webnovel

My Identity Secret Story [MISS]

Refki adalah seorang remaja laki-laki yang mengalami kecelakaan hebat yang membuat tubuhnya hancur. Tetapi begitu dia terbangun, ia melihat dirinya sudah berubah menjadi perempuan. Ia ditolong oleh seorang laki-laki bernama Zien. Bagaimana nasib dan kisah Refki setelah berubah menjadi perempuan? Genre: Transgender(LGBT+), Romance, Comedy, Slice of Life, Supranatural

Fryzz_Na · LGBT+
เรตติ้งไม่พอ
22 Chs

6. Mencari Informasi Kecelakaan

- Chapter 6 -

Minggu pagi, aku terbangun. "..Mimpi semalem.. Apakah salah satu kenangan gua pernah ngeliat Zien di sekolah waktu dulu?" gumamku bertanya-tanya. "Iya, pasti kemungkinan itu! Ternyata gua emang sempat ngeliat dia ngejemput Eva dulu di sekolah" ujarku. Aku pun bangkit dari kasurku.

Setelah bangun, kemudian membersihkan diri ke kamar mandi, aku pun keluar dari kamarku. Aku mengetuk kamar Zien sekilas tetapi tidak terdengar adanya suara. "Zien?" tanyaku, tapi tak ada jawaban. Aku lalu pergi turun ke lantai bawah.

Di lantai bawah pun aku juga tidak melihat keberadaan Zien dimana pun di dalam rumah. "Kemana tuh orang?" tanyaku heran. Tetapi begitu aku menuju meja makan, sudah tersedia adanya sepiring nasi dengan sosis sapi, dan cream soup untuk sarapan. Juga susu hangat dan air mineral untuk minuman.

Sepertinya Zien tidak sedang berada di rumah. Karena ketika aku mengecek ke parkiran, aku juga tidak melihat mobil hitamnya Zien. "Pergi kemana dia kagak bilang-bilang?" gumamku. "Ah bodolah"

Aku kembali menuju meja makan dan duduk. Lalu aku melihat ternyata ada secarcik kertas bertuliskan: [Aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa telfon saja ke nomorku, *tertulis nomor hp Zien*].

"Gimana gua mau nelpon?! Gua kan sekarang udah gak punya hp cok!!" ucapku setengah berteriak.

Aku pun sarapan. Kemudian setelah selesai sarapan, aku kembali menuju kamarku. "Enaknya ngapain yak mumpung Zien lagi pergi? ..Jalan-jalan keliling komplek ini, sekalian liat-liat suasana dan lari pagi kali ya mumpung hari minggu?" pikirku.

Tapi kemudian aku teringat ucapan dokter itu. ("Meskipun tubuhmu sudah pulih. Tapi kau masih belum boleh melakukan aktifitas berat, terutama olahraga, seperti lari dan angkat beban. Main bola juga tidak boleh!" ucap dokter itu ketika berada di rumah sakit). "Sial. Padahal gua suka olahraga. Apalagi main bola" ucapku hopeless.

"Bola ya.. Jadi kangen maen futsal bareng anak-anak laen.. Pa kabar ya mereka?" gumamku. Apalagi mengingat dulu aku sering main futsal bareng teman-teman.

Kemudian aku melihat ke arah laptop hitam di atas meja belajar. Aku menuju ke bangku meja belajar itu, lalu duduk. "Laptopnya boleh gua nyalain nggak ya? ..Coba deh" ucapku sembari membuka dan menyalakan laptop tersebut.

"Btw di rumah ini ada hotspot wi-fi nya kan? password wi-fi nya disini apa ya kira-kira?" tanyaku. Tetapi ku lihat ternyata koneksinya sudah langsung tersambung. "Oh ternyata udah langsung kesambung sama wifi sini? Baguslah" ujarku senang.

Aku melihat-lihat isi folder laptop tersebut. Tetapi tidak banyak file ada disana, hanya ada beberapa file tugas, gambar, dan foto-foto yang belum aku lihat isi fotonya. Kemudian aku membuka internet. "Udah lama gua nggak buka internet rasanya. Bahkan hp.. Hp gua pasti dijamin udah rusak dan ancur pas kecelakaan gua waktu itu. Tubuh gua aja katanya rusak atau ancur gegara kecelakaan waktu itu, apalagi HP!" gumamku. "..Jadi pengen punya hp baru lagi.." ucapku meratapi nasib sekarang yang udah nggak punya hp. "Ah btw soal kecelakaan.."

