webnovel

My Identity Secret Story [MISS]

Refki adalah seorang remaja laki-laki yang mengalami kecelakaan hebat yang membuat tubuhnya hancur. Tetapi begitu dia terbangun, ia melihat dirinya sudah berubah menjadi perempuan. Ia ditolong oleh seorang laki-laki bernama Zien. Bagaimana nasib dan kisah Refki setelah berubah menjadi perempuan? Genre: Transgender(LGBT+), Romance, Comedy, Slice of Life, Supranatural

Fryzz_Na · LGBT+
Not enough ratings
22 Chs

5. Tujuan Terselubung

- Chapter 5 -

Aku pun turun mengikuti Zien ke lantai bawah untuk makan malam. Dan aku jadi penasaran siapa orang yang ingin dikenalkan Zien padaku karena ia tidak menjawab, hanya langsung berjalan lalu menuruni tangga ke lantai bawah.

Terlihat di meja dapur sudah ada tiga piring nasi ayam katsu dengan bumbu barbeque, tiga air mineral, dan tiga jus strawberry. Di tengah meja itu terdapat lampu berbentuk lilin yang menyala.

"Jadi mana orang yang katanya lu ingin kenalin ke gua?" tanyaku sembari duduk di bangku meja makan tinggi itu.

"Belum datang. Dia sedang dalam perjalanan menuju kemari" jawab Zien yang juga ikut duduk di hadapanku. "Langsung makan duluan aja gapapa sembari menunggu"

"Owh. Oke" Aku memakan chicken katsu tersebut. "Wuih enakk. Ini lu bikin sendiri? Bukan beli?" tanyaku.

"Iya. Aku membuatnya" jawab Zien sembari memotong katsunya lalu melahapnya. "Kadang aku beli juga kalau sedang malas masak, atau ketika tidak ada persediaan bahan makanannya di dapur"

"Jago masak lu berarti. Ajarin gua dong. Gua nggak bisa masak soalnya" ucapku sembari makan.

"Boleh aja. Sama sekali nggak bisa kah?" tanyanya disela makannya.

Aku menggeleng. "Cuma bisa masak aer sama ngerebus mie doang" ucapku lalu meminum jus stawberry nya. "Enak juga jusnya. Pasti lu yang buat sendiri" tebakku.

Zien mengangguk sembari tersenyum. "Ngomong-ngomong. Sudah kepikiran nama samaranmu?" tanya Zien. Kemudian ia ikut meminum jus strawberry nya.

"Hmm.." Aku menyuap makananku sembari berfikir. "Belum kepikiran. Ada ide?" tanyaku, kemudian meminum air mineral.

"Aku sudah memikirkannya. Bagaimana jika anagram dari nama aslimu?" saran Zien. "Nama lengkapmu Refki Adityama Harifian bukan?"

"Anagram?" tanyaku bingung. Aku mengangguk "Kok lu juga bisa tau nama lengkap gua?! Jangan-jangan.. Lu stalker gua yak?" tanyaku curiga.

"Tertulis nama lengkapmu di kuburanmu" jawab Zien sembari memotong katsu nya.

"Oh iya" ucapku teringat bahwa ada nama lengkapku di batu nisan kuburan'ku'. "Anjir apal aja lagi lu nama lengkap gua!"

"Ingatanku tajam. Tidak sepertimu" jawab Zien sembari menyuap katsunya. "Sekarang balik fokus ke nama samaranmu. Aku terfikirkan nama dari anagram unsur huruf namamu yang mungkin cocok untuk dipakai"

"Sialan" ucapku lalu menyuap makanku. "Jadi siapa tuh nama gua?" tanyaku penasaran.

"Fernia Dhiftarina Yamaki" jawab Zien.

"Wah pinter juga lu! Boleh tuh. Ide bagus" jawabku tersenyum. "Tapi.. Yamaki terdengar namanya kayak gua keturunan Jepang?" pikirku.

"Ya. Kau akan kubuat ceritanya ada keturunan dari Jepang. Jadi aku bisa buat orangtuamu ceritanya tidak berada disini karena berada di Jepang" ucapnya. "Atau sekalian bisa juga.. Kau ceritanya pindahan dari Jepang?" pikir Zien.

