webnovel

Kejutan Yang Tak Terduga, Safira ...

Kedatangan Bandara Soekarno Hatta terlihat ramai. Berbagai pesawat dari maskapai luar negeri dan dalam negeri sudah mendarat dengan mulus. Para penumpang pun bergegas turun, dengan beragam ekpresi. Tentu saja sebagian besar lega setelah akhirnya sampai dengan selamat ke tempat tujuan.

Termasuk seorang perempuan cantik masih muda berusia 20 an. Dia hanya berpakaian kasual, tapi terlihat cantik dan anggun, bak seorang model. Dia pun bangkit dari tempat duduknya setelah menempuh perjalanan panjang. Perempuan itu menghela nafas, mengantri menuju keluar pesawat, tak lupa sebuah tas selempang tidak terlalu besar bertengger di tubuhnya.

Banyak penumpang melirik ke arahnya, rambutnya yang panjang hitam tergerai indah. Matanya tertutup kaca mata hitam. Tak perduli dengan tatapan orang lain, dia pun berhasil keluar dari pesawat. Tak lama ponselnya berdering...

"Hallo .. iya mam! ini sudah sampe nih !" katanya sambil berjalan menuju pengambilan bagasi kopernya. Tak banyak yang dia bawa kemari.

"Oke mam ... aku mengerti! bye ... !" ucapnya menyudahi telpon yang di terimanya lalu memasukan kembali ke tas brandednya, mengambil koper lalu pergi ke tempat penjemputan.

-------------

"Pagi ... !" sapa seorang pemuda tampan, sambil menatap yang hadir di meja makan.

"Pagi ... !" jawab semuanya.

"Wah, gantengnya ... !" puji seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik. Lelaki di sampingnya pun mengangguk setuju.

"Ah, nenek bisa aja deh !" jawab pemuda itu tersenyum dan kemudian mencium pipinya. Dan lalu duduk di sebelah gadis cantik yang sedang memainkan poselnya dari tadi,

"Dewa! bagaimana dengan pekerjaannya, kamu suka ?" tanya seorang lelaki berwajah tampan.

"Ya ... lumayan lah !" katanya terlihat tidak terlalu suka. Tapi lelaki itu tersenyum.

"Papa tahu, kamu pasti kurang suka ya ?" Lelaki itu melirik ke arah putranya itu, pemuda itu hanya mengangguk, sambil mengambil roti, lalu botol selai kesukaannya.

"Dewa, ini divisi yang sudah lama tapi baru! maksudnya dulu sempat ada dan di tutup kemudian di buka kembali !" ujar seorang perempuan yang terlihat cantik.

"Betul, Divisi Entertaiment! dulu kakek ... yang membuka divisi ini !" tambah seorang lelaki berumur tapi masih terlihat gagah, tanpa sadar dia terdiam. Perempuan di samping pun sama dan dia Marina, istri dari Ardhi Wjaya.

Beberapa waktu lalu, suaminya memberitahu bahwa seseorang akan datang kemari dari masa lalunya. Memang semuanya belum mengetahuinya.

"Jadi, dia punya anak ?" tanya perempuan itu menatap lelaki itu.

"Entahlah Marina, selama ini ... aku tak tahu dia hamil !" jawab lelaki itu, sambil memberikan foto dan surat kepada istrinya, yang dia terima dua hari lalu. Anggia, pernah hadir dalam hidupnya dulu. Kini dia hadir kembali melalui putrinya yang akan datang menemuinya.

Dalam suratnya, Anggia hanya mengatakan ingin menitipkan putrinya untuk sementara waktu.Tak lama dia menelpon Ardhi Wijaya yang sudah lama tidak bertemu.

"Maaf mas! aku mengganggumu lagi! tapi ... ini sangat penting! percayalah, aku tidak akan mengungkit masa lalu mas Ardhi sekeluarga kembali! Safira putriku hanya datang untuk keperluan lain! saat ini, yang aku tahu dan ingat hanya mas Ardhi! Dia datang bukan untuk meminta di sahkan sebagai putrimu! aku hanya mengatakan bahwa mas adalah temanku! aku harap, mas mau menerimanya !" Jelas Anggia. Ardhi Wijaya tak bisa berkata apa pun.

