webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · สยองขวัญ
Not enough ratings
102 Chs

Satu dari Tiga Kejadian Setelah Itu

--Marie

Di Rumah yang meskipun siang hari lampu rumah menyala (karena gelap) ini, Lili menemani seseorang yang dari tadi tidur terus sepanjang hari. Anak itu hanya duduk-duduk di ruang keluarga setelah kedua orang tua itu pergi keluar. Katanya mereka akan bekerja dan pulang sore. Dia membiarkan pintu kamar terbuka agar jika Marie terbangun dia bisa langsung kesana.

Selama Lili duduk, kakinya selalu bergoyang-goyang. Dia tidak tahan jika tidak melakukan sesuatu. Dia pergi ke kamar mandi. Tampak sederhana, anak kecil itu melihat didalamnya hanya ada satu bak mandi dan gayung, beda dengan di Rumahnya yang dulu (Rumah Pak Warno). Dia berencana bermain air di sana. Tapi, Saat Dia baru saja mencelupkan tangannya ke bak mandi, Dia sudah merasa bosan. Dia keluar dari kamar mandi dan berharap ada sesuatu yang bisa Ia lakukan.

Lili kemudian melihat piring dan gelas yang masih berserak diatas meja makan. Lalu Ia mengambilnya dan mencucinya. Kemudian sapu, lalu Dia menyapu rumah. Saat menyapu Dia melihat kaca yang kotor, Dia mengambil kain lap dan mulai membersihkan kaca yang kotor itu.

Tindakan Lili seperti ini adalah warisan dari rumah Pak Warno. Anak kecil itu sering melihat Mpok Tayo beres-beres rumah. Karena tidak ada mainan, akhirnya Dia memainkan sapu, kain pel, dan sejenisnya.

Lelah.

Siang hari azan zuhur (1), Lili baru selesai dengan pekerjaannya dan Dia duduk dengan perasaan lega. Lalu Dia mendengar suara aneh berasal dari kamar. Itu adalah suara Marie yang bangun. Dia berlari menuju kamar. Malang nasibnya Dia tersandung sesuatu dan terjatuh.

Suara Lili yang terjatuh membuat Marie kaget. Dia bimbang dan berpikir apa itu yang jatuh. Kemudian Marie berusaha beranjak dari kamar. Karena tidak pernah berdiri untuk waktu yang lama, kepalanya berkunang-kunang (pusing) dan Marie terjatuh ke bawah menuju lantai.

Marie selamat karena Lili datang tepat waktu. Dia menangkap tubuh rapuh itu. Marie menangis karena ketakutan (karena kepalanya berkunang-kunang) dan rasa sakit yang dirasanya karena infus dan alat bantu pernafasan yang tertarik -hampir copot. Lili sekarang gugup, dia ingin menolong anak itu, tapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia tidak berani lebih jauh untuk memegang infus atau semacamnya.

Tak patah arang, sekali Lili ingat tentang catatan yang ditinggalkan Bu Rati, Dia langsung menuju ke atas ranjangnya, ke tempat tidurnya, dia melihat-lihat lagi sticky note yang begitu banyaknya. Dia menemukan tulisan yang bertuliskan:

"Jika Lili butuh sesuatu, hubungi kami ya :) Nomornya lihat saja di kertas diatas telepon rumah."

kemudian Lili beranjak dari ranjangnya dan menuju dapur. Untung saja anak itu tadi sempat menyapu rumah, jadi dia seperti pernah melihat telepon rumah di dapur. Marie saat itu masih menangis kesakitan karena posisi selang infus dan alat bantu pernafasannya yang salah.

Sampai di dapur ,Lili yang gugup malah menjatuhkan kertasnya dan terkena genangan air di tempat cuci piring -membuat tulisan nomornya buram dan tidak terbaca. Lili semakin tegang, dan gugup. Dia tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan. Dia kembali menuju ke kamar, dan mencoba menenangkan Marie. Marie masih menangis. Akhirnya kedua anak itu menangis bersama-sama di dalam kamar.

Kemudian Marie berhenti menangis -mencoba menghentikan tangisannya- karena melihat Lili menangis. Marie berusaha mengangkat tangannya (yang masih utuh) untuk mengelus kepala Lili. Lili yang menutup matanya merasakan ada tangan yang menyentuh kepalanya.

Lili melihat Marie yang sudah berhenti menangis. Marie kemudian berkata "ak papa" (tidak apa-apa).

Marie yang kehilangan nutrisi dari infus dan oksigen dari alat bantu pernafasan, merasakan pusing, kepalanya berputar-putar. Tapi Marie tersenyum, Marie mencoba menenangkan Lili.

"Ma.. ma.. maafkan aku, aku, aku..." Kata Lili.

Ini adalah salahnya, salahnya karena menyebabkan Marie menangis seperti ini. Begitu batin Lili.

"Aak papa, aak papa, ii. (tidak apa-apa Lili)" Kata Marie.

Disaat yang genting itu, Lili mendengar suara pintu terbuka. Itu adalah Pak Sumi. dengan tergesa-gesa orang itu berlari dan langsung menuju ke kamar Marie.

"Aaya" Kata Marie lirih.

Hampir saja anak itu menjemput ajalnya, untungnya Pak Sumi bertindak cepat dan membenarkan posisi infus dan alat bantu pernafasan yang terlepas.

