webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · สยองขวัญ
Not enough ratings
102 Chs

Prasangka Baik yang Diterima dengan Buruk

Definisi dari sebuah ketenangan adalah saat pikiran dan jiwa ada dalam posisi yang mantap tanpa terpengaruh intervensi dari luar. Udara dingin pada malam ini membuat semuanya terlelap. Tapi tidak dengan Pak Sumi. Si Gundul itu terbangun pada jam 3 dini hari. Dia mendapati jika istrinya sudah tidak ada di sampingnya. Lalu Pak Sumi melihat telepon genggam miliknya. Terlihat sebuah pesan masuk yang baru saja terkirim saat dirinya telah tertidur. Dia membacanya dan ternyata itu dari Pak Suma. Pak Suma hanya memberitahu jika Ia sudah sampai rumah.

Setelah Pak Suma menginap sehari kemarin lusa, Pak Sumi menuju ke Rumah Warno untuk memenuhi undangan pernikahan. Pak Sumi bangkit dari kasurnya dan menuju ke kamar mandi untuk wudu. Dia melewati kulkas dan membukannya terlebih dulu. Terlihat es krim yang menumpuk di sana, Pak Sumi mengambil air putih es, dan meminumnya. Marie dibatasi hanya makan 2 es krim selama satu hari. Marie ingin makan lebih banyak, tapi tentu tidak Ia lakukan karena Dia patuh ibunya.

Pak Sumi sampai di depan kamar mandi dan mendapati jika pintu kamar mandi dikunci dari dalam. Baru Pak Sumi sadari bahwa Bu Rati masih ada di dalam. Akhirnya Pak Sumi ambil wudu di selang pada depan rumah. Dia tidak mau mengganggu Istrinya yang mungkin lagi sembelit lantaran kalap makan daging tempo hari saat di pernikahan Quora.

Pagi hari menjelang, Bu Rati mengeluhkan perutnya yang sakit. Mereka hari ini kebetulan akan berangkat kerja bersama. Marie ditinggal sendiri di rumah.

"Setelah semua yang Kita lalui kamu masih khawatir dengan Marie?" Kata Bu Rati di dalam mobil.

"Ya mau bagaimana lagi, anak itu sendirian. Ah istirahat makan siang Aku langsung pulang saja. Mau ajak Marie makan di luar." Kata Pak Sumi.

"Eh tapi itu kan tugasku!" Sahut Bu Rati

"Kamu pulang jam berapa?" Tanya Pak Sumi.

"2." Jawab Bu Rati.

Karena di depan lampu merah, Pak Sumi menghentikan Mobilnya.

"Hei Marie akan kelaparan jika Dia baru makan jam 2." Kata Pak Sumi.

"...Tapi kan dia sudah sarapan bubur tadi." Kata Bu Rati.

Mereka semua sarapan bubur tadi pagi.

"Ya sudah begini saja, Aku akan tetap akan pulang nanti jam 12, nanti kamu pulang lagi jam 2, ajak Marie makan." Kata Pak Sumi.

Tapi kemudian Pak Sumi menyadari jika muka Bu Rati pucat. Pak Sumi bertanya kenapa, lalu Pak Sumi mendapat jawaban jika dirinya hanya sedikit mual.

"Makanya jangan kalap makan daging kemarin." Gurau Pak Sumi.

"Hehe, iya." Kata Bu Rati.

Siang kemudian Pak Sumi pulang dan mendapati jika Marie sedang belajar berjalan. Marie berjalan dengan berpegangan pada tembok. Marie sedang melatih tangan dan ototnya. Pak Sumi sedikit kaget dengan sikap Marie sekarang. Hal ini bukan hanya terjadi kali ini saja.

Berkali-kali Pak Sumi dan Bu Rati melarang Marie latihan jika tidak ada mereka berdua. Tapi Marie tetap saja melatihnya secara diam-diam. Pak Sumi beberapa kali menghentikan 'ulah' Marie dan berkata padanya dengan lembut. Tapi anak itu tetap gigih ingin segera bisa memakai tangan dan kaki barunya.

"Assalamualaikum." Kata Pak Sumi.

Pak Sumi pulang ke rumah dengan menggunakan ojek, sedangkan mobil mereka dibawa Bu Rati.

"Waalaikumsalam." Jawab Marie.

Pak Sumi mendekat pada anak itu.

"Marie sudah lapar?" Kata Pak Sumi.

"Kata Ibu, Marie disuruh meungu (menunggu) Ibu." Jawab Marie.

"Oh begitu." Pak Sumi Pundung.

"Ah, Marie belum makan es krim kan hari ini?" Tanya Pak Sumi.

"Es Krim!" Kata Marie bersemangat.

"Duduk disitu, tolong nyalakan tevenya, Aku akan mengambilkannya untuk kita."

Kemudian mereka berdua makan es krim bersama sambil menonton teve.

Ditengah-tengah momen ketika Mereka sedang menikmati es krimnya, Pak Sumi menyeletuk,

"Marie, apa Kamu latihan lagi?"

"Ehehe, sedikit yah." Kata Marie.

"Tolong berhati-hati ya." Tegur Pak Sumi.

"Iya!" Kata Marie bersemangat.