Aku membuka google dan mencari informasi tentang berita kecelakaan yang terjadi pada hari waktu kematianku. "Oh. Ini dia. Akhirnya ketemu!". Aku pun membuka dan melihat isi beritanya:

[Terjadi kecelakaan lalu lintas di sebuah jalan tol daerah Jawa Tengah, pada tanggal 2* Desember 20**. Sebuah mini bus dan truk tronton saling bertabrakan, kemudian jatuh ke dalam jurang dan mengalami ledakan. Diduga mini bus tersebut mengalami kebocoran bensin. Sedangkan truck mengalami kelebihan muatan sehingga mengalami keolengan. Ditemukan semua penumpang bus yang berada di dalamnya beserta supir bus, dan supir truk beserta seorang lagi didalamnya, semuanya mati dalam kecelakaan tersebut. Total korban yang ditemukan ada 13 orang. 10 penumpang bus, dan 1 supir bus. Beserta 2 orang dalam truk. dst..]

"..Apa?! Jadi ada 10 penumpang yang meninggal..?" ucapku membaca berita tersebut. "Tapi.. Seinget gua penumpang yang ada di dalam bus tersebut ada 12 orang.." gumamku mengingat.

"Berarti diantara itu, salah satu orang yang gak ditemukan atau yang nggak meninggal itu adalah gua. Dan ternyata masih ada satu orang lagi juga selain gua yang nggak ditemukan mati dalam kecelakaan. Berarti.. Apa jangan-jangan orang itu selamat juga kayak gua? Atau orangnya ilang nggak ditemukan dalam kecelakaan tersebut?" gumamku berfikir.

Seketika aku berharap korban satu lagi yang selamat atau tidak ditemukan itu adalah perempuan. Supaya ternyata bahwa alasan aku berubah menjadi perempuan, adalah karena aku bertukar tubuh dengan orang itu.

Tapi.. Mustahil. Dokter tersebut mengatakan, Zien mememukan keadaan tubuhku masih dalam wujud laki-laki, walaupun sebagian tubuhku hancur dan rusak. Dan aku murni dioperasi dan diganti alat kelaminnya. "Sialan" gumamku kehilangan harapan.

"Tapi siapa korban satu lagi selain gua yang mungkin selamat, atau mungkin hilang dalam kecelakaan tersebut?" Aku mulai bertanya dan mengingat-ingat. Seingatku hanya ada tiga perempuan dalam mini bus tersebut. Sisanya laki-laki. Aku pergi dan duduk sebangku di dalam bus waktu itu bersama dengan saudara sepupuku.. Reo.

"Tunggu.. Reo! Gimana kabar dia?! Dia juga berangkat bareng gua naik bus yang sama. Berarti dia juga korban kecelakaan! Apa dia juga meninggal dalam kecelakaan itu? Atau dia orang satu lagi yang juga selamat kayak gua?!" ujarku teringat. Aku harap dia orang satu lagi yang selamat selain diriku. Tapi jika dia juga sudah meninggal seperti korban yang lain..

Aku teringat moment ketika kami berangkat. Waktu itu aku berangkat berdua bersama Reo untuk liburan karena Reo memenangkan hadiah wisata liburan dengan tiket menginap di hotel di luar kota untuk dua orang. Dan Reo mengajakku untuk ikut.

<–Flashback On–>

"Bang Refki!! Gue ada vocher tiket staycation nginep gratis di hotel ini bang!" ucap Reo yang datang menghampiri sambil menunjukkan voucher menginap gratis di suatu hotel di suatu kota daerah Jawa Timur.

Aku sedang duduk nyemilin kacang garing di sofa rumah. "Weh asik. Boleh tuh! Dapet darimana lu?" tanyaku kepada Reo ketika diajak. "Lu nggak ajak adek lu, Re?"

"Gue menang hadiah undian. Tiketnya cuma buat dua orang. Adek gue kan masih sekolah bang. Lagipula adek gue cewek mana boleh ama nyokap. Jadi gue ajak lu aja bang" ujar laki-laki yang terlihat satu tahun lebih muda dari Refki, rambutnya sedikit agak lebih gondrong seleher. Fitur wajahnya justru lebih terlihat feminim dibanding wajah asli Refki yang lebih agak terlihat maskulin dibanding Reo.