"Boleh juga tuh mantep! Eh tapi.. GUA KAGAK BISA BAHASA JEPANG COK!!" ucapku sweatdrop.

"Aku bisa sedikit. Tapi Eva yang lebih ahli soal bahasa Jepang" jawabnya. Tiba-tiba handphone Zien berdering. "Sepertinya orang itu sudah sampai. Tunggu sebentar" ucapnya sembari mengangkat telfonnya. Zien pun berdiri dan berjalan menuju ke arah ruang tamu.

"Oh ya? Ngomong-ngomong soal Eva. Kenapa.." Aku ingin bertanya tapi kemudian aku melihat Zien mengangkat telfonnya dan berjalan pergi. Aku pun kembali melanjutkan makanku.

Ketika Zien kembali, terlihat Zien berjalan bersama seorang perempuan yang melangkah di belakangnya. Terlihat seorang wanita cantik berkisar umur 30tahunan yang terkesan anggun dan stylish dengan pakaian formal dan rok pendek seatas lutut. Wajahnya tetapi terlihat cukup muda, dan rambutnya diwarnai cokelat keorenan pada bagian bawahnya. "Hallo" ucapnya tersenyum lembut kepadaku.

"Perkenalkan. Dia bu Naella. Salah satu asisten manager di salah satu perusahaan keluarga ku. Dia yang akan berpura-pura menjadi wali mu nanti" ujar Zien memperkenalkan orang di belakangnya itu padaku.

"Hai" wanita itu tersenyum lembut padaku. "Aku adalah Naella. Salah satu asisten manager di perusahaan tuan muda Zien" ucapnya mengenalkan dirinya ulang. "Jadi kau kah orang yang dibilang oleh Zien? Kau terlihat cantik!" ujarnya sembari berjalan mendekatiku.

"H-hai" sapaku ragu. ((Dibilang oleh Zien? Bakal jadi wali pura-pura? ..Apa Zien ngasih tau kalo identitas gua aslinya cowok? Atau gua diperkenalkan sebagai 'pacar'nya?)) tanya dalam batinku.

"Salam kenal cantik" ucapnya tersenyum lembut. Ia kemudian menoleh ke Zien "Aku berarti akan bekerja double bahkan triple job. Ku harap kau menaikkan gajiku, tuan muda" ucap wanita itu ke Zien.

"Tenang saja, kau akan mendapatkan bonus khusus untuk pekerjaan tambahanmu ini" jelas Zien.

"Baiklah" ucapnya tersenyum. "Selama ada uang tambahan maka akan aku laksanakan" ujar wanita itu.

Zien menoleh padaku. "Dia adalah ibu muda dengan dua anak masih kecil, jadi dia butuh uang tambahan untuk biaya sekolah anaknya. Jadi maklumi saja" ujarnya.

"Hey kenapa kau malah katakan itu!!" ucap wanita itu sedikit kesal. "Uhuk. Baiklah, jadi aku hanya perlu berpura-pura menjadi tante nya kan untuk penyamarannya masuk ke kampusmu dan jika dibutuhkan? Itu tidak jadi masalah" ucapnya tersenyum. "Lagipula aku juga akan senang memiliki keponakan yang cantik menggemaskan seperti ini!!" ujarnya kemudian memegang sebelah pipiku.

Aku sedikit terkejut, sekaligus senang ketika wanita cantik itu menyentuh pipiku. Tapi mengingat ia adalah orang yang sudah menikah dan memiliki dua orang anak.. Gajadi.

"Aku sudah siapkan makan. Jadi duduk dan makanlah, nyonya" ucap Zien sembari ia menuju ke bangkunya untuk duduk.

"Baik, baik" Naella pun duduk. "Wow chicken katsu buatan tuan muda Zien. Pasti nikmat" ucapnya kemudian memotong ayamnya dan menyuapnya ke dalam mulutnya. "Nyam~ Sudah kuduga dari cita rasanya. Ini pasti buatan Zien~" ujar wanita itu menikmati.