Pak Sumi yang melihat Marie seperti itu, kemudian berkata pada Marie apa yang menjadi unek-uneknya selama ini.

"Marie, bagaimana pendapatmu, jika Marie punya adik." Kata Pak Sumi.

Pak Sumi teringat dengan keadaan Bu Rati tadi pagi. Dia berpikir mungkin saja, mungkin saja kesempatan yang ditunggu selama beberapa tahun ini telah datang. Kesempatan itu adalah kehamilan. Marie sedikit bingung harus berkata apa, anak itu merenung setelah mendengar pertanyaan Pak Sumi.

"Iya..." Kata Marie singkat.

Mendengar jawaban yang kurang mengenakkan tersebut, Pak Sumi mulai membahas bahasan yang lain. Setelah salat zuhur dengan Marie, Pak Sumi kembali ke kantor.

"Marie, ayah balik dulu ya." Pamit Pak Sumi.

"Iya! Makasih yah es krimnya." Kata Marie.

Beberapa menit kemudian Bu Rati pulang. Bu Rati langsung mengajak Marie untuk pergi makan bersamanya. Mereka makan di warung makan dekat dengan rumah.

"Loh Rati toh." Kata Penjaga warung.

Warung itu adalah warung andalan pasutri (pasangan suami istri) itu jika mereka ketepatan pulang dan tidak ada makanan di rumah.

"Iya bu, pesen seperti biasa ya, um, Marie mau apa nak? Ayam? Telur? Daging?" Kata Bu Rati.

Marie berpikir sebentar. Dengan gestur yang menurut orang-orang itu menggemaskan (termasuk Bu Rati), Marie berpikir apa yang akan ia makan sekarang. Semua orang yang ada disana melihat tingkah lucu Marie.

"Daging!" katanya bersemangat.

Marie dari tadi sudah menahan lapar. Tapi hal ini tentu tidak ada apa-apanya daripada saat dirinya ada di rumah Sunandar.

"Tumben? ahaha, bu sama dagingnya satu." Kata Bu Rati.

Mereka berdua makan sayur sop dengan potongan daging. Air minum? Bu Rati selalu membawa dari rumah.

"Marie ingin coba, tidak apa-apa?" kata Marie.

Marie khawatir jika saja dia salah.

"Bagus itu nak. Jangan paksakan untuk memakannya ya kalau tidak enak. Nanti ibu ambilkan telur." Kata Bu Rati.

"Marie pikir... mungkin enak, um, makan daging abis makan es krim." Kata Marie polos.

"Marie makan Es Krim?" Tanya Bu Rati mendadak serius.

"Um, iya... tidak boleh?" Tanya Marie.

"Tid- ah bukan begitu. Marie, Kalau Marie belum makan siang, kan perut Marie masih kosong. Ibu takut kalau Marie sakit perut." Kata Bu Rati.

"Awas saja kalau Kamu pulang nanti sumi, anak belum makan siang kok dikasih es krim. Kalau begitu Aku tidak bisa memberinya es krim lagi dong." Batin Bu Rati.

"Maaf." Kata Marie pundung.

Seketika orang-orang di sekitar memandang Bu Rati.

"Ah~, tidak Marie. Sekarang ayo dimakan makannya." Kata Bu Rati sambil mengelus kepala Marie.

"iya! Terima kasih Ibu!" Kata Marie bersemangat lagi.

Kemudian Mereka makan dengan lahap. Sepulangnya di rumah, Bu Rati berlari ke kamar mandi. Marie yang tiba-tiba ditinggal sendirian di ruang tamu menjadi cemas apa yang terjadi pada ibunya tersebut.

Marie jalan bertatih-tatih menuju ke kamar mandi. Setelah mendengar suara muntah ibunya, Marie mulai memberanikan diri untuk melepaskan tangannya dan segera berjalan tanpa bantuan tangan yang berpegangan pada sesuatu.

"I-ibu?" kata Marie cemas.

"Marie kenapa-" Bu Rati muntah lagi sebelum menyelesaikan ucapannya.

Bu Rati kaget dengan Marie yang sudah ada di depan pintu kamar kecil.

"Ibu tidak apa-apa?" Kata Marie.

"Ibu tidak apa-apa. Tapi sejak kapan Marie bisa berjalan?" Tanya Bu Rati.

(Marie menggelengkan kepala) "Tidak tahu, Marie jalan sendiri."

Bu Rati kemudian sadar jika Marie sangat menghawatirkan dirinya sampai-sampai dia menggerakkan tubuhnya tanpa sadar. Kemudian Bu Rati memeluk anak tersebut.

"Ibu, tidak apa-apa?" Kata Marie berulang.

"Iya nak, ibu tidak apa-apa." Kata Bu Rati.

"Marie, bagaimana menurut Marie mungkin kalau saja Marie akan menjadi kakak?" Tanya Bu Rati.

"...Iya." Jawab Marie setelah diam sesaat.

Tiba-tiba telepon Bu Rati berbunyi. Kemudian Bu Rati pergi lagi untuk bekerja.

"Jangan lupa salat asar ya sayang, Ayah mungkin akan pulang jam 4 nanti, Assalamualaikum." Kata Bu Rati di depan pintu.

"Waalaikumsalam, iya bu." Jawab Marie sambil memakan es krim jatah keduanya pada hari ini.