webnovel

My Identity Secret Story [MISS]

Refki adalah seorang remaja laki-laki yang mengalami kecelakaan hebat yang membuat tubuhnya hancur. Tetapi begitu dia terbangun, ia melihat dirinya sudah berubah menjadi perempuan. Ia ditolong oleh seorang laki-laki bernama Zien. Bagaimana nasib dan kisah Refki setelah berubah menjadi perempuan? Genre: Transgender(LGBT+), Romance, Comedy, Slice of Life, Supranatural

Fryzz_Na · LGBT+
เรตติ้งไม่พอ
22 Chs

3. Mampir Ke Kampus Zien

- Chapter 3 -

Aku memegang bingkai dan melihat foto itu lebih jelas. "Iya bener ini Eva kan? Mereka sodaraan? Atau pacaran?" tanyaku penasaran sembari melihat foto tersebut.

"Dia adalah mantanku. Ya, kami dulu pacaran" ucap suara dari arah belakangku. Zien yang entah sejak kapan sudah masuk dalam kamar dan berada di belakangku setelah menaruh piring nasi gorengnya ke lantai bawah.

"Kaget! Kapan masuk?" tanyaku sembari menoleh. "Jadi lu dulu pacarnya Eva?"

"Ya" jawabnya. "Dan aku juga tau kalian dulu satu sekolah di sma" ucap Zien.

"Iya. Kok bisa tau?" tanyaku penasaran.

"Aku dulu sering mampir ke sekolahmu untuk menjemputnya" jelasnya menatapku.

"Ohh.. OH! Pantes lu bisa tau gua, gua gak tau lu! Lu tau soalnya sering mampir ke sekolah gua ternyata karena pacarnya Eva" ucapku mengangguk paham. "Pantes aja. Sekarang gua tau kenapa lu bisa udah tau gua" lanjutku dengan sedikit senyum 'I see'.

"Ya, benar" ucap Zien memejamkan mata. "Tapi aku juga sudah mengetahuimu dari sebelum itu. Bahkan sebelum mengenal Eva" jelasnya.

"Iyakah? Pas kapan?" tanyaku penasaran.

"... Ketika masih kecil" jelasnya.

"Oh ya? Kapan tuh?" tanyaku makin penasaran.

Zien hanya tersenyum kecil dengan sedikit mendekatkan tubuhnya ke arahku. "Dulu kau pernah menyelamatkan hidupku" ucapnya. Sebelah tangan Zien lalu memegang meja kerja di belakang tubuhku sembari mendekat. "Kali ini aku yang menyelamatkan hidupmu. Jadi.." senyumnya dengan wajah semakin mendekat.

"..." Aku ingin mengucapkan sesuatu tapi karena melihat wajahnya makin mendekat agak.. ((Woy munduran napa!)) ucap batinku.

"Kita impas" ucapnya sembari memundurkan dirinya dengan senyuman terpejam.

Aku sedikit menghembuskan nafas lega. "..Gua pernah nyelamatin lu pas kecil? Kapan?" tanyaku penasaran.

Zien hanya tersenyum. "Aku akan memberitaumu nanti tapi setelah kau menjalani misi mu menjadi pacarku"

"Geh. Dasar licik" ucapku kesal. Aku pun berjalan menuju keluar kamarnya. Dan segera menutup pintu kamarnya.

Aku memasuki pintu kamarku dan menutup pintunya. Kemudian aku menuju ke kamar mandi. Terlihat nuansa kamar mandi dengan desain putih-krem dan silver. Terdapat bath up, shower, toilet duduk, dan meja wastafel dengan cermin cukup besar.

Ketika aku membuka pakaianku dan melihat ke cermin. Aku melihat diriku dengan tubuh wanita telanjang. Reflek aku memejamkan mataku "Tetep aja ngeliat tubuh cewek tanpa busana meskipun ini sekarang tubuh gua sendiri.. Gakuat cokk" ucapku yang kemudian berjalan menuju shower. Lalu menyalakan kerannya untuk mandi.

