webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Not enough ratings
102 Chs

Dua dari Tiga Kejadian Setelah Itu

--Pak Sumi

Dengan perasaan gelisah Pak Sumi meninggalkan rumah. Namun ini adalah kesempatan yang bagus untuk melihat apakah mereka (Pak Sumi dan Bu Rati) memang benar-benar bisa meninggalkan rumah bersama. Sampai di kantor, Pak Sumi langsung dihadapkan oleh pekerjaannya yang menumpuk.

Tidak ada sidak lapangan hari ini (1), Meski begitu Seorang kepala Sub-bagian intel kepolisian ini hampir sepanjang waktu mengerjakan semua pekerjaannya sendiri. Pak Sumi berorientasi pada hasil. Jika anggotanya tidak berhasil menyelesaikan atau dirasa itu adalah pekerjaan cukup berat, maka Pak Sumi akan membantu pekerjaan itu. Seperti yang terjadi di rumah bordil beberapa waktu yang lalu.

Seperti yang dikatakan Pak Warno tempo hari, hari ini akan ada rapat seluruh kepala direktorat yang ada dibawah komandonya di kepolisian, dengan kepala pimpinan, seorang Komisaris besar polisi -Pak Warno- sebagai pemimpin rapat. Hal yang dibicarakan tidak lain adalah tentang pembunuh berantai dan masalah-masalah lainnya.

Pembunuh berantai (serial killer).

Surabaya terkenal dengan kota yang mengedepankan industrinya. Hampir tidak ada sektor lain di sini. Bahkan jika itu untuk permukiman penduduk. Namun, sekali ada permukiman penduduk, itu berarti orang-orang yang tinggal disitu adalah orang kaya atau setidaknya mempunyai pekerjaan tetap yang menjanjikan.

Surabaya menjadi salah satu kota di Indonesia yang berhasil menekan secara drastis ketimpangan ekonomi (Hal ini sangat kontras dengan kondisi kota di sekitar Surabaya). Dengan kata lain, tidak ada kemiskinan SECARA DATA. Orang miskin di Surabaya saat ini tidak terdaftar secara legal sebagai penduduk dan bahkan tinggal di kota Surabaya. "pemulung dilarang masuk", ngamen gratis" menjadi kata-kata yang menjamur di sekitar kota ini. Jika saja para polisi pamong praja (Satpol PP) menemukan ada orang meminta-minta, mereka segera menangkapnya, membawanya ke kantor, dan membuangnya ke pinggiran kota Surabaya. Tidak etis? banyak ditentang di depan, tapi didukung di belakang.

Pak Warno dan pihaknya sangat tahu betul hal ini. Oleh karena itu semua orang yang melakukan tindak kejahatan disini (sekitar Kota Surabaya) hampir semuanya adalah orang luar kota Surabaya.

Yang jadi persoalan dalam rapat ini adalah kenyataan bahwa orang itu mungkin saja adalah hantu. Alasannya sungguh konyol, karena terlalu sedikit bukti yang ditemukan Oleh pihak kepolisian. Namun, saat itu Pak Sumi masih belum sepenuhnya bekerja. Pasalnya, Tim intel tanpa Pak Sumi akan kehilangan 50% ketajamannya. Sekarang tim intel telah lengkap. Pak Sumi ada disana menyertai.

Terdapat tujuh Direktorat yang ada di kantor kepolisian ini. Reserse Sync, Intelijen dan Keamanan (INKE), Lalu lintas, Bimbingan Masyarakat, Tahanan dan barang bukti, Kedokteran dan kesehatan, dan Direktorat Masalah Internal. Ketujuh pimpinan direktorat hadir hari ini, ditambah Pak Sumi sebagai kepala dari sub-bagian intel yang merupakan sub bagian dibawah naungan direktorat intelijen dan keamanan. Pak Sumi bisa hadir dalam rapat ini karena permintaan khusus dari Pak Warno yang merupakan Kombes (Komisi Besar) polisi.

"Seperti yang kita tahu pada hasil rapat yang telah lalu, baik itu anggota biasa (2) atau (anggota) dari Sub-bagian intel tidak bisa menemukan apa pun pada 5 kejadian pembunuhan ini. Bagaimana menurutmu, Pak Sumi?" Kata Pak Warno mengawali Pembicaraan.