Kuakui makanan buatan Zien memang enak. Tetapi ternyata wanita itu sangat menikmati dan seperti memang sudah beberapa kali menyantap masakan Zien hingga mengetahui kalau yang membuatnya adalah Zien. ((Apakah Zien seharusnya jadi seorang chef?)) ucap batinku.

"Jadi.. Siapa namamu, nona cantik?" tanya wanita itu.

"Aa nama saya.. Fe–" ucapku agak ragu. Belum sempat ku menjawab, tiba-tiba Zien sudah menjawab..

"Fernia. Namanya Fernia" jawab Zien kepada Naella.

"Hoo. Nama yang bagus" ucap Naella sembari makan. "Apakah itu nama asli, atau palsu?" tanyanya tersenyum lembut.

Deg. Aku sedikit tersentak. ((Apa dia tau itu nama samaran? Apa dia emang udah tau gua aslinya cowok?)) tanyaku dalam batin. "Itu.."

"Itu adalah identitasnya. Kau belum perlu tau asli atau palsu" jawab Zien disela makannya.

"Baiklah" ujar wanita itu kepada Zien. "Jadi.. dalam penyamaran ini, tugas apa yang diberikan tuan muda Zien padamu?" tanyanya kepadaku.

"Tugas?" tanyaku heran. ((Tugas gua kan disuruh buat pura-pura jadi pacarnya. Gak mungkin kan gua bilang tugas gua 'pura-pura jadi pacar' tuh anak?!)) ujar batinku.

"Aku tidak memberikannya tugas secara khusus. Tetapi.." ujar Zien sembari memejamkan mata. "Dia akan jadi mata-mataku, terutama ketika berada di kampus" jelas Zien kepada wanita itu. "Urusan kantor biar kau dan yang lainnya yang tangani"

((Apa? Mata-mata?!)) ujar batinku terkejut. ((Wait.. Jadi ini tujuan khususnya? Oh.. Pantesan aja minta gua untuk pura-pura jadi pacarnya.. Supaya jadi mata-mata toh?))

"Aku sudah menduga hal ini. Tidak mungkin jika tidak ada tugas khusus dari tuan muda Zien" ujar Naella memejamkan matanya dan tersenyum. "Jadi.. Bagaimana rencana penyamaran gadis cantik ini selain untuk jadi pacarmu, tuan muda Zien?" tanyanya kepada Zien sembari menyatukan jari-jari kedua tangannya.

((Oh. Berarti dia udah tau gua cuma disuruh pura-pura jadi pacarnya? Baguslah. Aman berarti gua gak perlu bersikap layaknya pacar nih orang di depan wanita ini)) ucap batinku lega.

Zien menghela nafas, kemudian ia menjelaskan beberapa hal. Yang ku tangkap dari penjelasannya, ternyata juga ada beberapa kasus terjadi, salah satunya di kampusnya Zien, dan ada yang berhubungan dengan Zien. Ada juga yang tidak, tapi mungkin memiliki pengaruh. Dan Zien juga 'menggunakanku' untuk jadi mata-mata nya untuk menyelidiki beberapa hal yang terjadi sekaligus peranku selain hanya jadi pacarnya.

Aku sudah menduga bahwa ia punya tujuan terselubung selain menjadikanku pura-pura untuk jadi pacarnya, makanya aku disuruh untuk pura-pura jadi pacarnya. Tapi aku justru sedikit lega bahwa aku ternyata bukan hanya sekedar untuk dijadikan pacar pura-pura nya tanpa ada tujuan khusus. Meskipun, ternyata ini lebih merepotkan daripada yang kukira.

Setelah menyelesaikan makan malam, Naella pun akhirnya pulang. Zien kemudian merapikan dan membersihkan piring makan dan juga gelas minumannya. Aku lalu menghampiri Zien untuk menanyakan beberapa hal kepadanya ketika ia sedang mencuci piring, setelah wanita itu pulang.

"Jadi ini alesan lu minta gua pura-pura jadi pacar lu?" tanyaku kembali kepada Zien yang sedang mencuci piring. "Supaya gua jadi mata-mata lu di kampus lu?"