Marie mengembang-kempiskan perutnya. Dia sudah bisa bernafas dengan baik. Pak Sumi langsung duduk tersungkur dengan perasaan lega. Tapi tidak dengan Lili. Dia menangis dan masih menyesali kebodohannya yang hampir saja membuat Marie meninggal. Namun dua tangan yang segera mengelus kepalanya. kedua tangan itu seolah berkata "Ini bukan salahmu, jadi tak apa."

Tangan yang satu jauh lebih kecil daripada tangan yang kedua. Lili sangat lega berada di keluarga ini.

Kemudian Pak Sumi beranjak ke dapur untuk meminum segelas air putih. Kemudian orang tua itu memanggil Lili. Lili datang dengan perasaan takut. Dia merasa jika dia akan kena marah. Tapi tidak seperti itu. Pak Sumi hanya ingin membuat Lili melihat saat ia (Pak Sumi) menempelkan sticky note yang berisi nomor telepon di dinding.

"Sekarang sudah tertempel, jadi tidak akan jatuh lagi, lain kali tetap tenang ya, oh dan aku sangat senang karena kamu sudah membersihkan rumah ini. Tapi tolong, kalau itu membuatmu lelah, maka hentikan saja bersih-bersihnya ya. Kamu boleh bermain saja saat di rumah ini. Jangan lupa untuk mengajak Marie juga ya. Ah Aku akan membuatkan note-nya agar kamu tidak lupa. ah dan jangan lupa untuk mengolahragakan Marie juga. Itu lebih penting saat ini dari pada membersihkan rumah ini." Pak Sumi tertawa.

"Eh? kupikir dia akan memarahiku." Batin anak itu.

Kemudian Pak Sumi kaget karena mendapat pelukan dari anak itu. Pak Sumi hanya bisa tersenyum dan mengelus kepala anak itu. Kemudian Pak Sumi beranjak pergi lagi dari rumah menuju ke kantor untuk urusan rapat yang belum selesai.

Lili kembali ke kamar dan meminta maaf kepada Marie untuk kesekian kalinya. Marie menggelengkan kepala dan mengatakan jika semua telah tidak apa-apa sekarang.

"Kau tahu. Aku sangat takut kehilangan keluargaku. Marie adalah keluargaku sekarang. Begitu pula Pak Sumi, dan... ee perempuan itu"

"Uu Yati (Bu Rati)?" Tanya Marie.

"Ya Bu Rati. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka dan denganmu juga. Aku sangat takut dipisahkan dari mereka, karena akan mengingatkanku tentang kematian mamaku." Kata Lili sambil tersenyum getir.

"itu satu-satunya hal yang ku ingat kurasa. Sekarang ayahku juga sedang berjuang. Kamu tahu Marie? katanya dia pergi jauh, ee untuk... Entahlah. Aku lupa dia kenapa dia pergi." Lanjut Lili.

Sebenarnya Lili tidak melupakan mereka berdua. Lili bertingkah melupakan dan tidak benar-benar lupa.

"Tapi yang kuingat adalah dia memintaku untuk bersabar. Dan saat semua selesai, kami bisa bersama lagi." Lanjut Lili.

Katanya monolog pada bagian akhir, karena Marie telah tertidur lagi setelah berkata 'Bu Rati'.

Sangat kontras. Pemandangan ini dan itu sangat berbeda. Lili merasa dirinya sangat bahagia disini. Tapi tidak dengan Marie. Insiden yang hampir membuat Marie mati, membuat satu hal didalam badannya bangun. Marie merasa lebih sehat dan rasa sakit Marie hilang sesaat. Itu adalah apa yang disebut Pak Sumi sebagai Aquastor.

Marie bisa bertahan hidup bukan karena Pak Sumi, apalagi Lili. Dia bisa membuat Pak Sumi tepat waktu untuk menolongnya karena Aquastor terlebih dahulu telah menolongnya. Entitas itu membuat organ dalam Marie, darah, bisa tetap mengalir meski jantung telah berhenti berdetak. Kejadian mustahil itu berlangsung selama 10 detik. Hal ini yang membuat otak Marie tidak mengalami gagal fungsi karena kurangnya pasokan oksigen. Ini pula yang membuat Marie tetap sadar.

Aquastor akan aktif jika nyawa inangnya dalam bahaya. Marie mengira 'itu' sudah mati dan tidak ada namun dia kembali aktif. Sekarang 'itu' meminta bayarannya. Marie berteriak meminta jika nyawanya saja yang diambil. Namun Aquastor tidak bisa melakukan itu.

Ganti untuk nyawa Marie adalah sakit. Oleh karena itu, dia akan membunuh siapa pun yang dekat dengan Marie setiap kali takdir diubah olehnya.

--ganti sebuah keabadian adalah kesakitan batin yang terpatri selamanya.

Marie mungkin tertidur dengan lelap saat setelah Pak Sumi pergi, Tapi di alam mimpinya, dia terus mencegah Aquastor melakukan sesuatu terhadap keluarganya, terhadap orang yang paling dekat dengannya.

Rupanya Aquastor melunak. Ia tidak membunuh semua orang yang dekat. Ya Dia tidak membunuhnya, orang yang berjarak dekat dengan Marie. Marie sama sekali tidak senang dan masih merasa khawatir, karena Marie melihatnya tersenyum jahat.

Satu hari setelah itu, Ayah Lili yang sedang berada di Luar negeri dikabarkan meninggal dunia.

(1) azan zuhur: waktu siang hari. saat bayang-bayang mulai memanjang dari waktu terpendeknya/siang hari. (penulis)

Cloud_Rain_0396creators' thoughts