahal ya, Oh Sehun hanya bertanya singkat dan menjawab singkat juga. Macam-macam Jesper ini kira-kira.
"Aku dengar dari Jesper, kalian belum mendapat magang?" Tanya Sehun. Menatap Xukun dan juga Lucas yang duduk di depannya.
"Mm, ya... kami belum mendapatkannya." Lucas mencicit bagai tikus. Ini sudah kali kedua Lucas bertemu Sehun memang, tapi yang namanya gugup itu mau bagaimana lagi?
"Ingin magang di Perusahaan kami?" Tawar Sehun. Melirik sekilas pada Lucas yang sudah menggigit bibirnya agar tidak berteriak kencang. Tawaran langsung dari Sehun dan itu tidak boleh di si-
"Mm apakah bisa?" Tanya Xukun memastikan. Beberapa perusahaan ada yang tidak menerima pegawai magang dan Xukun takut jika Sehun akan memberi harapan saja.
Jesper? Anaknya tentu saja boleh. Keturunan langsung, secara.
"Sialan ini." Mendelik kesal seraya memaki Xukun dalam hati. Jika Sehun berubah pikiran lihat saja! Lucas akan mencekik pria itu sampai mati!
Bukan Sehun tenang saja, Xukun tentunya.
"Tentu saja." Dan Lucas langsung bersorak bahagia dalam hati. Mimpi ada dia semalam? Beruntung sekali hidupnya.
"Terima kasih mm..." Xukun memutar otak untuk mencari Kata apa yang tepat yang bisa ia gunakan untuk Sehun. Jika hanya panggil nama tidak sopan sekali dia ya.
"Kalian bisa memanggilku daddy seperti Jesper." Dan Xukun bersumpah, ia bisa melihat lengkungan pelangi dan ribuan bintang serta puluhan fairy yang mengelilingi Lucas saat ini. Bahkan senyum lebar pria itu tidak hilang-hilang dari wajahnya.
"Efek Sehun luar biasa sekali." Xukun membathin takjub. Teman yang idiot itu menjadi makin idiot.
"Berhentilah Lucas! Tingkahmu sungguh memuakan!" Dengus Xukun. Risih juga jika melihat Lucas seperti itu, sudah jelas kelaminnya itu kelamin pria kenapa malah bertingkah macam wanita begitu?
"Ku panggil Oh Seh-"
"Nooooooo! Jangan coba-coba!" Pekik Lucas histeris. Tidak-tidak. Itu tidak boleh terjadi, dia harus terlihat baik di depan atasan. Maksudnya, calon atasan.
"Jangan berulah lagi, kepalaku sakit melihat tingkahmu." Dengus Jesper. Mendudukan lagi dirinya di atas ranjang dan bersandar pada kepala ranjang.
"Jes, apa kau mengenal s-"
"Siapa yang kau panggil 'Jes'?" Tanya Jesper dengan mata yang mendelik kesal.
"Tentu saja kau. Hanya kau yang beranisial 'Jes' di sini." Acuh Lucas dengan bahu yang mengendik acuh.
"Aku bukan perempuan sialan!" Maki Jesper. Pelecehan jenis kelamin ini. Jenis tuntutan adalah tindakan tidak menyenangkan.
"Terserah." Acuh Lucas. "Apa kau mengenal mahasiswi jurusan kedokteran?" Tanya Lucas penasaran. Ada sesuatu yang sungguh membuat Lucas penasaran hingga ke tulang belakang.
"Siapa? Mahasiswi jurusan kedokteran banyak." Memainkan ponselnya yang tiba-tiba saja lebih menarik jika dibandingkan dengan wajah Lucas, untuk saat ini.
"Si kutu buku." Ujar Xukun menimpali. Tak lama tersenyum penuh arti bersama Lucas yang saat ini tengah tersenyum miring.
"Oh." Balas Jesper. Rasanya ada yang aneh dengan dua beruk kesayangannya ini.
"Woooah, ku rasa rumor itu benar." Bisik Xukun melirik-lirik pada Jesper yang saat ini tengah melipat tangannya ke depan dada. Memperhatikan mereka berdua.
"Ku rasa memang benar. Tapi kenapa rumornya belum tersebar luas ya?" Bisik Lucas penasaran. Jangan tanya Lucas dan Xukun tau dari mana karena apa? Lucas itu juga biang gosip jadi ia banyak berteman dengan tukang gosip juga. Tukang gosip dari jurusan kedokteran apa lagi.
"Ingat rumus hidup kita? Mengumpulkan gosip tapi tidak menyebarkan gosip." Bisik Xukun. Mereka tidak ingin di suruh oleh Jesper untuk berganti menggunakan rok mini. Tidak lucu, tidak keren!