"Ya. Salah satunya" ucap Zien sembari membersihkan piringnya. "Tapi juga ada beberapa alasan lain lagi"

"Alasan apa lagi tuh?" tanyaku sembari mendekat di sebelah Zien yang sedang membereskan piring dan gelas.

Zien menoleh setelah merapikan piring dan gelasnya. "Untuk keamanan identitasmu" ucapnya menatapku. "Kemungkinan besar akan ada beberapa pria yang mendekatimu, karena yang mereka tau kau adalah perempuan, bukan laki-laki. Kalau kau tidak punya pasangan, pasti akan ada yang menggoda dan mendekatimu. Mereka pasti tidak tau bahwa kau aslinya bukan wanita tulent. Jadi supaya aman, akan lebih baik jika kau sudah punya pacar" jelasnya.

"Ohh. Oke oke" Aku mengangguk paham. "Bener juga sih. Mereka pasti nyangkanya gua emang cewek kalo cuma liat dari fisik gua doang. Dan gua juga ogah ngakuin kalo gua terpaksa dijadiin transgender. Ntar yang ada gua malah dihujat. Jadi pasti gua bakal tetep ngaku-ngaku cewek didepan orang lain" gumamku berfikir. "Hoo oke. Berarti gua jadiin lu sebagai tameng gua yak kalo misalnya gua dideketin cowok yang modus karena disangka gua cewek" ucapku menatap sambil menunjuk Zien.

"Itu benar" ucap Zien. "Sekaligus. Aku menjadikanmu tameng jika aku didekati perempuan lain. Karena sekarang aku sudah punya pacar, jadi mereka tidak bisa mengganggu dan mendekatiku" jelasnya.

"... Dasar sialan. Ternyata punya tujuan terselubung lain" ujarku menatap datar Zien. "Mentang-mentang ganteng, banyak dideketin cewek-cewek. Kan gua juga mau dideketin cewek" ucapku bete.

"Apa? Jadi menurutmu aku ganteng?" ujar Zien tersenyum sembari wajahnya mendekatiku. "Karena kau sekarang perempuan, jadi tenang saja. Banyak perempuan pasti yang akan mendekatimu, karena kau dianggap sesama perempuan, sama seperti mereka"

"Kagak. Lu salah denger! Lagian gantengan gua" ucapku. "Bukan ini maksud keinginan gua cokk! Gua pengennya dideketin tuh ditaksirin cewek. Bukan dianggep cewek!" jelasku ke Zien. "Tapi.. Keknya kalo sekarang udah nggak mungkin.. Gua justru malah ngerinya bakal dideketin atau ditaksirin cowok kalo begini" menunduk merasa hopeless.

"Iya kau ganteng kok" ucap Zien tersenyum menatapku. "Tapi tetap aku lebih ganteng. Buktinya kau masih merasa sulit dideketin cewek" ledeknya dengan senyuman jail.

"Sialan" gumamku agak kesal mendengar ucapannya. Agak nyebelin tapi gak bisa dipungkiri sih perkataannya itu.

"Tapi.. Kau sempat punya pacar kan sebelumnya?" tanya Zien menatapku.

"Ya.. Sempet sih.. Tapi rata-rata juga gua yang nembak dan nggak ada yang bertahan lama" jawabku. "Lu sendiri gimana? Selain sama Eva, pernah ada yang lain juga?"

"Tidak. Eva pacar pertamaku yang aku terima" jawabnya. "Berarti pernah beberapa kali?"

"Seingatku tiga.. Eh apa empat? Lupa" jawabku mengingat. "Wait.. Berarti Eva yang nembak lu?!" tanyaku terkejut.

Zien mengangguk "Iya" jawabnya. "Dia yang mendekatiku awalnya. Sampai akhirnya kami pacaran"

"Oh ya? Ceritain dong awalnya gimana lu bisa kenal sama Eva?" tanyaku penasaran.

"Kenapa kau sepertinya penasaran sekali tentang Eva? Apa kau dulu menyukainya?" tanya Zien menatapku penasaran.

