webnovel

My Identity Secret Story [MISS]

Refki adalah seorang remaja laki-laki yang mengalami kecelakaan hebat yang membuat tubuhnya hancur. Tetapi begitu dia terbangun, ia melihat dirinya sudah berubah menjadi perempuan. Ia ditolong oleh seorang laki-laki bernama Zien. Bagaimana nasib dan kisah Refki setelah berubah menjadi perempuan? Genre: Transgender(LGBT+), Romance, Comedy, Slice of Life, Supranatural

Fryzz_Na · LGBT+
เรตติ้งไม่พอ
22 Chs

1. Ketika Aku Menjadi Perempuan

- Chapter 1 -

Aku terbangun berbaring di atas kasur keras dengan pandangan mata buram. Perlahan pandangan buram itu terlihat semakin jelas. Terlihat nuansa putih pada atap dan sekitaran sudut pandang mata. Sebelum kumenyadari sepenuhnya, terdengar suara "Oh akhirnya kau sudah sadar?" dari suara pria seperti sekitar umur 40an tahun.

Aku membangunkan diri dan perlahan membenarkan diri ke posisi duduk. Tapi aku merasa aneh pada tubuhku. Aku menunduk ke bawah dan kulihat ini seperti bukan tubuhku yang biasanya. Tubuh ini terasa berbeda, dan seperti bentuk tubuh.. Perempuan?!

Aku meraba-raba tubuhku. Benar saja, aku merasakan dadaku menjadi lebih bulat dan menonjol, tubuhku yang terasa lebih ramping, dan buruknya ketika ku memegang ke bagian bawah.. "Hilang?!" Aku tidak merasakan adanya 'benda milikku' di tengah antara dua kaki itu. Tapi aku merasakan suatu yang lain–

"Kau baru saja mengalami kecelakan hebat, tubuhmu hancur, tapi ajaibnya kau masih sanggup bertahan hidup dan selamat" ucap suara itu. "Maka itu kami melakukan operasi pada tubuhmu" lanjutnya.

Aku menoleh dan melihat ke sosok orang itu. Ia menggunakan jas luar putih panjang, dengan stetoskop tergantung di lehernya. Orang itu ternyata adalah dokter yang menanganiku. "... Terimakasih dok.." Aku merasa suaraku juga sedikit berbeda, seperti lebih jernih dan sedikit lebih tinggi dari biasanya walau tetap hampir menyerupai suara dan nada bicaraku. "Tapi.. Kenapa saya bisa berubah gender jadi perempuan?!" tanyaku terheran.

"Karena tubuhmu hancur hampir tak berbentuk, beberapa organ tubuhmu rusak, termasuk alat vitalmu juga. Jadi kami mengoperasi seluruh tubuhmu dan juga mengangkat alat vitalmu. Kami melakukan transplantasi organ dalam, dan sekaligus mengganti alat vitalmu itu dengan rahim sungguhan. Tenang saja, kau bukan berubah gender karena tersambar petir atau tersetrum, tapi memang murni operasi" ucap dokter tersebut.

"Hah?!" ucapku terngago. ((Berarti gua di oplas jadi transgender?! Ini justru lebih buruk daripada ganti gender karena kesetrum atau kesamber petir woe!! Masa depan gua.. Hilang sudah)) ucap batinku tercengang.

"Jadi mulai sekarang kau bukan lagi laki-laki tapi sudah menjadi perempuan" tambah dokter itu.

"Artinya sekarang gua jadi transgender macem Lu***ta Lu*a?!" ucapku pelan tetapi setengah berteriak panik.

((Terbayang kalau orang-orang tau aslinya dulunya gua adalah laki-laki, pasti.. *bayangin dirinya dihujat karena ketauan transgender, disangka cowok sengaja oplas jadi cewek dan dituduh ladyboy*. Kalo ketemu temen tongkrongan pasti.. "AWKWKWK SEKARANG LU JADI CEWEK?! WKAKAKAK NAJES" bakal diketawain ampe mampus!!. Kalo ketemu orangtua pasti.. "Kamu bukan anak kita! Anak kita laki-laki tulent, bukan perempuan! Apalagi jadi ladyboy kayak kamu!!" *dramatis* Tidak diakuin jadi anak lagi! Kalo ketemu gebetan gua dan dia tau gua sekarang oplas jadi cewek.. *terbayang dapet tatapan ilfil dan jijique lalu pergi*, ... ))

Aku mengangkat tangan kananku dan berkata kepada dokter tersebut "Kalau begitu kenapa anda tidak membiarkan saya mati saja dalam kecelakaan daripada mengoperasi saya jadi transgender" ucapku dengan muka hopeless.