"Terima kasih atas kesempatannya, tapi sebelumnya daripada mengetahui bukti CCTV dan pengakuan saksi mata, aku ingin tahu kita telah melakukan apa saja terhadap kasus ini." kata Pak Sumi.

"Izin berbicara pak." kata Pak Roman. Seorang Kepala Direktorat Intelijen dan Keamanan.

Sub-bagian Intel yang menjadi kewenangan Pak Sumi, adalah salah satu dari dua sub-bagian yang ada di direktorat INKE. Satu sub-bagian yang lain adalah sub-bagian keamanan (oleh karena itu disebut direktorat Intelijen dan keamanan). Maka secara langsung posisi Pak Roman lebih tinggi daripada Pak Sumi.

"Silakan pak." Jawab Pak Warno.

"Tapi sebelum itu, Pak Sumi, Mengingat bapak adalah ketua Sub-bagian intel kami, apa bapak bergurau, tidak tahu apa yang telah kami lakukan? bahkan oleh anak buah bapak sendiri?" Kata Pak Roman kepada Pak Sumi.

Pernyataan tajam menghunjam Pak Sumi dilemparkan oleh Pak Roman. Dia sedikit kecewa karena Pak Sumi jarang masuk kantor. Alasan lainnya adalah sikap Pak Warno sebagai pimpinan seperti tidak keberatan dengan perbuatan Pak Sumi.

"Dengan segala hormat, Tidak. Aku baru tahu pagi ini." Kata Pak Sumi.

"Apa maksudmu dengan tidak tahu?" Kata Pak Roman.

"Saya Tidak tahu, tapi saya rasa semuanya (para polisi di sub bagian intel) menyembunyikan kasus ini dariku." Kata Pak Sumi.

"Sudahlah, hentikan kalian berdua, Jadi bagaimana Pak Roman?" kata Pak Warno merelai mereka berdua.

"Lagi-lagi Pak Warno membela Sumi." Batin Bu Santi.

Kepala Direktorat Kedokteran dan Kesehatan, Bu Santi. Di masa lalu Santi merupakan teman sejawat saat masa kuliah. Mereka dekat, sampai Santi sempat mempunyai rasa suka kepada Pak Sumi. Tapi wanita cerdas itu tahu kalau dia tidak punya kesempatan pada orang yang sudah cinta mati kepada Rati pada saat itu.

"Kalau disuruh menjelaskan, singkatnya seperti bukti yang dibawa oleh Pak Sumi, kita baru dapat ketiga bukti itu selama 2 minggu ini dari saat penyerangan pertama, total ada 5 kali pembunuhan selama 2 minggu terakhir." Kata Pak Roman.

"Itu yang membuat kita menyebutnya hantu." Kata Pak Fara, Kepala Direktorat Sync.

"Jadi hanya rekaman CCTV, video rekaman kesaksian seseorang, dan bukti Alpha (3) ya?" Kata Pak Sumi.

"Bukti alpha yang kita punya pun isinya hanya berupa foto TKP setelah kejadian." Kata Pak Fara.

Pak Fara menyerahkan sebuah Dokumen ke Pak Sumi.

"Hmm, baiklah terima kasih, Pak." Pak Sumi berterima kasih kepada Pak Fara.

"Apa hanya itu yang ingin kamu sampaikan sum?" kata Pak Roman.

"Izin memakai papan tulis pak." Kata Pak Sumi.

"Pakai saja." Jawab Pak Warno.

Semua orang di ruangan itu diam. Pak Sumi kemudian berdiri, dan yang lain tetap duduk di kursinya.

"Ah maaf, jika kalian semua tidak keberatan mendengar analisis ku, maka aku akan jelaskan. Sebelumnya mari kesampingkan dahulu asumsi jika orang ini adalah hantu." Kata Pak Sumi.

Kemudian Pak Sumi mulai menjelaskan.

"Aku akan mulai dari kenyataan bahwa bukti alpha yang kita miliki hanya sebuah laporan hasil olah TKP. Itu pun setelah dilihat hanya terdapat foto kejadian setelah kejadian. Aku seperti melihat foto penyiksaan seksual di situs porno. Itu Menjelaskan sesuatu." Lanjut Pak Sumi.

Pak Sumi mulai menulis sesuatu di papan tulis.