"Gapapa sih. Kepo aja. Soalnya Eva temen sekelas gua dulu pas kelas 11, meskipun nggak deket-deket amet juga sih. Soalnya gua emang nggak terlalu deket juga sama anak-anak cewek. Tapi dia anaknya menurut gua baik dan ramah" jelasku. "Bukan gua. Tapi ada temen gua dulu yang naksir sama dia"

"Oh" ucap Zien yang entah kenapa seperti tersenyum lega. "Iya dia baik. Maka itu aku menerimanya" ucapnya dengan senyum tipis menatap ke depan.

"Tapi lu pacaran sama dia bukan karena tujuan terselubung supaya nggak dideketin cewek-cewek lain kan?" ledekku.

Zien terdiam sejenak. "Antara ya dan tidak" jawabnya. "Tapi aku beneran pacaran dengannya. Bukan hanya sekedar pura-pura"

Aku sedikit terkejut pas Zien terdiam dan mendengar jawabannya. ((Berarti ada tujuan terselubung juga?)) tanya batinku. "Kalo gitu kenapa lu putus sama Eva?" tanyaku penasaran.

"Karena.. LDR" jawab Zien yang berjalan lalu duduk di kursi meja makan.

Aku mengikutinya lalu duduk. "LDR? Emang Eva kemana?"

"Jepang. Dia melanjutkan kuliahnya di Jepang" jawabnya.

"Oh ya? Weh gua baru tau dia kuliah di Jepang" ujarku. "Pantes lu bilang dia pinter bahasa Jepang" aku mengangguk. "Berarti putusnya cuma karena jarak?"

Zien mengangguk. "Sudah larut malam. Sebaiknya kau tidur" ucap Zien lalu ia berdiri, dan langsung berjalan menuju ke arah tangga untuk naik ke lantai atas.

"Wait.. Tunggu maen naek aja lu nggak nungguin!" ujarku. Aku pun mengikutinya menaiki tangga. "Berarti lu masih sayang sama dia? Kalo Eva nggak ke Jepang berarti lu masih pacaran sama dia kan? Dan nggak bakal jadiin gua pacar pura-pura lu?" tanyaku sembari menaiki tangga.

Zien hanya diam tidak menjawab sembari menaiki tangga dan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Aku masih penasaran dan ingin bertanya, tetapi melihat ia sudah masuk ke dalam kamarnya, aku pun berjalan dan masuk ke dalam kamarku.

"Apa gua sebenernya cuma dijadiin sebagai sosok penggantinya Eva karena seharusnya ini posisi Eva tapi dia lagi di luar negri?" tanyaku penasaran sembari merebahkan diri ke atas kasur. "Mungkin sebenernya Zien masih sayang Eva dan nggak bakal putus kalo dia nggak kuliah ke luar negri?" pikirku. "Entahlah. Kenapa gua jadi mikirin ini coba?!" ujarku yang kemudian mencoba untuk tidur.

Saat aku terlelap. Aku pun bermimpi ketika dulu kembali ke masa sekolah. Aku sedang nongkrong dan bermain bersama beberapa teman di sekolah. Lalu melihat Eva dengan beberapa temannya sesama cewek-cewek sedang mengobrol dan tertawa. Mungkin mereka sedang menggibahkan sesuatu.

Tiba-tiba Eva dijemput dengan mobil bewarna hitam yang tak asing. Seorang lelaki turun dari dalam mobil tersebut. Orang itu memakai seragam agak berbeda, celana yang dipakai bukanlah bewarna abu-abu muda kebiruan. Seperti seragam dari sekolah swasta elit dengan khas seragam sendiri. Celana yang dipakai berbentuk kotak-kotak bewarna hitam dan abu-abu, dengan blazer sekolah khusus bewarna hitam keabuan dan kuning emas. Tapi wajah itu seperti tak asing, meski terkesan wajahnya sedikit lebih muda. Mata yang terkesan tajam pada bagian ujungnya, hidung yang mancung, alis yang tebal dan tegas, kulit yang putih. Orang itu adalah.. Zien.

To be continued..