"Karena ada seseorang yang membawamu untuk menyelamatkanmu. Dan kamu masih memiliki nyawa. Jadi ia meminta untuk menyembuhkanmu hingga total. Termasuk menanggung semua biaya perawatan dan operasimu. Jadi tentu kami akan melakukan upaya yang terbaik untuk dapat menyelamatkan nyawamu" jawab dokter itu.

"Kalau begitu.. Kenapa saya perlu di operasi menjadi perempuan? Tidak tetap menjadi laki-laki saja?" tanyaku hopeless. "Seseorang menyelamatkanku? Siapa??" tanyaku penasaran.

"Oh.. Itu karena orang yang menolongmu yang memintanya" jawab dokter itu santai. "Karena.. Saya memang adalah dokter operasi plastik" ucap dokter itu dengan senyuman bangga. "Seorang laki-laki. Dia bilang dia temanmu"

"...." ((Entah gua harus berterimakasih atau mengutuk orang itu)) ucapku dalam batin. "Siapa nama orang itu?" tanyaku semakin penasaran.

"Namanya adalah.. Kalau tidak salah, Zien" ucapnya. Ia lalu memberikan dua lembar kertas kepadaku. "Jika kau sudah membaik, ini obat-obat yang mesti kau ambil di bagian apoteker atau farmasi" sembari memberikan kertas tersebut.

"Zien?" Aku mencoba mengingat apakah punya teman yang bernama Zien. Tapi tidak teringat seorangpun teman memiliki nama itu. "..." Tentu saja aku tidak bisa membaca tulisan dokter. Tapi yang kulihat adalah tulisan ceker ayam yang terlihat banyak resep obat. "Sebanyak ini? Lalu untuk biayanya–?"

"Tenang saja sudah ditanggung bpjs oleh orang yang menyelamatkanmu, jadi kau tidak perlu membayar lagi" jelasnya. "Lagipula kau pasti tidak punya uang untuk menembus obat"

"..." ((Iyasih)). Apakah orangtua saya sempat berkunjung selama saya disini?" tanyaku penasaran ke dokter tersebut.

".... Tidak. Sebenarnya..." dokter itu menjelaskan sesuatu.

Beberapa hari kemudian setelah ku merasa cukup pulih dan bisa sanggup berjalan. Aku keluar dari rumah sakit tersebut setelah menebus obat, lalu pulang ke rumahku.

Tapi yang ku lihat ketika sampai di depan rumahku, penuh dengan karangan bunga, dan ada beberapa teman yang seperti datang ke rumahku sambil membawa bunga, bingkisan, atau sejenisnya.

Aku kemudian menyembunyikan diriku di dekat pohon depan rumah, tak berani masuk ke dalam. Ku dengar ucapan seperti "Turut berduka cita ya tante. Semoga amal ibadah si Refki bisa diterima di sisi Tuhan" ucap seseorang kepada ibuku, di sahut dengan yang lain.

"Iya makasih ya nak atas ucapan dan doa nya. Tante juga berharap begitu. Terimakasih teman-temannya sudah mau berkunjung" ucap ibuku dengan nada sendu dibalik senyumannya.

"Jadi gua disangka udah mati dalam kecelakaan ya..? Pantesan aja..–" setelah itu ku mendengar suara teman-teman yang keluar dari rumahku.

"Nggak nyangka bre. Si peak satu itu umurnya secepat ini udah mati aja. Padahal dia masih ada utang ke gua" ucap salah seorang teman dengan nada sedih.

"Iya, padahal terakhir dia masih sempat telponan ke gua nanya tips cara deketin cewek" ucap teman yang lain.

"Gue juga sedih dia mati. Padahal dia ada janji mau traktir gua bakso ukuran raksasanya si pak Mail" ucap temen yang lain.

"..." ((Lu pada sedih karena ngira gua udah mati atau kagak sih?!)) Seketika ngerasa bersyukur disangka udah mati.

Seseorang teman diantara itu melihat ke arahku. "..Kau siapa ya?" tanya nya ke arahku.