"Pembunuh ini tidak meninggalkan jejak sidik jari. Sederhananya, jika memang ada sidik jari maka tim Pak Fara telah mencantumkannya disini (mengangkat laporan yang dibawa). Bisa jadi pembunuh ini merupakan orang yang dekat dengan targetnya atau kemungkinan yang lain, pembunuh ini menggunakan sesuatu yang dilekatkan di tangannya untuk menyembunyikan sidik jarinya, sebuah sarung tangan mungkin." Kata Pak Sumi.

"Apa maksud bapak dengan dekat dengan targetnya?" Kata Pak Roman.

"Dekat dalam arti, sang pembunuh sudah tahu denah rumah hingga kebiasaan target setiap hari. Aku berani bertaruh 100 persen ini adalah pembunuhan berencana. Mengapa? dia tahu letak posisi rumah dan targetnya saat di rumah. Kenapa? itu yang membuatnya tidak bisa kita lacak. Dia tidak meninggalkan bukti apa pun. Hal yang menjadi sangat janggal adalah ada di foto ini. SEMUA PERABOT RUMAH TIDAK ADA YANG BERANTAKAN. Tapi hal yang janggal inilah yang bisa membuatku berkata seperti ini." Lanjut Pak Sumi.

Semua di ruangan itu diam. Mereka menunggu Pak Sumi melanjutkan pendapatnya.

"Kemudian untuk rekaman CCTV. Aku ingin bertanya apakah kita hanya punya rekaman CCTV rumah TKP? maksudnya saya hanya menerima rekaman CCTV kompleks dan jalan sekitar TKP."

"Izin menginterupsi." Kata Pak Sugik.

Pak Sugik adalah Kepala Direktorat Lalu lintas.

"Izin diberikan." jawab Pak Warno.

"Semua bukti video CCTV itu dari divisi kami. Bagaimana Pak? CCTV dalam ruangan?" Kata Pak Sugik melempar mukanya ke Pak Fara.

Dia melempar pertanyaan ke Pak Fara.

Pak Fara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Faktanya, semua TKP berada di rumah yang tidak ada CCTV-nya.

"Jadi memang tidak ada CCTV-nya ya..." Kata Pak Sumi.

"Pak Sumi, mungkin bapak tidak tahu hal ini tapi, dari CCTV jalan dan kompleks tidak ada yang aneh dari video tersebut, sudah kami cek." Kata Pak Roman.

"Jika ingatanku benar, salah satu bentuk pengecekan adalah uji kesamaan, mungkin terdengar konyol, tapi Pak Roman, apakah tidak ada kesamaan diantara video itu?" Kata Pak Sumi menoleh kearah Pak Roman.

"Kami juga sudah mengeceknya tapi-" kata Pak Warno yang menjawab terpotong oleh Pak Roman.

"Ada. Ah maaf jika saya lancang Pak Pimpinan. Tapi setelah saya cek sendiri memang ada sedikit persamaan. Sebelum target dibunuh, target selalu pulang dengan membawa tas tambahan padahal sebelumnya tidak ada tas tambahan itu. Tapi saya tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena kondisi CCTV jalan dan kompleks yang kabur." Kata Pak Roman.

"Bukannya bisa saja target baru pulang dari belanja atau yang lain kan?" Kata Pak Warno.

"Sayangnya masih banyak spot kosong yang tak terjamah kamera pengawas di Surabaya." Sambung Pak Sugik.

"Sepertinya memang perlu usulan penganggaran menambah kamera pengawas. Hmm bagaimana Bu Ike?" Kata Pak Warno.

"Bisa Pak, Tapi tahun depan. Anggaran tahun ini untuk belanja modal sudah habis. Akan saya suruh anak-anak menambahkan itu ke rencana anggaran tahun depan kita." Kata Bu Ike.

Bu Ike adalah Kepala Divisi Masalah Internal.

"Ah ngomong-ngomong tentang anggaran, ada yang ingin saya diskusikan." Kata Pak Warno kepada semua Kepala Direktorat.

Sembari mereka berbicara satu sama lain, Pak Sumi kemudian duduk sambil mengambil sebotol air putih dan melihat semua dokumen yang diberikan Pak Fara. Tak lama berselang, tiba-tiba beliau berkata,

"Eh San, apakah semua korban pembunuhan itu sudah diautopsi?" Kata Pak Sumi setelah termenung memandang Dokumen.