"Bagaimana menurutmu ?" tanyanya kepada istrinya.

"Ya sudah, terima saja! aku dengar dia juga sudah sukses di Amerika sebagai seorang desainer! dan selama ini juga tak pernah mengganggu mas lagi kan ?" jawab Istrinya, yang tahu banyak tentang Anggia, di banding dengan suaminya. Karena Marina tergabung dengan group Sosialita yang memang tak aneh dengan pergosipan.

Rupanya ada yang mengenal sosok Anggia, yang dulu artis terkenal dan mungkin skandalnya dengan suaminya sendiri yaitu Ardhi Wijaya yang sempat menghebohkan beberapa waktu lalu, begitu pun perceraian Marina dan Ardhi Wijaya yang tak kalah memberikan sensasi.

Marina sudah melupakan masa lalunya, jadi mendengar kembali kisah lama yang terbuka lagi hanya karena satu nama itu, toh dia tak pernah mengusik kembali kehidupan keluarganya jadi, dia diam saja.

Akhirnya dia menerima Safira dengan tanda tanya besar, apa dia putrinya atau bukan. Amira dan Bagas memang sesekali berkunjung kemari, kecuali Dewa yang memutuskan untuk tinggal bersama nenek dan kakeknya, sejak dia mulai bekerja di perusahaan keluarganya. Usia Dewa, kini 24 tahun, sedang Sheilla adiknya baru lulus kuliah dan akan ikut pula terjun ke dunia bisnis.

Ardhi Wijaya tetap bekerja di belakang layar, sebagai pengawas perusahaan. Hidupnya kini lebih santai, karena semua perusahaan di pegang baik sekali oleh menantunya yaitu Bagas. Kini Palm co, sudah berkembang sampai ke Asia, Eropa dan lainnya, dulu dia memimpikan untuk menjadikannya nomor satu, tapi sayang dia terganjal oleh insiden masa lalu, yang hampir menghancurkan dirinya.

Beruntung putrinya Amira menyelamatkannya dan dia kemudian menyerahkan semua kepada putrinya itu. Tentu saja dia bangga, toh dia masih punya andil juga dalam perencanaan perusahaan. Suatu hari Bagas datang untuk meminta izin divisi Entertaimen di buka kembali.

"Aku rasa, sekarang dunia Entertaiment sedang bagus !" jelas Bagas. Ardhi Wijaya pun setuju.

"Nanti divisi ini juga bergabung dengan majalah dan Agensi model !" lanjutnya.

"Oke, lalu siapa yang akan menjadi Direkturnya ?" tanya Ardhi Wijaya menatap Bagas. Menantunya, dulu sempat membuat heboh, karena membawa putrinya kabur dari pertunangan yang sudah di persiapkannya dengan matang, sayang putrinya dan juga bersama pemuda ini berhasil menentangnya, bisa di sebut ini akan menjadi pangkal titik balik hidupnya kemudian.

"Dewa !" jawab Bagas, Ardhi Wijaya terkejut, karena di ketahui cucunya itu tidak tahu tentang dunia Entertaiment sama sekali, dia sangat cocok dengan dunia kontruksi dan berhasil membuktikan dirinya dengan baik sebagai keturunannya. Tak heran dia bangga kepada cucunya itu, ada perpaduan darah dari orang tuanya dan tentu dirinya sebagai seorang kakek. Oh iya, cucu dari almarhum putranya pun ikut bergabung dengan klan Wijaya. Maka tak heran, Palm Co bisa menjadi sebesar ini.

"Serius, kamu ?" tanya Ardhi Wijaya, tak yakin pilihan papanya itu. Bagas mengangguk dan mengemukakan alasannya.

"Ya sudah, kalau kamu yakin dia bisa! ini bukan coba-coba loh !" nasehat Ardhi kepada Bagas, dia hanya mengangguk mengerti.

-------------------

Bagi Dewa, pekerjaan ini sangatlah menantang, sekaligus di bencinya. Bukan apa-apa, dulu dia pernah satu kali berpacaran dengan salah satu artis pendatang baru di dunia Entertaimen dan ternyata dia hanya memanfaatkan popularitasnya untuk menjadi lebih dari sekarang. Begitu pun dengan berita-berita yang tiba-tiba muncul dengan hal itu.