Ketika menyabuni diri, meraba tubuhku di bagian dada dan kemaluan, rasanya malu sendiri. Tetapi juga aku menikmati tubuh 'wanita'ku karena dapat menyentuh tubuh wanita secara langsung dan merasakannya, tapi bukan tubuh oranglain, melainkan tubuhku sendiri. Jadi ini bukanlah tindakan mesum ataupun pelecehan terhadap wanita.

Setelah mandi aku segera mengelap tubuhku dengan handuk dan memakai pakaian. Celana dalam pria yang kupakai jadi terasa ada jarak yang cukup besar karena aku sudah tidak memiliki alat kelamin pria ku, yang kini sudah berubah menjadi alat kelamin wanita. Rasanya cukup sedih melihat hal ini.

Setelah berpakaian, aku lalu menatap cermin dan melihat wajahku. "Cantik juga muka gua jadi cewek ternyata.." gumamku.

Tapi kalau dilihat dan dipikir-pikir lagi sebenarnya fitur wajahnya ini tidak terlalu jauh berbeda dengan bentuk wajah asliku. Hanya saja kesannya lebih lembut dan feminim seperti khas wajah perempuan. Hidung yang mancung tetapi lebih terkesan halus, alis yang lurus tetapi ukuran ketebalannya lebih terlihat tipis dibanding alis asliku. Juga kulitku tapi jadi terlihat lebih putih halus dan mulus daripada sebelumnya. Jika aku punya adik perempuan yang cantik, mungkin saja ini bisa akan jadi wajah adik perempuanku.

"Bisa-bisanya temen-temen gua pada kagak nyadar ini juga rada mirip gua versi cewek" gumamku. "Tapi gua juga belum tentu bakal nyadar ini gua sih kalo liat gua versi cewek ternyata secantik ini"

Dan yang juga kuherankan adalah rambutku yang panjang sebawah dada. "Gimana rambut gua bisa sepanjang ini dalem waktu sekitar dua bulan doang? Dipakein rambut sambungan kah?" ucapku sambil memegang panjang rambutku.

Kemudian aku keluar dari kamar mandi, dan segera rebahan di atas kasur. Aku berharap hal ini cuma mimpi. Tapi sayangnya ini nyata. Aku lalu berbaring terlentang diatas kasur menatap langit-langit kamar.

Aku menarik selimut dan mematikan lampu pada saklar dekat meja samping kasur. Kemudian memejamkan mata, berharap hari esok menjadi lebih baik. Hingga akhirnya aku pun terlelap.

Esok harinya aku terbangun dari tidurku. Aku turun dari kasur. Lalu ke kamar mandi untuk kencing, cuci muka, dan sikat gigi. Kemudian setelah selesai, aku membuka pintu kamarku untuk keluar kamar.

Terlihat Zien sudah duduk di sofa ruang tengah dengan pakaian casual yang rapi sembari menyesap kopi hangat dan memainkan ponselnya. "Sudah bangun?" tanyanya.

Aku mengangguk. "Lu mau kemana?" tanyaku.

"Ke mall bersamamu untuk membeli pakaian baru untukmu" ucapnya. "Jadi bersiap-siaplah"

"Hah?" responku. "Siap-siap gimana? Gua kan belom ada pakaian lain selain yang kemaren" jawabku datar.

Zien berdiri kemudian memberikan jaket, celana panjang, dan masker hitam yang ternyata sudah ia siapkan di atas sofa. "Ini" ucapnya sembari memberikan nya padaku.

"... Gua belum mandi dan sarapan cok" ucapku sembari menerima pakaian yang diberikan Zien padaku.

"Gausah. Semalem juga udah mandi kan?" ucap Zien. "Sarapan sudah kusiapkan di bawah. Ayo kita sarapan" Zien pun menggandeng pergelangan tanganku dan menariknya pelan untuk ikut turun ke lantai bawah.