"Rumor apa yang kalian bicarakan?"
"Uwaaaaaaaaa."
**
"Dad?" Jinyoung menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Sehun dan Haowen. Melihat kedalam dan menemukan ayahnya tengah duduk di atas ranjang dengan Haowen yang tengah memainkan rambut Sehun.
"Oh, Jinyoung. Masuklah." Ujar Sehun. Meletakan laptopnya di atas nakas dan menurunkan Haowen dari pundaknya.
"Nah, Haowen bermain bersama dengan Jesper hyung dulu oke?" Sehun mengacak kepala Haowen saat si kecil itu mengangguk paham padanya.
Ceklek.
Saat pintu tertutup barulah Sehun melangkahkan kakinya ke balkon dan duduk tenang di atas kursi. "Duduklah Jinyoung."
S
ehun yakin jika kali ini yang Jinyoung ingin katakan adalah sesuatu yang serius. Bukan berarti selama ini Jinyoung hanya mengatakan hal yang tidak berguna atau apa.
"Dad?" Panggil Jinyoung. Menunduk menatap kakinya yang tengah beralaskan sendal bulu bewarna coklat kesukaannya.
"Daddy di sini Jinyoung, bukan di lantai." Kekeh Sehun. Perasaan ya, Sehun itu tidak pernah membentak anaknya. Lalu ini kenapa? Setiap membicarakan hal-hal serius, Jinyoung pasti menunduk dulu sebelum suara teguran Sehun terdengar.
"Maaf dad. Hehehe."
Setelah tertawa canggung, Jinyoung masih memilih diam entah kenapa. Terlihat ingin berbicara, tapi ragu untuk membuka suara.
"Katakan saja son. Daddy tidak akan menggantungmu di depan pintu rumah." Canda Sehun. Terlihat sekali jika Jinyoung tengah tegang saat ini. Terkadang lucu saja melihat anaknya seperti itu.
"Mm itu, aku hanya ingin mengatakan dimana aku akan kuliah nantinya. Dan mm, menanyai bagaimana pendapat daddy juga." Bisik Jinyoung dengan bola mata yang memutar kemana saja, asal jangan mengarah pada Sehun saja.
Sebenarnya Jinyoung cukup yakin dengan pilihannya, hanya saja terkadang ia ragu. Otaknya tidak bodoh memang, tapi sedikit di atas standar.
"Memangnya dimana?" Tanya Sehun penasaran.
"Seoul National University. Apa tidak apa-apa?" Tanya Jinyoung pelan. Melirik Sehun yang hanya menatap padanya. Dan tatapan Sehun mengecilkan rasa percaya diri yang Jinyoung miliki hingga sekecil-kecilnya.
"..." masih hening dan kali ini Jinyounh benar-benar cemas. Apa menurut Sehun, Jinyoung itu begitu bodoh hingga tidak bisa kuliah di sana? Ingin rasanya Jinyoung menghilang saja saat ini.
"Ku rasa yang lain saja dad, itu sepert-"
"Hey hey, tenang. Kenapa mundur tiba-tiba?" Tanya Sehun penasaran. Melipat tangannya di depan dada dengan bibir yang mengeluarkan kekehan. Anaknya lucu bukan?
"Tidak, karena responmu hanya diam, jadi ya... ku rasa aku tidak cocok di sana." Suara Jinyoung semakin ke ujung semakin mengecil saja. Entah malu entah kenapa.
"Hanya karena aku diam? Yang benar saja. Mommymu yang bodoh saja menggebu-gebu masuk kesana hanya dengan modal otak batu tak berisinya itu." Ujar Sehun. Mengingat bagaimana Suzy dan teman-temannya itu memohon untuk menjadikan Sehun sebagai guru privatenya.
"Benarkah? Mommy?" Jinyoung menegakan kepalanya untuk memandang Sehun. Ia sedikit kurang percaya jika Suzy itu bodoh atau minimal seburuk apa yang baru saja Sehun katakan.
"Ya. Mommymu dan teman-temannya." Sehun mengendikan bahunya dengan bibir yang memamerkan senyum manis. Geli sendiri jika ia ingat bagaimana para Cocomong itu belajar dengan rajin setiap harinya.
"Wooah pasti mereka pintar seperti Jesper hyung." Kagum Jinyoung membayangkan wajah saudara laki-lakinya itu. Pasti bagus jika Jinyoung bisa kuliah di sana juga.
"Mereka benar-benar bodoh Jinyoung. Hanya saja mereka keras kepala."