Dewa tahu kok, masa lalu keluarganya terutama dari kakek dan neneknya juga papa serta mamanya. Makanya kedua orang tuanya berusaha mengajarkannya untuk berusaha tenang menghadapi berbagai sorotan media. Apalagi kini perusahaan milik keluarganya sudah menjadi nomor satu di Indonesia. Di satu sisi media massa sangat di perlukan umtuk mempromosikan semua kegiatan usaha dari perusahaan. Dewa yang bergabung dengan Palm Co, sejak empat tahun lalu. Setahun sebelum kelulusannya di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Yap, dia memilih kuliah di sini, ketika teman-temannya berbondong-bondong melanjutkan ke luar negeri, dari Australia sampai Amerika. Kenapa di sini? itu keinginannya sendiri kok, setelah gagal masuk ke negeri. Menurut papanya mau kuliah di mana pun walau tidak semangat belajar, apa gunanya. Yang penting dia bisa belajar dengan baik. Dan Bagas tahu, Dewa memang anak yang pintar dan cerdas. Dia tetap humble tidak sombong dengan apa yang di perolehnya saat ini. Uang tak masalah, pekerjaan pun di depan mata. Jadi istilahnya Dewa bisa mendapatkan apa pun dengan mudah. Tapi Bagas dan Amira mendidik kedua putra dan putrinya dengan baik, sesibuk apa pun keduanya, tetap bisa meluangkan waktu untuk keluarga.

Bahkan Amira tetap mengasuh keduanya, dari bayi sampai tumbuh besar sendiri. Baby sister hanya di perlukan bila ada kegiatan di luar kota. Selebihnya Amira yang menanganinya, tentu saja di bantu Bagas. Sebagai mantan sekretaris pribadi dia tahu memilah pekerjaan dan tugas, serta untuk pribadi dengan keluarga.

Dewa tetap bergaul seperti anak muda pada umumnya, sering ke klub dan nongkrong bersama teman-temannya. Toh tak ada larangan dengan itu. Hanya Dewa tahu seperti apa rasanyanmenjadi orang kaya, yang teman sebayanya banyak yang tidak seberuntung dirinya. Broken home, kesepian dan pada akhirnya ke arah jalan yang salah. Dewa pun juga pernah nakal dan bandel walau masih dalam taraf di pertanggung jawabkan dan tidak berlebihan.

Pertama kali bekerja dia hanya di pekerjakan sebagai bawahan biasa, bahkan dia seting di suruh-suruh mengerjakan ini itu oleh para karyawan yang lainnya, tanpa tahu anak siapa dia. Dewa belajat banyak dari sana. tentang bagaimana menghadapi orang lain yang punya banyak sifat pribadi yang berbeda-beda. Satu tahun kemudian setelah lulus dia menjadi asisten direktur kontruksi yang dulu dijalaninya selama setahun. Sebelum akhirnya di perkenalkan kepada semuanya sebagai putra klan Wijaya. Tentu saja semua terkejut bukan main, tak menyangka orang yang suka di suruh-suruh itu adalah putra pimpinan perusahaan sendiri.

Sebagai asisten dia tahu banyak dalam mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab dalam menjalankan pekerjaannya. Tak heran dalam beberapa tahun saja dia sukses seperti yang di harapkan oleh keluarga. Dan sering menangani proyek besar dari gedung, apartemen, hingga hotel. Ketika semua dalam keadaan nyaman, tiba-tiba dia di panggil papanya dan diminta pindah dan menangani divisi Entertaimen yang sedikit dia tahu. Yang mana sebagian temannya ada putra para artis atau model terkenal Indonesia.

"Bagaimana Dewa? kamu bersedia ?" tanya Bagas, sambil menatap putranya itu. Dewa terdiam sejenak dan kemudian mengangguk.

"Ya, Dewa setuju aja sih pa !" jawabnya.

"Oke, mulai saat ini kamu di angkat menjadi Direktur utama Palm Ertertaimen group! ada produser filn baik untuk bioskop atau televisi! agensi model dan ini juga sudah bekerja sama dengan angensi model dari Singapura dan Malaysia! majalah, baik untuk pria dan wanita dan terakhir adalah divisi iklan !" jelas Bagas dan menyerahkan file tugas sebagai Direktur bagian yang baru.