Di meja makan sudah terlihat dua piring nasi dengan daging ayam, sosis, telur. Dan minum air mineral beserta teh hangat.

"..." Aku duduk di atas kursi meja makan. Kemudian memakan sarapannya. "Jam berapa sekarang?"

Zien ikut duduk di sebrangku, kemudian memakan sarapannya. "Jam.." ia melihat ke arah ponselnya. "08.47" jawabnya.

"Oh.." ((Berarti gua bangun sekitar jam 8)). "Mall buka masih jam 10an kan? Berarti gua bisa sempat mandi dulu" ucapku kemudian menyuap nasi.

"Memang. Tapi aku ingin membawa mu ke suatu tempat dulu sebelum ke mall" jawabnya di sela makannya.

"Mau kemana emang?" tanyaku penasaran.

"Kampusku" ucapnya. "Kau akan kudaftarkan di kampusku sebagai mahasiswa pindahan" jelasnya. "Kuliahmu dulu jurusan apa?"

"Hah?" Aku terdiam sejenak. "Gua dulu jurusan Advertising atau Periklanan"

"Baiklah. Aku akan mendaftarkanmu di jurusan Media Penyiaran. Jadi tidak terlalu melenceng jauh" ucapnya.

"Boleh" ucapku menyetujui. "Emangnya lu jurusan apa?"

"Aku.. Manajemen Bisnis" jawab Zien.

"... Gua kira bakalan sejurusan, taunya jauh" ucapku dengan tatapan datar. "Tunggu. Kalo jadi mahasiswa pindahan bukannya harus ada persyaratan data diri dari kampus sebelumnya? Dan harus ada persetujuan orangtua atau wali juga kan?" tanyaku heran.

"Manipulasi data" ucap Zien. "Oh iya sebelum itu, sekarang siapa nama palsumu setelah menjadi perempuan?" tanya nya, kemudian ia meminum teh nya.

"Nah itu.. Belum kepikiran. Ada saran ide nama?" tanyaku kemudian menghabiskan makanan.

"Hmm.. Gimana kalo.. Refka?" ucapnya dengan ekspresi berfikir.

"Terlalu mirip nama asli" ucapku datar. "Gua butuh identitas baru yang lain supaya identitas gua yang sebenarnya cowok tapi terpaksa dioplas jadi transgender nggak ketauan siapapun" jelasku.

"Oke. Aku juga berencana agar kau memiliki identitas baru" ucap Zien yang kemudian menghabiskan makanannya. "Selain nama, kau ingin kelahiran tanggal bulan berapa?"

"Gua lahir 28 Agustus. Mungkin tetep antara agustus, atau september?" ucapku berfikir.

"Baiklah. Kalau gitu pilih antara tanggal 2 atau 8 September?" sarannya.

"Hm.. 8 aja deh" jawabku sembari masih mikir. "Emang kalo lu ultah kapan?"

"26 Juni" ucapnya kemudian menyesap teh. "Jadi untuk nama udah kepikiran mau siapa?"

"Oh" aku mengangguk. "Hm siapa ya..? Ref.. Ef.. Freki? Feri? Atau dari R.. Rifa.. Rosa.. Rosalinda? Rovenka?" gumamku berfikir. "Ah au ah belum kepikiran nama baru gua. Apalagi nama cewek" ucapku menyerah sembari menundukkan kepala dan sebelah tangan memegang kepalaku.

Zien tertawa kecil. "Baiklah. Kau bisa pikirkan nanti. Mau jalan sekarang? Mungkin bakal dapet ide atau inspirasi di luar"

Aku meminum teh ku. "Hah.. Oke kalo gitu". Lalu aku menghabiskan makan dan meminum air mineralku setelahnya.