"Keras kepala?"
Sehun mengangguk. Berdiri dari duduknya lalu tersenyum lembut pada Jinyoung seraya meletakan kedua telapak tangannya di atas bahu Jinyoung. "Berkali-kali daddy katakan jika mereka tidak akan lulus seleksi, tapi berkali-kali juga mereka mengatakan jika mereka bisa. Mereka sungguh-sungguh keras kepala. Dan lihat? Mereka lulus sarjana dari sana bukan? Jangan menyerah hanya karena daddy menatapmu seperti tadi oke?"
Jinyoung tertegun untuk beberapa waktu. Ia yakin ia bisa dan sekarang ia makin yakin karena Sehun percaya padanya, secara tidak langsung memang. Tapi Jinyoung sudah cukup senang.
Berdiri dari duduknya dan meletakan tangan kanannya di atas dada kiri dengan mata yang menatap lurus kearah netra sekelam malam milik Sehun. "Aku akan lulus sarjana juga di sana, seperti Jesper hyung dan juga seperti uncle-uncle dan aunty kurang ajar itu." Tekad Jinyoung.
"Daddy mendukungmu."
**
"Jesper hyung." Panggil Haowen setelah ia berusaha sekuat tenaga untuk membuka pintu kamar Jesper.
"Yes brother?" Mengangkat Haowen keatas ranjangnya yang sudah berisi dua temannya. Yang badannya juga bongsor semua.
"Hello my name ith Oh Haowen. Nithe too meet you." Sapa Haowen pada dua teman kakaknya. Bahasa Inggrisnya lancar, hanya saja pengucapan huruf S saja yang ia masih tersendat-sendat.
"Kau menggemaskan sekali. Perkenalkan namaku Cai Xukun." Xukun menjabat tangan Haowen yang hanya tersenyum manis padanya. Rasanya ingin Xukun bawa pulang saja makhluk kecil itu.
"Thukun? China?" Tanya Haowen penasaran.
Xukun mengangguk gemas. Bukankah namanya terdengar lucu saat Haowen yang mengucapkan?
"Ni hao Thukun gege." Sapa Haowen dengan bahasa mandarinnya. Belum selancar Bahasa Inggris memang, tetapi cukup bagus untuk pemula seperti dirinya.
"Kunkun gege saja jika memang sulit." Tawar Xukun seraya mengusak gemaa surai hitam Haowen.
"Baiklah, memang thedikit thutah." Haowen menyetujui. Xukun pengertian sekali pada kecadelannya ini. Haowen suka jika seperti ini. Bukan seperti Jinyoung dan Jesper yang meledeknya. Lagi pula dinama dua saudaranya itu tidak ada huruf S bukan? Kenapa mereka ribut sekali?
"Berapa umurmu Haowen?" Tanya Xukun iseng. Dia benar-benar suka mendengar bagaimana Haowen bicara. Itu menggemaskan menurutnya.
"Mathuk empat tahun." Terlebih jika ada S-nya maka Xukun akan lebih bahagia lagi. Dia ingin mendengarnya terus.
Dan Lucas yang sudah mengerti langsung saja mengalihkan pembicaraan. Ini waktunya untuk berbincang dengan litle brothernya. "Hello brother. How are you? Fine?" Tanya Lucas.
"Hello big brother. I am fine and how about you?" Balas Haowen. Duduk di pangkuan Jesper yang tidak pernah protes padanya, kecuali untuk penyebutan huruf S yang masih terbengkalai.
"Amazing." Dan untuk kali ini atau lebih tepatnya malam ini pembicaraan di habiskan oleh Haowen dan juga Lucas. Tentunya dengan aksen inggris mereka. Jesper saja rasanya akan tuli mendengar suara cempreng Haowen yang di padukan dengan suara Lucas. Benar-benar buruk.
"Sudahi saja malam ini. Biarkan mereka, aku mengantuk." Jengah Xukun. Merebahkan tubuhnya di atas ranjang di iringi dengan Jesper yang sudah membalut tubuhnya dengan selimut tebal.
"Berbagi selimut itu indah Tuan Rumah." Ujar Xukun. Menarik selimut hingga badannya juga tertupi, tetapi sedetik kemudian kembali di tarik oleh Jesper dengan alasan ia yang tidak suka berbagi. Tidak enak. Makan hati.
"Jangan berlebihan. Berbagi denganku."
"Tidak mau."
"Harus mau."
"Tidak."
"Mau."
"Tidak."
"Aaaish. Dasar beruk!"
"Beruk teriak beruk!"
TBC.
THANK U.
SEE U NEXT CHAP.
DNDYP.