"Aku yakin kamu bisa membuar divisi ini maju pesat! rencana selanjutnya! kita akan membeli stasiun televisi swasta dan juga radio! untuk lebih meningkatkan kinerja Entertaimen Palm group kita nantinya !" lanjut Bagas.

"Baik pa! aku mengerti !" jawabnya. Dan kemudian dia bersiap untuk pindah gedung. Para bawahannya terkejut dengan kepindahan pimpinan mereka. Sedang posisinya nanti akan di gantikan oleh saudara sepupunya sendiri.yaitu bang Robi putra dari almarhum pamannya atau kakak dari mamanya. Dulu dia pemain band tapi akhirnya ikut terjun ke bisnis keluarga juga. Group bandnya sempat terkenal dan berhasil menelurkan beberapa album hits. Tapi sayang karena ada beberapa kendala group band ini bubar. Bahkan Dewa menjadi fananya juga.

"Jadi lo masuk dunia Entertaimen nih ceritanya ?" tanya Bang Robi. Dewa mengangguk.

"Harusnya abang yang mimpin! kan abang tahu seluk beluk yang gituan !" ujar Dewa sambil meminum minuman favirutnya di sebuah klub malam setelah dia mendapat tugas dari papanya. Robi tertawa, pemuda tampan dan bertampang cuek khas rocker itu menggeleng kepala saja.

"Wa, papa lo! pasti tahu kemampuan lo! nah gue, juga terkejut! kok gue di tunjuk menjadi Manajer Bagian kontruksi sih? gue ini lulusan ekonomi tahu !" katanya, yang juga mengambil minuman yang di sajikan. Kini giliran Dewa yang tertawa. Begitulah obrolan yang terjadi, Dewa suka dengan saudara sepupunya itu yang kalau mengobrol seru dan asyik.

--------------------

Dan begitulah, sudah tiga bulan ini Dewa menduduki jabatan barunya. Dia harus kembali belajar banyak untuk mengetahui dunia Entertaimen itu seperti apa. Untung saja dia pernah menjadi asisten papanya juga jadi tahu apa yang dilakukannya. Walau kurang suka.

Mereka sarapan bersama, sambil mengobrol. Tanpa di sadari seorang perempuan cantik hadir dan memperhatikan kehangatan keluarga ini.

"Ehem ... !" semua menoleh dan tertegun, kecuali Marina dan Ardhi Wijaya.

"Maaf, mengganggu !" ucapnya sambil tersenyum. Amira dan Bagas saling pandang.

"Ayo Safira! bergabung dengan kami! engga kok, kita sarapan bersama !" ajak Marina. Gadis itu mengangguk dan duduk di kursi yang kosong. Semua menatap tak berkedip kepadanya.

"Semuanya, perkenalkan ini ... Safira! putri dari .... Anggia !" ucap Marina mewakili suaminya memperkenalkan siapa gadis ini. Semua terkejut termasuk Amira dan Bagas. Amira melirik ke arah papanya.

"Safira, kenalkan ini anak dan cucu dari om !" ujar Ardhi Wijaya semua tertegun tak percaya. Dan dia memperkenalkan semuanya, termasuk Dewa. Yang baru tahu ada tamu di rumah kakek dan neneknya. Yang selama ini dia sibuk sekali, beberapa waktu lalu dia ke Singapura dan Malaysia untuk urusan bisnis.

"Hallo ... !" jawab Safira sambil tersenyum.

"Selamat datang di keluarga kami Safira! kami ... juga mengenal mamamu !" ujar Amira.

"Oh, syukurlah tante !" jawab Safira ramah. Amira pun tersenyum sambil bertanya-tanya, kok dia ada di sini? ada apa sebenarnya.

"Oh iya, kamu di sini berapa lama ?' tanya Marina, mengobrol biasa walau sebenarnya penasaran juga.

"Oh, memang ingin tinggal di Indonesia! tante !" jawabnya.

"Apa engga betah, di New York ?" tanya Marina lagi.

"Betah sih! tapi pengen saja mencoba di kampung halaman !" jawabnya lagi sambil sarapan dan bersikap biasa saja, tapi tidak bagi semuanya ... yang merasa ada sesuatu yang di sembunyikannya ....

Bersambung ....