Zien merapihkan lalu mencuci piring dan gelas kami setelah makan. Aku pun bersiap memakai celana panjang, jaket, dan maskerku yang tadi diberikan oleh Zien. Setelah itu kami berangkat menaiki mobilnya Zien.

Setelah sampai kampus, terlihat kampusnya cukup ramai dengan mahasiswa. Kampus tersebut lumayan besar dengan beberapa gedung kaca terpisah yang jaraknya tidak terlalu jauh dan ada jembatan penghubung antargedung masing-masing, dengan satu gedung utama yang paling besar diantara gedung yang lainnya.

Zien memarkirkan mobilnya. Kemudian kami keluar dari mobil, lalu berjalan masuk menuju ke gedung utama.

((Sumpah rasanya nggak pede dengan tubuh 'baru' ini berjalan di keramaian kek gini cok. Untung pake masker)) ucap batinku. Tiba-tiba Zien merangkul pundakku di tengah keramaian mahasiswa, membuatku tersentak sedikit. Aku meliriknya sebentar lalu menghela nafas. ((Oh iya gua harus 'pura-pura jadi pacarnya' ya)) batinku teringat. Aku pun membiarkannya merangkul pundakku dengan tubuhnya yang agak mendekapku.

Kami menaiki lift dan menuju ke suatu ruangan. Yaitu ruang administrasi untuk pendaftaran mahasiswa baru.

Aku sedikit berbisik ke Zien ketika memasuki ruangan itu "Gua kan belum ada persiapan apa-apa cok. Identitas baru aja belum ada!!"

"Aku belum mendaftarkanmu sekarang. Aku hanya ingin meminta form dan surat pendaftaran untuk mahasiswa baru. Jadi kau bisa tau apa saja yang mesti dipersiapkan" ucap Zien balas berbisik kepadaku.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya staff administrasi mahasiswa baru tersebut.

"Ada mahasiswa baru pindahan mau masuk universitas ini" Zien lalu menoleh padaku sekilas. "Boleh minta form pendaftarannya? Persyaratannya apa saja ya?" tanya Zien kepada staff tersebut. Zien pun juga bertanya-tanya hal yang lain, seperti kalau persyaratan yang diperlukan mahasiswa baru, tesnya, biaya, dan lain sebagainya.

"Oh boleh" Staff tersebut memberikan formulir pendaftarannya beserta memberi tau apa saja persyaratan untuk memasuki universitas tersebut. "Mohon nanti semuanya dilengkapi. Dan nanti ini juga ditandatangani oleh wali yang bersangkutan pada bagian ini ya" ucap staff tersebut.

"Baik. Terimakasih" ucap Zien lalu ia membawa beberapa kertas berkas persyaratan dan formulir untuk memasuki universitas tersebut. Zien pun mengajakku keluar ruangan, dan aku mengikutinya.

Melihat daftar kertas berkas tersebut "Banyak banget persyaratannya" ucapku menunduk hopeless. "Belum lagi harus ada pas foto, surat cek up ke dokter beberapa biji.. Haah.."

Zien tersenyum menatapku sembari berjalan menuju arah lift. "Tenang saja masih ada waktu beberapa minggu lagi sebelum kau memasuki kampus ini"

Zien dan aku menaiki lift menuju lantai atas. Kemudian setelah sampai ke lantai atas, aku mengikuti langkah Zien untuk pergi menuju suatu ruangan seperti ruangan dosen atau entahlah. "Lu mau kemana lagi?" tanyaku.

"Ada urusan sebentar. Kau bisa tunggu disini dulu" jawabnya.

"Urusan dengan dosen?" tanyaku menatap Zien. "Tugas kuliah?"

Zien hanya mengangguk. Kemudian berjalan masuk menuju ruangan tersebut seperti ingin menemui seorang dosen.

Aku pun duduk di bangku di luar ruangan, menunggu Zien yang ada urusan dengan dosen sambil memperhatikan suasana sekitar kampus.