"Yodah dah. Sekalian gua liburan mayan, mumpung libur" senyum Refki.

"Asyik!!" ucap Reo tersenyum senang. "Oke, gua udah booking tanggal tiket bus nya bang. Jadi tinggal berangkat aja kita nanti"

"Sip thankyou. Ntar gua ijin nyokap dulu dah" ucapku.

Aku pun meminta izin ibuku untuk jalan dan menginap dengan Reo kesana. Ibuku pun mengizinkan, karena ku juga memang sudah biasa jalan bareng temen-temen, dan keluar kota, bahkan hiking naik gunung. Ibuku hanya berkata, "Yaudah hati-hati nak. Jaga Reo juga baik-baik" ucap ibuku.

"Oke mah. Tenang aja" senyumku dengan meyakinkan kepada nyokap bahwa kurasa akan aman.

Sampai hari dimana kami pun berangkat menaiki bus menuju kota itu. Dan kecelakaan itu pun terjadi..

<–Flashback Off–>

Kepalaku seketika pusing mengingat hal itu, tidak sanggup mengingat kejadian moment saat kami berangkat di bus. Yang kuingat kecelakaan itu terjadi, dan guncangan saat bus yang kami naiki tetabrak hingga terjadi benturan keras, suara teriakan ketakutan saat bus tersebut terbalik dan akan jatuh ke jurang, suara nyaring itu seketika membuat telingaku berdenging. "Ekh-" ujarku mengernyitkan alis dan menutup sebelah telinga.

"Semoga dia orang yang selamat satu lagi selain gua!" gumamku berdoa. "Tapi gimana kalo ternyata dia hilang dan mayatnya nggak ditemuin dan nggak dikubur?!" ucapku panik. "Semoga bukan dia deh!" doaku kini berganti.

Aku pun kemudian kembali menatap ke arah layar laptop. Sembari menunggu Zien pulang, aku lanjut bermain laptop. Membuka internet, mencari informasi tentang kejadian kecelakaan itu, dan membrowsing hal-hal yang lainnya.

Tanpa terasa waktu berlalu, aku mendengar suara ketukan pintu. Sepertinya Zien sudah pulang. "M-masuk aja!" ujarku yang sedikit terkejut karena aku sedang fokus menatap layar dan masih memainkan laptopnya.

Zien pun membuka pintu nya dan masuk. "Lagi ngapain?" tanya nya sembari berjalan mendekat ke arah tempatku.

"Ee.. Gua lagi buka laptop. Gapapa kan ya kalo gua buka laptop lu? Sorry belum izin" ucapku menatap Zien.

"Gapapa. Laptop itu memang untuk kau pakai. Nanti untuk tugas kuliahmu memang kau juga akan pakai laptop itu. Jadi pakai saja laptop nya" ujar Zien.

"Beneran nih buat gua pake? Weh. Makasih Zien! Sumpeh baik banget emang lu bre" ucapku tersenyum senang.

"Masama" ucap Zien tersenyum. "Aku senang jika melihat kau senang" ujarnya sambil tersenyum menatapku.

Melihat Zien yang tersenyum padaku dan bicara begitu entah kenapa rasanya jadi agak sedikit akward. "Em.. Jadi, lu abis pergi darimana tadi?" tanyaku.

"Abis jalan-jalan sebentar. Sekaligus aku membelikan sesuatu untukmu" ucap Zien.

"Beliin gua sesuatu? Wah apatuh?" tanyaku penasaran.

Zien lalu mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tas yang ia bawa, lalu menyodorkan kotak itu kepadaku. "Hp baru untukmu. Kau mungkin membutuhkannya" ucapnya.

Mataku langsung berbinar melihat kotak hp tersebut. "Seriusan beliin hp ini buat gua?!" ucapku senang. "Makasih banget Zien! Gila tau aja lu gua pengen dan butuh hp baru!!" ucapku senang sembari mengambil kotak handphone itu. "Seneng gua jadinya punya temen tajir dan baik hati kayak lu"

"Masama" ujar Zien tersenyum sambil menatapku yang senang menerima kotak handphone baru nya. "Iyakah?" tanyanya dengan senyuman seperti senang karena aku memujinya.