Tersentak sedikit karena orang itu menyadari kehadiranku. "Ehem.. ee.. Gua–a..Aku temannya Refki. Ini rumahnya kan? Ngomong-ngomong kalian tau dimana kuburannya?" tanyaku mencoba seakan menjadi orang lain agar identitasku tidak ketauan.

"Oh ya?? Wah gua baru tau dia punya temen secantik ini!" matanya terlihat cerah begitu melihatku. "Kenal dia darimana?"

"Parah gak bilang-bilang dia punya temen cewek cantik cuk!" ucap temen yang lain.

"Jangan-jangan ini gebetan baru Refki, makanya dia minta tips cara deketin cewek ke gua?!" ucap yang lainnya lagi.

((Ini tuh diri gua sendiri temen anjeng!)) ucap dengan tampang kesal dalam batin. Tetapi diluar terlihat tersenyum manis. "Aku temennya kok. Kami kenalan di luar kampus. Jadi.. Dimana kuburannya Refki?" ucap dan tanyaku kembali.

"Oh.. Kuburannya di... Mending kami antar" ucapnya.

Begitu sampai di kuburan. Tertulis di sebuah batu nisan nama lengkap, tanggal lahir, dan tanggal kematianku. Itu adalah kuburanku.

((Jadi.. Gua benar-benar disangka udah mati?)) "Bahkan ada kuburannya juga.." ucapku pelan dengan nada sedih sembari memegang batu nisan kuburan namaku sendiri.

Teman yang mengantarku tadi berdiri di belakangku melihatku yang memegang batu nisan kuburan'ku' sendiri terlihat seperti diriku sedang sedih. "Gak nyangka dia punya temen cantik yang sesedih ini melihat dia mati.. Apa jangan-jangan kamu pacarnya Refki?" tanya orang itu.

Aku tersentak. "Oh.. Bukan. Aku.. Aku memang dekat dengan dia, tapi bukan pacarnya" ucapku. "Tapi.. Aku emang menyukainya" lanjutku seakan meyakinkan. ((Kapan lagi juga kan gua disangka dideketin cewek. Yang sebenernya.. Diri gua sendiri)) ucap batin dengan seakan ada sweatdrop.

Teman-temanku tercengang. "Sayang banget dia mati padahal ada cewek secantik ini yang suka sama dia" ucapnya.

"Turut berduka cita ya" sahut yang lain.

"Tapi karena dia udah mati.. Mending move on aja, cari cowok lain" ucapnya seakan menunjuk untuk move on ke dirinya orang itu.

((Temen laknat. Orang berduka cita karena 'cerita'nya gebetannya mati malah mau diembat. Meskipun sekarang wujud gua cewek, tapi gua gak homo apalagi ama orang kek elu)) ucap dalem batin.

Mereka pun mengajak pulang, tapi aku bilang aku masih ingin tetap ada disini. Karena mereka sedikit memaksa dan berucap "cewek cantik cantik masa ditinggal sendirian di kuburan", jadi aku berakting dramatis seperti cewek yang sedih atas kematian gebetan bahkan pacarnya dan memaksa untuk tetap disini (Padahal itu kuburanku sendiri). Akhirnya mereka pun pulang duluan dan meninggalkanku disini sendirian.

Tapi ada hal yang ku penasaran. Jasad siapa yang ada di dalam kuburan ini? Jelas-jelas ini bukan jasadku. Karena aku masih hidup, walau dalam wujud gender yang lain. "Apakah kosong atau mereka salah orang dalam kecelakaan dan menyangka itu gua yang mati?!" ucapku.

"Benar. Jasad yang ada di dalam bukanlah jasadmu, tapi jasad oranglain yang tidak memiliki keluarga" ucap suara laki-laki dari arah belakang diriku.

"Siapa yang ada di dalam kuburan ini dan kenapa bisa disangka itu gua–maksudnya Refki?". Aku menoleh, dan melihat sesosok laki-laki berjas hitam dengan dasi putih yang berdiri di belakangku. "Dan kau siapa?"

"Karena kecelakaan itu membuat tubuh para penumpangnya hancur hingga tidak dapat dikenali tubuhnya. Semua penumpang di dalamnya mati kecuali kau. Maka itu mereka menyangka kau juga sudah mati. Dan ada beberapa remaja laki-laki yang sekitar seumuranmu juga. Jadi orang itu ada yang disangka dirimu" ucapnya menatap kuburan'ku'. "Aku adalah orang yang menyelamatkan dirimu" ucapnya menoleh ke arahku. "Namaku.. Zien"

To be continue..