"Eh.. e, ya karena termasuk kematian yang janggal, kepolisian wajib mengautopsinya." Jawab Bu Santi sedikit gugup.

"Hasilnya? ah maksudku bagaimana hasilnya?" Kata Pak Sumi antusias.

"Um, Izin berbicara Pak Pimpinan." Kata Bu Santi mengancungkan tangan.

Merasa jawaban ini perlu didengar semuanya, Bu Santi meminta izin Pak Warno untuk bisa diperhatikan oleh semuanya.

"Bukannya Ibu sudah bicara tadi? ya dipersilakan." Kata Pak Warno sambil tersenyum.

"Untuk hasil autopsi yang ditanyakan oleh Pak Sumi... Ah bapak ibu sekalian, ini masih menyangkut soal hantu yang tadi. Untuk hasil autopsinya sebenarnya baru selesai satu jam yang lalu dan barusan saya terima. Setelah saya lihat simpulannya..." Kata Bu Santi.

Semuanya menyimak dengan serius kata-kata Bu Santi, tak terkecuali Pak Sumi.

"Tidak terdapat kejanggalan yang signifikan, semua korban di bunuh dengan benda tajam. Ah, karena tadi Pak Sumi berbicara tentang uji kesamaan, saya juga sudah melakukannya sendiri. Barusan saya lakukan sebelum berangkat kesini dan saya menemukan jika hal yang sama dari semua korban saat di autopsi." Kata Bu Santi.

"Itu adalah darah dan isi lambungnya selalu sudah terkuras habis." Lanjut Bu Santi.

"Darah?" Kata Pak Warno.

"Darah di dalam tubuh korban maksud saya." Jelas Bu Santi.

"Nah Vampir ini! Pasti ulah Vampir." Kata Pak Sugik.

Pak Sugik bermaksud bercanda, tapi tidak ada yang tertawa disana.

"Izin memberikan pendapat lagi, Pak Warno." Kata Pak Sumi.

"Iya bagaimana sum?" Kata Pak Warno.

"Pak Fara, apakah benar jika kukatakan setiap kali polisi datang ke TKP, kepolisian tidak bisa mengambil sampel darah?" Tanya Pak Sumi.

"Ya. Sudah mengering. Itu semua karena setiap polisi kesana, pasti beberapa hari telah berlalu setelah kejadian. Kau tahu kan penduduk di kota ini kurang peka terhadap tetangganya sendiri." Kata Pak Fara.

"Baiklah kalau begitu, marilah kita berasumsi lagi dengan dasar darah. Mengapa darah di dalam tubuh dan yang tercecer bisa hilang dan mengering? karena waktu? ya. Saya berpikir seperti ini. Jika misalnya sang pencuri ini memberikan racun, apakah racun itu akan masuk ke dalam darah?" Kata Pak Sumi dengan melihat kearah Bu Santi.

"Eh.. ee... ya, tergantung racunnya su- Pak Sumi." Kata Bu Santi.

"Bagaimana jika itu adalah sianida?" Kata Pak Sumi.

Kemudian Bu Santi mengiyakannya.

"Bagaimana caranya racun itu masuk ke dalam tubuh seseorang? lagi pula, kita mengabaikan fakta jika korban dibunuh dengan benda tajam. mengapa harus repot menggunakan sianida?" Kata Pak Roman.

"Pak Roman, Jika kita menggunakan pemikiran dari Pak Sumi, maka itu menjelaskan bagaimana semua kondisi dan perabotan rumah masih sangat rapi, seolah tidak pernah ada perlawanan dari korban. Mungkin aku juga berpikir seperti Sumi. Pembunuh memberikan sesuatu untuk dimakan, itu terlihat pada CCTV yang memperlihatkan jika para korban selalu membawa tas tambahan. Bisa jadi itu benda yang mengandung sianida atau racun lain. Dasar asumsi ini adalah isi lambung yang kosong. Ada yang saya lewatkan?" Jawab Pak Warno.

Semuanya menggelengkan kepala.

"Kalau begitu Bahan yang digunakan untuk itu harus bahan yang sederhana, mudah didapat, dan tidak ada pengawasan edar pada barang itu." Sahut Pak Fara

"Ubi? sederhana, mudah didapat dan tidak ada pengawasan karena itu makanan pokok." Jawab Pak Sumi.

"Apa hanya itu?" Pak Roman Ikut dalam pembahasan.