"Gila. Serasa punya Sugar Daddy gua!!" gumamku sembari membuka kotak hp baru tersebut.

"Ohok-" Zien tiba-tiba tersentak batuk mendengar ucapanku.

"Eh..-" ((Keknya gua salah ngomong..?! Kalo dipikir-pikir.. Jangan-jangan dia aslinya beneran sugar daddy?! Kan dia tajir banget anjir!)) ucap batinku melirik panik ke Zien.

"Ngomong-ngomong. Aku memberikanmu banyak sesuatu, tapi kau belum memberikan apapun padaku. Jadi.. Boleh aku meminta sesuatu darimu sebagai tanda terimakasih untukku?" tanya Zien seketika tampak seperti ragu.

"Iya juga sih.." pikirku. "Gua belum pernah ngasih lu apa-apa yak rasanya" ucapku merasa hopeless. "Boleh dah asalkan jangan benda mahal. Apa tuh?" tanyaku menatap Zien.

"Bolehkah aku.." ucapnya sambil melirik ke kiri sekilas. "Meminta pelukan darimu?" tanya nya sembari menatap ke arahku.

"Hah?" ucapku tercengang. "Nggak ada pemintaan yang lain apa kek gitu?"

"Cium?" ucapnya.

"... Ogah" ucapku datar.

"Kau bilang tadi, 'Boleh. asalkan jangan benda mahal' kan. Jadi berarti boleh dong?" ucap Zien sambil tersenyum jail tipis ke arahku.

"..." aku pun terdiam karena ucapannya benar, itu ucapanku tadi. ((Tapi kalo dipikir-pikir gua juga belum ngasih sesuatu untuk dia, jadi apa salahnya kalo nurutin permintaan dia? Peluk aja kan? Yaudahlah sekali ini aja gapapa deh)) ujar batinku.

Aku pun berdiri dari dudukku, kemudian memeluk Zien. "Oke sekali ini aja gua peluk. Makasih Zien" ucapku sambil memeluknya.

Zien pun tersenyum dan balas memelukku. "Masama, Refki" ucapnya menyebut namaku. "Kau akan pura-pura jadi pacarku, jadi mungkin kau juga akan lebih sering memelukku nanti kedepannya" ujarnya kemudian.

"... Sial, baru inget" ujarku seketika sweetdrop mendengar ucapan Zien. Aku pun melepaskan pelukanku dari Zien. "Oh iya ngomong-ngomong, gua pengen menanyakan sesuatu" ucapku begitu teringat akan berita kecelakaanku tadi. "Waktu lu nyelamatin gua, apa ada oranglain yang juga selamat waktu itu selain gua?" tanyaku menatap Zien.

"Entahlah. Yang kulihat korban disana sudah pada mati selain dirimu" jawabnya. "Aku hanya membawa dirimu waktu itu"

"Beneran nggak ngeliat lagi yang masih hidup selain gua?" tanyaku memastikan.

"Sepertinya tidak ada. Antara aku tidak tau.." jawab Zien seperti mencoba mengingat. "Atau mungkin memang tidak ada lagi yang masih hidup selain kau saat itu" ujarnya.

"..Berarti apa kemungkinan orang itu hilang?" gumamku berfikir sembari sedikit menunduk dan menaruh sebelah tangan di dagu.

"Kenapa? Apa kau menemukan informasi ada lagi korban yang masih hidup selain dirimu?" tanya Zien penasaran.

"Gua tadi baca berita informasi tentang kecelakaan gua waktu itu.. Gua liat info, tertulis korban dari penumpang busnya ada 10 orang" ujarku. "Seingat gua penumpang yang ikut waktu itu ada 12, termasuk gua. Berarti ada satu orang lagi selain gua yang belum tentu meninggal.." ucapku menjelaskan.

"Hm? Berarti ada kemungkinan orang itu hilang tak ditemukan. Atau kemungkinan terburuknya.. Tubuh orang itu benar-benar sudah hancur dan terbakar oleh ledakan hingga tidak dapat ditemukan" ucap Zien.

"Apa?!" ucapku terkejut. "..Semoga aja itu bukan Reo!" ujarku memohon.