Beberapa menit kemudian, terlihat Zien keluar dari ruangan tersebut. Ia pun mengajakku untuk jalan lagi.

"Oh udah selesai?" ucapku sembari berdiri. "Ngomong-ngomong lu nggak ada kelas mata kuliah hari ini?"

Zien menggelengkan kepala nya. "Tidak. Hari ini sabtu" ucapnya sembari berjalan.

"Owh" ucapku. "Gua udah nggak ingat hari semenjak sadar dari rumah sakit. Berarti lu libur nggak ada kelas?" tanyaku sembari mengikutinya berjalan.

"Yap. Hari sabtu yang masuk Kelas Karyawan, S2, dan S3. Dan rata-rata juga yang ada kegiatan UKM di hari sabtu" jelasnya sembari berjalan menuju arah salah satu jembatan penyebrangan antar gedung.

"Oh.. Trus ini lu mau kemana lagi?" tanyaku yang berjalan mengikuti Zien.

"Ada yang ingin kutemui lagi" jawab Zien sembari berjalan di depanku.

"Dosen?" tanyaku.

"Bisa dibilang begitu" ucapnya sembari memasuki jembatan antar gedung.

Dibagian pinggir jalan jembatan dekat kaca gedung jembatan, terdapat beberapa bangku beserta meja makan dengan beberapa mahasiswa yang duduk-duduk bersantai, ada yang sedang makan dan minum, juga ada yang sedang mengerjakan tugas kuliah. Disana juga terdapat tempat seperti ruang dan meja untuk menjual makanan minuman, seperti mini kantin di perantara jembatan antar gedung. "Kampusnya udah kayak mall.." gumamku. Selain itu juga masih ada beberapa ruangan diantara jembatan tersebut.

Begitu sampai di gedung sebrang jembatan yang dilewati. Kami menaiki lift untuk turun satu lantai. Kemudian Zien kembali memasuki suatu ruangan dan aku menunggu di luar ruangan tersebut. Aku tidak tau Zien ada urusan apa, mungkin urusan tugas kuliah dengan dosen? Tapi kemudian aku melihat tulisan 'Fakultas Komunikasi' di sekitar dekat ruangan tersebut. "Oh?" ucapku tersadar.

Tak lama kemudian Zien pun keluar ruangan. "Sudah selesai" ucapnya. "Jadi kau mau langsung jalan. Atau mau liat-liat suasana kampus dulu sebelum pergi?" tanya Zien yang menghampiriku.

"Lu tadi bahas apa di dalem? Ini fakultas komunikasi kan? Urusan berkaitan sama pendaftaran gua?" tanyaku penasaran. Sejujurnya aku masih penasaran dengan suasana kampus ini, tapi nanti aku juga bakal sering melihat suasana kampus kalau sudah masuk kampus ini dan berkuliah disini. Jadi "Bebas aja" jawabku.

Zien mengangguk. "Yup. Aku menanyakan perihal pendaftaran murid baru dan meminta tolong sesuatu agar kau dimudahkan dalam urusan kuliah ini" jawabnya sembari berjalan ke arah lift.

"Hah? Ngelobi dosen gitu?" tanyaku sembari mengikutinya ke arah lift.

"Bisa dibilang begitu" ucap Zien tersenyum. Kami menaiki Lift, lalu turun ke lantai bawah.

"Jadi. Mau langsung ke Mall?" tanya Zien sembari berjalan keluar gedung menuju arah parkiran mobilnya.

"Gua ngikut aja" ucapku sembari mengikutinya ke arah parkiran. "Jam berapa sekarang?" tanyaku begitu membuka pintu mobil, lalu masuk ke dalam mobil.

Zien memasuki mobilnya, kemudian mengecek jam di ponselnya. "Jam setengah dua belas" ucapnya. Zien lalu menyalakan mesin mobilnya. "Sekalian kita cari makan siang" lalu Zien pun menjalankan mobilnya menuju keluar kampus.

To be continued..