"Bukti bahwa setiap orang membawa tas tambahan mungkin bisa jadi penguat teori ini." Kata Pak Sugik.

"Pak maaf menyela, tapi bagaimana dengan rekaman keterangan saksi?" Tanya Pak Sumi.

Pak Sumi berusaha memikirkan hal ini secara komprehensif.

"Tidak ada yang bisa kita dapat dari rekaman itu. beberapa saksi yang kita maksud adalah orang yang pertama kali menemukan kasus, ah maksud saya yang melapor ke kita." Kata Pak Roman.

"Baik, saya rasa dari hal ini kita bisa bergerak. Pak Sugik, tolong urus pemasangan CCTV cadangan kita di berbagai tempat, utamakan yang menjadi blank spot kita! Bu Ike, tolong urus rancangan anggaran yang tadi. Pak Fara, maaf agak keluar dari tupoksimu, tolong untuk beberapa hari ini awasi para pedagang ubi di pasar tradisional di Surabaya. Pak Roman, awasi CCTV-nya kali ini pusatkan pada sekitar tempat kejadian, terakhir Pak Sumi, cari polanya, cari kemungkinan bahan lain yang bisa digunakan (oleh pembunuh itu)."

"Maaf menginterupsi pak, tapi apa tugas saya selanjutnya?" Kata Bu Santi yang tidak kebagian tugas.

"Untuk Bu Santi, saya mau hari ini mendapatkan bahan-bahan lain yang memenuhi kriteria untuk melakukan pembunuhan, diskusikan ini sama Pak Sumi, bantu dia. Setelah itu serahkan hasilnya ke Pak Fara dan Pak Roman." Imbuh Pak Warno.

Pak Warno mengambil simpulan dengan cepat. Dia membagi tugas kepada setiap orang dalam waktu yang singkat.

"Sekarang kita akan masuk ke agenda yang selanjutnya." Kata Pak Warno melanjutkan.

Pak Sumi minum air gelas plastik yang sudah disediakan dan mulai mengecek telepon pintarnya. Dia ingin tahu apa yang diperbuat anak-anaknya saat sendirian di rumah. Dia mengecek CCTV di rumahnya. Dia heran melihat Lili bersih-bersih rumah. Pak Sumi tersenyum, senang melihat Lili yang rajin membersihkan rumah.

"Ah Marie bangun." Kata Pak Sumi.

Pak Sumi melihat Lili yang langsung berlari menghampiri Marie. Namun anak itu tersandung. Karena merasa khawatir, Pak Sumi langsung berdiri dan meminta izin untuk meninggalkan ruangan. Pak Warno tampak tahu gelagat dari Pak Sumi.

"Ahaha, jadi memang mustahil ya meninggalkan mereka sendirian, ya cepat kesana!" Kata Pak Warno.

Pak Warno merasa dirinya ikut bertanggung jawab karena dirinya yang membuat Pak Sumi tidak jadi mencari pembantu. Pak Sumi langsung meninggalkan ruangan dan berlari keluar kantor. Kemudian meminjam sepeda motor kepolisian milik kantor (meskipun ini untuk tujuan pribadi) dan melaju dengan kecepatan penuh dengan lampu strobo dinyalakan.

Semuanya tampak tidak senang dengan keputusan Pak Warno yang mengizinkan Pak Sumi pergi. Semuanya, kecuali Santi yang sudah tahu keadaannya.

"Bapak Ibu sekalian, Sumi itu tidak sama seperti kita semua. Bisa dilihat kan tadi, dia berada bersama dengan kita untuk beberapa menit saja, tapi dirinya sudah menyelesaikan pekerjaan yang bila kita yang mengerjakan akan butuh waktu sehari." Bela Pak Warno.

(1) Sidak Lapangan: Pengecekan atribut dan kepatuhan para anggota polisi oleh Sub-bagian Umum dan Kepatuhan internal (salah satu sub bagian yang ada di Kepolisian)

(2) Penyebutan Anggota biasa oleh Pak Warno merujuk pada anggota polisi selain yang ada pada divisi intelijen dan keamanan.

(3) Bukti Alpha: Barang Bukti berupa laporan penyelidikan. Biasanya berisi Kronologis/reka ulang adegan, nama petugas yang terlibat, foto dan dokumentasi.

Cloud_Rain_0396creators' thoughts