"Reo? Siapa dia?" tanya Zien penasaran dengan sedikit mengangkat alis.

"Sepupu gua. Gua waktu itu berangkat bareng dia" jelasku. Seketika aku penasaran sesuatu. "Zien.. Tapi kenapa.. Lu bisa nyelamatin gua waktu itu? Dan kenapa lu bisa tau kalo itu gua yang lu selamatin pada waktu itu? Katanya tubuh gua sebagiannya hancur kan? Makanya gua sampe di operasi plastik bahkan diganti kelamin?" tanyaku penasaran menatap Zien.

"...Itu.." Zien sedikit melirik ke kiri bawah. "Kebetulan?" ujar Zien menatapku kembali.

"Cuma karena kebetulan?" tanyaku penasaran. "Tapi.. Suatu kebetulan, atau ketersengajaan?" tanyaku lagi dengan tampang agak curiga menatap Zien.

"Kebetulan. Tapi mungkin.. Keduanya" jawab Zien.

"Hah gimana?" tanyaku terheran.

"Jadi, kebetulan saat itu aku juga sedang ingin menuju ke Surabaya. Sebagian keluargaku, terutama nenekku ada disana.." jelas Zien.

"Surabaya? Lu orang Surabaya?" tanyaku. Seketika aku teringat dia yang orang kaya. "Jangan-jangan.. Lu termasuk Crazy Rich Surabayan ya?!" tatapku ke Zien.

Zien hanya mengangkat bahu. "Entahlah. Mungkin? Tapi masih banyak orang yang jauh lebih kaya dari keluargaku" jawabnya.

"Hoo.. Pantes sih lu banyak duit" ucapku manggut-manggut. "Oke lanjut. Trus gimana lu bisa tau di dalem bus itu ada gua? Atau pas kecelakaan bisa tau itu nyelamatinnya gua?" tanyaku penasaran.

"Saat melewati tol itu aku kebetulan melihat terjadinya kecelakaan itu" jelasnya. "..Insting?" ujarnya.

"Hoo. Tapi yang gua heran, kok lu bisa tau itu yang lu selamatin gua? Kan katanya sebagian tubuh gua hancur" tanyaku lagi.

Zien terdiam sejenak. "Aku masih mengenali bentuk wajah dan tubuhmu" jawabnya. "Kebetulan ternyata orang yang berhasil selamat dan kuselamatkan itu adalah kau. Jadi mungkin.. Ini takdir" ucap Zien senyum tipis menatapku.

"Oh.. Iya juga sih" ucapku berfikir. "..Takdir ya..?" gumamku menatap Zien. "Kebetulan yang aneh" fikirku. Tiba-tiba aku teringat ucapannya sebelumnya yang mengandung unsur 'sengaja'. "Trus ketersengajaannnya apa?" tanyaku penasaran.

"..." Zien terdiam. "Aku akan memberitaumu nanti, kalau kau sudah mengetahui tentangku" ujarnya kemudian. Ia lalu berbalik badan dan berjalan menuju arah keluar kamar.

"Bukannya gua udah tau lu?" tanyaku heran. "Ya emang sih gua masih belum tau terlalu banyak tentang lu, tapi kan setidaknya..–" ucapku. Tapi ucapanku seketika dipotong oleh kata-kata Zien.

"Aku membelikanmu makanan dan cemilan juga. Kalau kau mau makan, turun saja nanti ke bawah" ujar Zien. Kemudian ia keluar dari kamar, dan menutup pintu nya.

"...Oke" ucapku. Melihat Zien yang sudah keluar dari kamar "Yeh.. Kebiasaan tuh orang suka kabur kalo ditanya!" gumamku malas.

Aku pun melihat hp baru yang sudah ku buka kotaknya. "Anjay. Termasuk hp keluaran baru nih! Mahal pasti" ucapku sambil memegang dan melihat hp baru tersebut. "Mayan keknya buat maen game" kemudian aku mencharge hp baru tersebut dengan chargeran yang memang sudah tersedia dalam kotaknya.

Tiba-tiba aku sedikit merasa kaku dan agak nyeri pada beberapa bagian tubuhku. "Agh-! Kenapa nih..?!" ujarku sambil memegang bagian badanku yang terasa kaku dan nyeri.

To be Continued..